2. Preferensi Masyarakat Terhadap Instrumen Pembayaran Non-Tunai.
57
Apabila melihat kembali motivasi masyarakat pengguna sistem pembayaran non-tunai, maka akan diketahui aspek-aspek yang dinilai penting
oleh masyarakat terkait dengan pelayanan dan jaminan kepada masyarakat untuk melakukan transaksi secara non-tunai. Secara umum terlihat bahwa masyarakat
memberikan penilaian tinggi dan sangat tinggi pada aspek-aspek tersebut. Pada sisi lain, terungkap bahwa alasan masyarakat yang tidak bersedia
menggunakan instrumen transaksi non-tunai adalah dikarenakan takut lebih boros; belum terlalu perlu; lebih menyukai pembayaran tunai dan alasan lainnya, seperti,
jumlahnya yang terbatas, belum teruji, takut tidak aman dan tidak berminat. Sedangkan kelebihan pada instrumen pembayaran non-tunai yang dialami
oleh responden diantaranya: praktis dan mudah; lebih aman; cepat; nyaman dan sangat membantu; biaya transaksi murah; bunga rendah lebih prestise; akurat; dan
lain-lain. 3.
Ekspektasi Masyarakat Terhadap Instrumen Pembayaran Non-Tunai.
Penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menangkap ekspektasi atau harapan dari masyarakat terhadap sistem pembayaran non-tunai, sebagai
berikut :
58
a. Penggunaan diperluas
Responden menaruh harapan agar penggunaan instrumen pembayaran non-tunai apat meluas ke seluruh wilayah di Indonesia, terutama di Bagian
Timur Indonesia. Selain dari cakupan wilayah penggunaan yang meluas,
57
Ibid, hlm.100
58
Ibid, hlm.102
fasilitas instrumen pembayaran non-tunai juga diperbanyak tidak hanya di toko besar saja, tetapi juga ditempat umum lainnya.
b. Peningkatan pelayanan
Masyarakat mengharapkan adanya peningkatan pelayanan pada transaksi non-tunai, dengan indikator peningkatan berupa penggunaan yang lebih
mudah, adanya perlindungan konsumen, akurat, cepat, adanya pelayanan khusus, efektif, teknologi yang digunakan lebih modern, produk diakui
internasional, transparansi jaminan terhadap nasabah; aturan yang jelas, variasi instrumen pembayaran non-tunai, fisik instrumen yang tidak mudah
rusak, peningkatan keterampilan operator dan inovatif.
c. Penurunan biaya
Salah satu pertimbangan pemanfaatan instrumen pembayaran non-tunai oleh masyarakat adalah pengenaan biaya pada transaksi. penelitian
menangkap ekspektasi dari responden bahwa biaya transaksi non-tunai ke depan dapat ditekan sehingga tidak memberatkan pengguna. Selain biaya
transaksi, iuran periodik dan biaya administrasi yang dikenakan penerbit instrumen juga sedapat mungkin dikurangi.
d. Peningkatan keamanan
Kekhawatiran yang cukup mendasar dari masyarakat terkait sistem transaksi non-tunai adalah masalah keamanan. Oleh karena itu, jika sistem ini
diberlakukan secara luas, maka penerbit instrumen pembayaaran non-tunai harus dapat meningkatkan sistem keamanannya dari kemungkinan diretas
hacked atau tindak kejahatan cyber lainnya.
e. Sosialisasi dan dukungan infrastruktur
Untuk dapat diterima dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, upaya sosialisasi terkait sistem pembayaran non-tunai perlu dilakukan secara
intensif. Sosialisasi harus dapat menyampaikan informasi tentang sistem pembayaran non-tunai yang lengkap dan mudah dipahami oleh seluruh
kalangan masyarakat. Keberadaan infrastruktur juga menjadi kunci keberhasilan jika sistem
pembayaran non-tunai ingin dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. perlu ada terobosan dari perbankan untuk mengatasi kendala investasi yang mahal
dalam penyediaan infrastruktur bagi sistem transaksi non-tunai.
BAB III PEMBATASAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI DAN
RELEVANSINYA DENGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
A. Transaksi Keuangan di Indonesia.
Transaksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI diartikan sebagai: persetujuan jual beli dalam Perdagangan antara dua pihak; atau
pelunasan pemberesan pembayaran seperti dalam bank. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.
59
Selanjutnya pada angka 4 Pasal yang sama, yang dimaksud dengan transaksi keuangan adalah:
“Transaksi untuk melakukan atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan,
pemindahbukuan, pentransferan,
pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, danatau penukaran atas sejumlah uang atau tindakan danatau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang.”
Lebih spesifik lagi, pada Pasal 1 angka 6 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juga memberikan
defenisi terhadap transaksi keuangan tunai, yaitu transaksi keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas danatau uang logam.
59
Ibid, hlm.11.
1. Sistem Pembayaran.