Suap Dalam Pengadaan. Perizinan.

ini merupakan suap-menyuap penanganan sengketa Hubungan Industrial antara PT. Onamba Indonesia dengan pegawainya. Imas ditangkap bersama seorang pegawai swasta bernama Odi Juanda OJ dari PT. Onamba Indonesia. Kamis 30062011 sore, tim penyidik KPK menangkap tangan Imas yang telah menerima uang senilai Rp. 200 juta di dalam mobil avanza dengan kantong kresek di Restoran La Ponyo Cinunun, Bandung.

b. Suap Dalam Pengadaan.

73 Selain suap kepada pejabat publik karena penyalahgunaan wewenang, korupsi dalam bentuk suap bribery pada dasarnya bisa terjadi di beberapa kegiatan yang bersentuhan dengan kegiatan pemerintahan. Misalnya, suap dalam proses pengadaan barang danjasa atau pada saat penerbitan izin usaha. Maka tidaklah heran jika korupsi dalam bentuk suap menempati angka tertinggi kasus korupsi yang di tangani KPK semenjak beroperasi di tahun 2004. Jika dikomprasikan dengan kondisi di dunia, Indonesia berada pada urutan keempat paling bawah dari 28 negara yang disurvei menurut Bribe Payers Index tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Transperency Internasional. Hal ini menandakan, pengusaha Indonesia termasuk yang paling sering melakukan suap dalam aktivitas bisnisnya. Dalam proses pengadaan barang danatau jasa pemerintah misalnya, dari beberapa kasus yang terungkap, suap dilakukan semenjak anggaran untuk suatu kegiatan di kementerianlembaga dibicarakan di DPR hingga proses pelaksanaan pekerjaan oleh vendor. Pada bagian awal, korupsi dimulai pada saat perusahaan tertentu dengan melobi pihak kementerian agar membuat proyek tertentu yang 73 Ibid, hlm.31. kadang tidak dibutuhkan. Pada tahap ini, oknum di kementerian dan DPR sudah diiming-imingi sejumlah uang apabila proyek tertentu dapat digolkan. Dalam kasus korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu SKRT di Departemen Kehutanan tahun 2006-2007, terdakwa saat itu, Putranefo Alexander Prayugo Dirut PT. Masaro Radiokom, beberapa kali bertemu dengan Yusuf Erwin Faisal selaku Ketua Komisi, agar pagu anggaran yang menuat proyek pengadaan SKRT dapat disahkan. Setelah dewan menyetujui pagu anggaran tersebut terdakwa menyerahkan uang Rp. 105 juta ke Yusuf dan kemudian dibagi-bagikan kepada anggota Komisi IV DPR.

c. Perizinan.

74 Semenjak era otonomi daerah, dengan menganut rezim desentralisasi, maka tak pelak korupsi pun mengalir ke daerah. Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, menyebutkan dari 520 daerah otonom, 290 kepala daerahnya sudah jadi tersangka, terdakwa, dan terpidana. Mayoritas atau sekitar 86,2 persen kepala daerah yang tersangkut masalah hukum karena terkait korupsi. Fenomena hari ini, maraknya ”obral” izin pengelolaan kawasan untuk usaha perkebunan maupun pertambangan meningkat menjelang pemilihan kepala daerah. Berdasarkan data Jaringan Advokasi Tambang Jatam, selama 2009-2012 , daerah yang terbanyak mengeluarkan izin usaha pertambangan IUP adalah Kutai Kertanegara Kalimantan Timur sebanyak 264, Kutai Barat Kaltim sebanyak 232, dan Bangka Belitung sebanyak 218. Sebelum pilkada tahun 2010, di Kutai Kartanegara hanya terdapat 73 IUP. Menurut audit Badan Pemeriksa Keuangan 74 Ibid,hlm.36. BPK, dari 10.566 IUP yang ada, baru 4.151 izin yang dinyatakan tidak bermasalah alias clean and clear, sementara sisanya masih bermasalah. Begitu pula halnya pada usaha perkebunan. Tingginya laju kerusakan hutan defoerstasi juga disebabkan oleh alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Data Sawit Watch 2009 menyatakan, 7,5 juta Hektar hutan Indonesia telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Trend ke depan, kebutuhan lahan untuk perkebunan kelapa sawit akan semakin meningkat karena meningkatnya permintaan global. Data Kementerian Kehutanan 2011, menyatakan potensi kerugian negara akibat izin pelepasan kawasan hutan di 7 Provinsi di Indonesia di prediksi merugikan negara hampir Rp. 273 triliun. Kerugian negara tersebut timbul akibat pembukaan 727 Unit Perkebunan dan 1722 unit pertambangan yang dinilai bermasalah. Kasus korupsi yang pernah terungkap terkait dengan perizinan di bidang sumber daya alam dapat kita temui, misalnya kasus suap alih fungsi hutan lindung menjadi tanaman hutan tanaman industri, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau yang melibatkan Al Amin Nur Nasution Anggota Komisi IV DPR RI. Al Amin ditangkap di salah satu ruangan di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, pada Rabu 8408 dini hari pukul 02.00 WIB. Barang bukti uang senilai Rp. 4 juta rupiah saat penangkapan dan kurang lebih Rp 67 juta di kenderaan Al Amin. Total uang yang diterima Rp. 1,8 milyar. Bersama Al Amin juga ditangkap Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Azirwan. Pada saat yang sama, KPK juga menangkap Sekretaris Al Amin, supir Azirwan, dan seorang wanita yang belum diketahui identitasnya. Kemudian yang baru-baru ini diputus oleh pengadilan tindak pidana korupsi Jakarta Pusat, yakni mantan Bupati Buol, Amran Batalipu. Amran dijatuhi hukuman tujuh tahun enam bulan penjara ditambah denda Rp. 300 juta subsider enam bulan kurungan karena terbukti menerima hadiah atau janji dari PT. Hardaya Inti Plantation PT.HIP PT. Cipta Cakra Mudaya PT.CCM. Uang tersebut merupakan “barter” atas “jasa” Amran terkait dengan proses pengajuan izin usaha perkebunan IUP dan hak guna usaha HGU terhadap tanah seluas 4.500 Hektar atas nama PT. Cipta Cakra Murdaya, perusahaan milik Hartati Murdaya. Suap juga diberikan agar Amran menerbitkan beberapa surat yang berkaitan dengan proses pengajuan IUP dan HGU terhadap tanah di luar 4.500 Hektar dan 22.780,76 Hektar, yang telah memiliki HGU. Sebelumnya KPK lebih dahulu menangkap Anshori, pelaku diduga penyuap yang juga Manager perkebunan kelapa sawit di Villa Asahan, Leok, Kabupaten Buol, Selasa 266 pada Pukul 11.00 Wita. Anshori ditangkap dengan barang bukti sejumlah uang yang diduga mencapai miliaran. KPK juga menangkap kolega Anshori yakni Gondo Sudjoyo, Dedi Kurniawan, serta Sukirman. Mereka diduga bekerjasama untuk menyuap Bupati Amran dalam meloloskan penerbitan hak lahan perkebunan sawit di daerah tersebut. Sementara itu, Hartati yang merupakan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat nonaktif kemudian divonis dua tahun delapan bulan penjara dan denda Rp. 150 juta.

2. Transaksi Tunai dalam Tindak Pidana Pencucian Uang.