Pengertian dan Konsep Otonomi Daerah

1 Modal merupakan faktor paling penting dalam penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional yang berdasarkan kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri. 2 Perlunya dilakukan pemupukkan dan pemanfaatan modal dalam negeri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta seluas-luasnya. 3 Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak asing dan menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing di Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri.

2.1.2. Pengertian dan Konsep Otonomi Daerah

Pengertian dari desentralisasi dan otonomi daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini meletakkan prinsip-prinsip baru agar penyelenggaraan otonomi daerah lebih sesuai dengan prinsip demokrasi, adanya peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan berdasarkan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang-undang tersebut memaknai otonomi daerah sebagai pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kalau dulu prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab lebih berkonotasi kewajiban daripada hak, maka dalam undang-undang ini pemberian kewenangan otonomi kepada daerah Kota dan Kabupaten didasarkan atas desentralisasi dalam mewujudkan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Perubahan tata pemerintah ini juga menimbulkan perubahan mengenai perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang semula sentralistik menjadi desentralistik, yang kemudian disempurnakan dalam UU No. 25 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Haris 2005 merangkum konsep dasar otonomi daerah yang melandasi lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999 sebagai berikut: 1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah dalam hubungan domestik kepada daerah. Kecuali untuk bidang keuangan dan moneter, politik luar negeri, peradilan, pertahanan, keagamaan, serta beberapa bidang kebijakan pemerintahan yang bersifat strategis nasional, maka pada dasarnya semua bidang pemerintahan yang lain dapat didesentralisasikan. Dalam konteks ini, pemerintah daerah tetap terbagi atas dua ruang lingkup, bukan tingkatan, yaitu daerah Kabupaten dan Kota yang diberi status otonomi penuh, dan Provinsi yang diberi otonomi terbatas. 2. Penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah. Kewenangan DPRD dalam menilai keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan kepala daerah harus dipertegas. Pemberdayaan dan penyaluran aspirasi masyarakat juga harus dilakukan. 3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur setempat demi menjamin tampilnya kepemimpinan pemerintahan yang berkualifikasi tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula. 4. Peningkatan efektivitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai dengan lingkup kewenangan yang telah didesentralisasikan. 5. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang jelas atas sumber-sumber pendapatan negara dan daerah, pembagian revenue dari sumber penerimaan yang berkaitan dengan kekayaan alam, pajak dan retribusi, serta tata cara dan syarat untuk pinjaman dan obligasi daerah. 6. Perwujudan desentralisasi fiskal melalui pembesaran alokasi subsidi dari pemerintah pusat yang bersifat “block grant”, pengaturan pembagian sumber- sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan, serta optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang ada. 7. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal yang bersifat kondusif terhadap upaya memelihara harmoni sosial dan solidaritas sosial sebagai satu bangsa. Sebagai upaya untuk menjamin suksesnya pelaksanaan konsep otonomi daerah tersebut, diperlukan komitmen yang kuat dan kepemimpinan yang konsisten dari pemerintah pusat. Sehingga dengan adanya upaya tersebut, pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan konsep yang telah digariskan.

2.1.3. Implementasi Pemberlakuan Undang-Undang Otonomi Daerah Terhadap Investasi