Analisis Rasio Investasi Provinsi DKI Jakarta dan Investasi Nasional

5.2. Analisis Rasio Investasi Provinsi DKI Jakarta dan Investasi Nasional

Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi Daerah Nilai Ra, Ri, dan ri Laju investasi pada sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta maupun Nasional secara keseluruhan mengalami penurunan dalam kurun waktu 1995 sampai dengan sebelum diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2000. Jika nilai PMA dan PMDN baik di Provinsi DKI Jakarta maupun secara Nasional dibandingkan antara tahun 1995 sebagai tahun dasar analisis dengan tahun 2000 sebagai tahun akhir analisis, maka tiap-tiap sektor ekonomi tersebut akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio investasi Provinsi DKI Jakarta dan Nasional disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra pertumbuhan investasi sebelum otonomi daerah diperoleh dari selisih antara total investasi Nasional tahun 2000 dengan total investasi Nasional pada tahun 1995 dibagi dengan total investasi Nasional pada tahun 1995. Dalam hal ini, selisih antara total investasi tahun dasar analisis dengan total investasi tahun akhir analisis terlebih dahulu dibagi dengan rentang waktu antara tahun dasar dan tahun akhir analisisnya tahun 1998 tidak dihitung. Sehingga nilai Ra untuk PMA pada tiap sektor ekonomi yang diperoleh di Provinsi DKI Jakarta sebelum diberlakukannya otonomi daerah, memiliki besaran yang sama, yaitu sebesar -0,12 Tabel 5.3. Nilai Ra pertumbuhan investasi pada masa otonomi daerah diperoleh dari selisih antara total investasi Nasional tahun 2005 dengan total investasi Nasional pada tahun 2001 dibagi dengan total investasi Nasional pada tahun 2001. Dalam hal ini, selisih antara total investasi tahun dasar analisis dengan total investasi tahun akhir analisis terlebih dahulu dibagi dengan rentang waktu antara tahun dasar dan tahun akhir analisis. Sehingga nilai Ra untuk PMA pada tiap sektor ekonomi yang diperoleh di Provinsi DKI Jakarta pada masa otonomi daerah juga memiliki besaran yang sama, yaitu sebesar -0,02 Tabel 5.3. Nilai Ri sebelum otonomi daerah dihitung berdasarkan selisih antara investasi Nasional sektor i pada tahun 2000 dengan investasi Nasional sektor i pada tahun 1995 dibagi dengan investasi Nasional sektor i pada tahun 1995. Sama seperti pada penghitungan nilai Ra di atas, selisih antara investasi Nasional sektor i pada tahun dasar analisis dengan investasi Nasional sektor i pada tahun akhir analisis terlebih dahulu dibagi dengan rentang waktu antara tahun dasar dan tahun akhir analisisnya tahun 1998 tidak dihitung. Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai Ri untuk setiap sektor di Provinsi DKI Jakarta sebelum otonomi daerah ada yang bernilai positif Ri0 dan ada pula yang bernilai negatif Ri0. Ini menunjukkan bahwa apabila sektor ekonomi memiliki nilai Ri yang positif maka sektor tersebut mengalami pertumbuhan investasi yang positif. Sebaliknya, jika sektor ekonomi memiliki nilai Ri yang negatif maka pertumbuhan investasi pada sektor tersebut adalah negatif. Nilai Ri untuk PMA pada sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier masing-masing sebesar -0,11; -0,12 dan -0,12. Secara keseluruhan sektor yang memiliki nilai Ri terbesar untuk PMA sebelum otonomi daerah adalah sektor perdagangan dan reparasi, yaitu sebesar 13,72. Nilai Ri pada masa otonomi daerah dihitung berdasarkan selisih rata-rata antara investasi Nasional sektor i pada tahun 2005 dengan investasi Nasional sektor i pada tahun 2001 dibagi dengan investasi Nasional sektor i pada tahun 2001. Nilai Ri untuk PMA pada sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier masing-masing sebesar 0,34; 0,03 dan -0,07. Sektor yang memiliki nilai Ri terbesar secara keseluruhan untuk PMA pada masa otonomi daerah adalah sektor konstruksi dengan nilai Ri sebesar 6,66 Tabel 5.3. Nilai ri untuk setiap sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta sebelum otonomi daerah dihitung berdasarkan selisih rata-rata antara investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 2000 dengan investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 1995 dibagi dengan investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 1995. Nilai ri yang bernilai positif menunjukkan bahwa sektor tersebut mengalami peningkatan kontribusi dalam penyerapan investasi di Provinsi DKI Jakarta. Sebaliknya, jika nilai ri adalah negatif berarti sektor tersebut mengalami penurunan kontribusi dalam penyerapan investasi di Provinsi DKI Jakarta. Nilai ri untuk PMA pada sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier masing-masing sebesar 0,34; -0,17 dan -0,01. Secara keseluruhan sektor yang memiliki nilai ri terbesar untuk PMA sebelum otonomi daerah adalah sektor perdagangan dan reparasi, yaitu sebesar 15,05 Tabel 5.3. Nilai ri untuk setiap sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta pada masa otonomi daerah dihitung berdasarkan selisih rata-rata antara investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 2005 dengan investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 2001 dibagi dengan investasi Provinsi DKI Jakarta sektor i pada tahun 2001. Nilai ri untuk PMA pada sektor primer adalah sebesar 0,97. Nilai ri untuk PMA pada sektor sekunder dan tersier, masing-masing sebesar 0,49 dan 0,66. Secara keseluruhan nilai ri terbesar berada pada sektor konstruksi sebesar 10,56. Ini berarti sektor konstruksi mengalami peningkatan kontribusi dalam penyerapan investasi PMA di Provinsi DKI Jakarta. Tabel 5.3. Rasio Indikator Kegiatan PMA Nilai Ra, Ri, dan ri Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi Daerah Sebelum Otonomi Daerah Masa Otonomi Daerah PMA PMA No. Sektor Ekonomi Ra Ri ri Ra Ri ri 1 Tanaman Pangan Perkebunan -0,12 -0,11 0,00 -0,02 0,13 0,00 2 Peternakan -0,12 -0,11 0,00 -0,02 0,13 0,00 3 Kehutanan -0,12 0,00 0,00 -0,02 0,05 0,00 4 Perikanan -0,12 -0,15 1,40 -0,02 0,24 0,00 5 Pertambangan -0,12 0,22 0,17 -0,02 1,10 0,97 Sektor Primer -0,12 -0,11 0,34 -0,02 0,34 0,97 6 Industri Makanan -0,12 -0,09 -0,20 -0,02 0,20 -0,13 7 Industri Tekstil -0,12 -0,10 0,19 -0,02 -0,13 -0,09 8 Industri Barang dari Kulit Alas Kaki -0,12 0,15 0,01 -0,02 0,30 -0,20 9 Industri Kayu -0,12 -0,01 -0,20 -0,02 0,71 -0,15 10 Industri Kertas Percetakan -0,12 -0,19 -0,19 -0,02 -0,14 0,11 11 Industri Kimia Farmasi -0,12 -0,12 -0,12 -0,02 0,05 4,52 12 Industri Barang Karet Barang Plastik -0,12 -0,15 0,00 -0,02 -0,06 0,62 13 Industri Mineral Non Logam -0,12 -0,19 -0,20 -0,02 0,48 -0,19 14 Industri Logam, Mesin Elektronik -0,12 -0,04 -0,17 -0,02 0,01 0,50 15 Industri Alat Kedokteran, Optik Alat Ukur -0,12 -0,09 0,00 -0,02 -0,10 0,00 16 Industri Kendaraan Bermotor Alat Transportasi -0,12 -0,10 -0,18 -0,02 0,18 3,66 17 Industri Lainnya -0,12 -0,04 -0,17 -0,02 0,10 -0,15 Sektor Sekunder -0,12 -0,12 -0,17 -0,02 0,03 0,49 18 Listrik, Gas Air Bersih -0,12 -0,20 -0,20 -0,02 -0,08 0,00 19 Konstruksi -0,12 -0,13 -0,13 -0,02 6,66 10,56 20 Perdagangan Reparasi -0,12 13,72 15,05 -0,02 0,11 0,10 21 Hotel Restoran -0,12 -0,16 -0,19 -0,02 -0,19 -0,10 22 Pengangkutan, Gudang Komunikasi -0,12 -0,16 -0,08 -0,02 1,45 7,83 23 Perumahan, Kawasan Industri Perkantoran -0,12 -0,16 -0,14 -0,02 -0,06 -0,14 24 Jasa Lainnya -0,12 0,92 0,71 -0,02 -0,17 -0,15 Sektor Tersier -0,12 -0,12 -0,01 -0,02 -0,07 0,66 Total -0,12 -0,12 -0,04 -0,02 -0,02 0,67 Sumber: BKPM, 1995-2005 diolah. Sebelum otonomi daerah nilai Ra untuk PMDN pada tiap sektor ekonomi di Provinsi DKI memiliki besaran yang sama, yaitu sebesar 0,08. Pada masa otonomi daerah pun nilai Ra untuk PMDN pada tiap sektor ekonomi di Provinsi DKI memiliki besaran yang sama, yaitu sebesar -0,03 Tabel 5.4. Berdasarkan Tabel 5.4 nilai Ri sebelum otonomi daerah untuk PMDN pada sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier masing-masing sebesar -0,07; 0,18 dan -0,14. Pada masa otonomi daerah nilai Ri untuk PMDN di Provinsi DKI Jakarta pada sektor primer adalah sebesar 0,24; sektor sekunder sebesar -0,08 dan sektor tersier sebesar 0,11. Secara keseluruhan sektor yang memiliki nilai Ri terbesar untuk PMDN pada masa otonomi daerah adalah sektor industri mineral non logam serta sektor perdagangan dan reparasi yang memiliki nilai Ri sama, yaitu sebesar 1,05. Sebelum otonomi daerah nilai ri untuk PMDN di Provinsi DKI Jakarta pada sektor primer adalah sebesar 1,54; sektor sekunder sebesar -0,05 dan sektor tersier sebesar -0,15 Tabel 5.4. Secara keseluruhan sektor yang memiliki nilai ri terbesar untuk PMDN pada masa sebelum otonomi daerah adalah sektor industri makanan dengan nilai ri sebesar 3,57. Nilai ri untuk PMDN di Provinsi DKI Jakarta pada masa otonomi daerah untuk sektor primer adalah sebesar -0,14. Sektor sekunder dan tersier masing- masing memiliki nilai ri sebesar 0,53 untuk sektor sekunder dan -0,11 untuk sektor tersier. Secara keseluruhan sektor yang memiliki nilai ri terbesar untuk PMDN pada masa otonomi daerah adalah sektor industri tekstil dengan nilai ri sebesar 21,57. Tabel 5.4. Rasio Indikator Kegiatan PMDN Nilai Ra, Ri, dan ri Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi Daerah Sebelum Otonomi Daerah Masa Otonomi Daerah PMDN PMDN No. Sektor Ekonomi Ra Ri ri Ra Ri ri 1 Tanaman Pangan Perkebunan 0,08 -0,05 0,00 -0,03 0,98 0,00 2 Peternakan 0,08 -0,17 0,00 -0,03 0,12 0,00 3 Kehutanan 0,08 -0,20 0,00 -0,03 -0,13 0,00 4 Perikanan 0,08 -0,08 0,00 -0,03 -0,18 -0,20 5 Pertambangan 0,08 0,38 1,50 -0,03 -0,04 -0,13 Sektor Primer 0,08 -0,07 1,54 -0,03 0,24 -0,14 6 Industri Makanan 0,08 0,09 3,57 -0,03 -0,07 20,02 7 Industri Tekstil 0,08 -0,10 -0,17 -0,03 -0,14 21,57 8 Industri Barang dari Kulit Alas Kaki 0,08 -0,08 -0,20 -0,03 -0,13 0,00 9 Industri Kayu 0,08 -0,17 -0,13 -0,03 -0,10 0,00 10 Industri Kertas Percetakan 0,08 0,08 1,87 -0,03 0,05 -0,17 11 Industri Kimia Farmasi 0,08 1,19 2,45 -0,03 -0,18 0,00 12 Industri Barang Karet Barang Plastik 0,08 0,03 -0,11 -0,03 0,79 3,44 13 Industri Mineral Non Logam 0,08 -0,12 -0,17 -0,03 1,05 0,00 14 Industri Logam, Mesin Elektronik 0,08 -0,15 -0,15 -0,03 0,57 1,66 15 Industri Alat Kedokteran, Optik Alat Ukur 0,08 -0,14 0,00 -0,03 -0,20 -0,20 16 Industri Kendaraan Bermotor Alat Transportasi 0,08 0,07 0,06 -0,03 0,25 1,54 17 Industri Lainnya 0,08 -0,06 0,00 -0,03 -0,20 0,00 Sektor Sekunder 0,08 0,18 -0,05 -0,03 -0,08 0,53 18 Listrik, Gas Air Bersih 0,08 -0,17 0,00 -0,03 0,00 0,00 19 Konstruksi 0,08 -0,20 -0,20 -0,03 -0,10 -0,09 20 Perdagangan Reparasi 0,08 0,27 -0,02 -0,03 1,05 0,47 21 Hotel Restoran 0,08 -0,19 -0,20 -0,03 0,13 0,11 22 Pengangkutan, Gudang Komunikasi 0,08 -0,07 -0,09 -0,03 0,12 -0,04 23 Perumahan, Kawasan Industri Perkantoran 0,08 -0,17 -0,18 -0,03 -0,20 -0,20 24 Jasa Lainnya 0,08 0,14 0,80 -0,03 0,25 -0,18 Sektor Tersier 0,08 -0,14 -0,15 -0,03 0,11 -0,11 Total 0,08 0,08 -0,13 -0,03 -0,03 -0,10 Sumber: BKPM, 1995-2005 diolah.

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Provinsi DKI Jakarta