Sistematika Penulisan Latar Belakang Lahirnya Pembatasan Transaksi Tunai di Indonesia.

4. Analisis Data Analisis data yakni dengan analisis kualitatif. Data sekunder yang diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skrpsi ini.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun secara sistematis dan dibagi dalam empat 4 bab yang secara garis besarnya akan digambarkkan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang,perumusan masalah, tujuan penulisan,manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II URGENSI PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI DI INDONESIA Di dalam bab ini dibahas mengenai Latar belakang lahirnya pembatasan transaksi tunai di Indonesia, tujuan penerapan pembatasan transaksi tunai, manfaat pembatasan transaksi tunai, dan peluang dan tantangan pembatasan transaksi tunai pada masyarakat di Indonesia. BAB III PEMBATASAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBATASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Didalam bab ini dibahas mengenai transaksi keuangan tunai di Indonesia, transaksi tunai sebagai sarana tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang, dan pembatasan transaksi tunai sebagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah bagian penutup dari penulisan penelitian yang menguraikan secara singkat mengenai kesimpulan dari keseluruhan penulisan serta saran yang penulis anggap perlu untuk disampaikan agar dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami topik yang telah dibahas yaitu mengenai pembatasan transaksi tunai sebagai upaya pencegahan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang. BAB II URGENSI PEMBATASAN TRANSAKSI TUNAI DI INDONESIA

A. Latar Belakang Lahirnya Pembatasan Transaksi Tunai di Indonesia.

Pembatasan transaksi tunai pada saat ini sudah masuk pada situasi yang mendesak untuk segera diberlakukan. Urgensi ini di latarbelakangi oleh beberapa kondisi yang secara garis besar terdiri dari: 40 a. Eksploitasi pembayaran tunai dalam kejahatan termasuk skema pencucian uang menyebabkan hubungan antara pelaku kejahatan, kejahatan, dan perolehan hasil kejahatan menjadi terputus karena tidak dapat dilacak dalam sistem perbankan; b. Meningkatnya frekuensi transaksi keuangan tunai di tengah masyarakat berbanding lurus dengan maraknya kasus-kasus korupsi dan pencucian uang yang terungkap menggunakan uang tunai; c. Langkah penegakan hukum terbukti belum mampu mengikis korupsi dan pencucian uang sampai ke akar. Perlu upaya yang lebih strategis untuk mengurangi perilaku korupsi dan pencucian uang di Indonesia. Pada tahun 2011, hasil survei Indeks Persepsi Korupsi IPK Transparansi Internasional masih menempatkan Indonesia dalam kisaran angka 3 tiga dari angka 10 sebagai nilai terbaik. Hasil itu tentu saja tidak menggembirakan, jika dibandingkan dengan negara-negara yang dipersepsikan bersih dari praktik korupsi, seperti: New Zealand 9,5, Denmark 9,4, dan Finlandia 9,4. Bahkan 40 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm.105 jika dibandingkan dengan negara tetangga serumpun seperti Malaysia 4,3 dan Brunei Darussalam 5,2, posisi Indonesia masih jauh tertinggal. 41 Meskipun kita juga tidak menutup mata bahwa IPK Indonesia mengalami peningkatan 0,2 poin dari tahun sebelumnya, namun sebenarnya fenomena korupsi di Indonesia tidak banyak berubah. Survei Political and Economic Risk Consultancy PERC mungkin dapat dijadikan data pembanding dalam melihat hal tersebut. Menurut survei PERC yang dilakukan pada tahun 2010 tersebut, Indonesia ditempatkan sebagai negara yang terkorup dari 16 negara tujuan investasi di wilayah Asia Pasifik dengan angka 9,27 dari angka 10 adalah yang paling terkorup. 42 Terlepas dari fenomena demikian, ada satu hal yang penting untuk ditelaah lebih jauh dari tingkat korupsi Indonesia yang tak kunjung berubah tersebut, yaitu praktik korupsi di Indonesia yang seringkali dilakukan dengan pembayaran atau transaksi keuangan tunai dalam jumlah jumbobesar. Pelaku yang memperoleh uang hasil kejahatan atau tindak pidana tersebut kemudian melakukan pembelian barang-barang mewah dengan menggunakan uang tunai. Fenomena transaksi tunai itu juga sejalan dengan temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi dan Keuangan PPATK yang menemukan bahwa saat ini terdapat peningkatan kebiasaan transaksi perbankan non-tunainonbank sebagian masyarakat di Indonesia. Menurut PPATK, transaksi pemindahan dana yang umumnya dilakukan secara non-tunai, baik transfer dana antar bank atau antar penyelenggara transfer dana maupun pemindahbukuan antar rekening di suatu 41 Corruption Perceptions Index CPI 2011, http:cpi.transparency.orgcpi2011results , diakses pada 5 januari 2015. 42 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm.1. bank, mulai bergeser menuju transaksi tunai. Lebih jauh, PPATK juga memberi penekanan bahwa dalam periode Januari-Juli 2011 terdapat 1.144.431 Laporan Transaksi Keuangan Tunai LTKT dan 595 Laporan Pembawaan Uang Tunai LPUT. Jika dikalkulasikan sejak PPATK berdiri, maka tak kurang dari 9.775.854 LTKT dan 6.306 LPUT yang ditemukan. Dilihat dari sisi nominalnya, berdasarkan data yang dilansir Bank Indonesia pada Kuartal Pertama tahun 2011, bahwa jumlah transaksi tunai yang dilakukan masyarakat mencapai Rp. 336,65 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah transaksi non-tunai pada kuartal yang sama Rp. 31 triliun. 43 Menurut mantan Kepala PPATK, Yunus Husein modus transaksi tunai semacam itu diduga dilakukan guna memutus nexus atau hubungan dalam upaya pelacakan transaksi keuangan, antara lain: pertama, setoran tunai dalam jumlah besar dari bukan nasabah suatu bank walk in customer untuk pihak ketiga yang merupakan nasabah di suatu bank berbeda; kedua, setoran tunai dalam jumlah besar dari pihak penyetor untuk pihak ketiga, dimana baik pihak penyetor maupun penerima setoran merupakan nasabah di bank yang sama; ketiga, transaksi tarik tunai dalam jumlah besar untuk tujuan tertentu yang sebenarnya dapat dilakukan secara pemindahbukuan atau transfer dana, misalnya: untuk pembayaran pembelian properti, kendaraan bermotor, dan lain-lain; keempat, transaksi tunai dilakukan oleh penerima suap dengan menggunakan kartu ATM milik penyuap. 44 43 “PPATK Catat 11.882 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dalam 7 Bulan Terakhir”,http:www.infobanknews.com201108ppatk-catat-11-882-laporan-transaksi- keuangan-mencurigakan-dalam-7-bulan-terakhir, diakses 27 Desember 2014 44 ”Meningkatnya Transaksi Tunai Persulit Tugas PPATK”, http:www.infobanknews.com201109meningkatnya-transaksi-tunai-persulit-tugas-ppatk , diakses pada 5 Desember 2014. Belajar dari kasus-kasus yang berkembang, pola pencucian uang dalam menggunakan transaksi besar secara tunai semakin sering dilakukan. Penjelasan Yunus Husein itu setidaknya mengkonfirmasi beberapa praktik korupsi baik yang ditangkap tangan atau tidak oleh KPK. Kasus terbaru, korupsi simulator SIM, Djoko Susilo punya skema transaksi tunai dalam mengintegritaskan aset-asetnya ke dalam properti untuk mengelabui PPATK. Dia tidak pernah membeli properti dengan mekanisme transfer perbankan. Mencermati modus korupsi demikian, dalam pertemuan Financial Action Task Force on Money Laundering FATF Ketiga per 25 Februari 2011 lalu menyimpulkan bahwa ketentuan yang memperluas larangan pembayaran secara tunai di Perancis dinilai sebagai bagian dari upaya memperkuat pencegahan penggunaan sistem keuangan dari praktek pencucian uang dan pendanaan teroris. 45 Pada belahan lain di Eropa, tepatnya di Belgia, upaya pencegahan transaksi tunai telah lebih dulu di atur dalam Law of 11 January 1993 on Preventing Use of The Financial System for Purposes of Money Laundering And Terrorist Financing as amended by the Law of 18 January 2010 and as amended by the Royal Decrees of 6 May 2010 and of 3 march 2011, unofficial consolidated text – 1 April 2011. 46 Pembatasan transaksi tunai juga telah dilaksanakan di Armenia. Di negara ini, pembatasan transaksi tunai dijadikan bagian dari strategi mendukung program Anti Pencucian Uang, meskipun pembatasan transaksi tersebut hanya diberlakukan secara bertahap pada perusahaan saja. Berdasarkan Law on Cash Transactions yang berlaku Januari 2009, semua transaksi perusahaan melebihi 45 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm.4. 46 Ibid.hlm.5. AMD 3 Juta harus berbentuk cashless mekanisme transaksi tanpa pembayaran tunai secara langsung, atau disebut non-tunai, yang melibatkan pembayaran perbankan secara elektronik. Kemudian, pada tahun 2010, batas tersebut diturunkan ke AMD 2 juta dan sejak 2011 menjadi AMD 1 Juta. 47 Berkaca pada pengalaman demikian, pada tahun 2011, pemerintahan Indonesia dalam Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi kemudian mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Dalam bagian strategi harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan nomor 93 Inpres tersebut, diamanatkan sebuah aksi dalam implementasi Undang-Undang Transfer Dana UU No.3 Tahun 2011. Adapun keluaran out put yang diinginkan dari bagian terebut adalah terbentuknya sebuah kajian perihal pembatasan transaksi tunai oleh BI dan Kementerian Keuangan pada bulan Desember 2012. Kemudian, dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Stranas PPK baik jangka panjang 2012-2015 dan jangka menengah 2012-2014 diatur lebih lanjut dalam Perpres No. 55 Tahun 2012. Sedangkan mengenai pembatasan nilai transaksi tersebut ditempatkan pada kategori strategi jangka menengah 2012-2014. Artinya, sebenarnya dalam agenda pemerintah sudah diprioritaskan untuk mengeluarkan kebijakan terkait pembatasan transaksi ini paling tidak sebelum tahun 2015. 48 47 “Meningkatnya Transaksi Tunai Persulit Tugas PPATK”, http:www.infobanknews.com201109meningkatnya-transaksi-tunai-persulit-tugas-ppatk , di akses pada 5 Januari 2015. 48 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm.6.

B. Tujuan Penerapan Pembatasan Transaksi Tunai.