Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang.

pertanggungjawaban, tugas dan wewenang serta keanggotaanya diatur dengan undang-undang.

4. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang.

Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai salah satu strateginya. Problematika pencucian uang yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “money laundering” sekarang mulai meminta perhatian dunia internasional karena dimensi dan impikasinya yang melanggar batas-batas negara. Sebagai suatu fenomena kejahatan yang menyangkut, terutama dunia kejahatan yang dinamakan “organized crime”, ternyata ada pihak-pihak tertentu yang ikut menikmati keuntungan dari lalu lintas pencucian uang tanpa menyadari akan dampak kerugian yang ditimbulkan. 27 Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian di ubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah. 28 Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 1 angka 1, Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang ini. Menurut Sarah N. Welling, money laundering dimulai dengan adanya ”uang haram” atau “uang kotor” dirty money. Uang dapat menjadi kotor dengan dua cara, pertama, melalui penggelapan pajak tax evasion, yang dimaksud 27 Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang,Bandung:PT. Citra Aditya Bakti,2008, hlm 1 28 Ibid, hlm 12 dengan ”pengelakan pajak” ialah memperoleh uang secara legal, tetapi jumlah yang dilaporkan kepada pemerintah untuk keperluan perhitungan pajak lebih sedikit daripada yang sebenarnya diperoleh, kedua, memperoleh uang melalui cara-cara yang melanggar hukum. 29 Menurut Sutan Remy Sjahdeini, mendefenisikan pencucian uang atau money laundering sebagai: 30 “Rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan financial system sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.” Dari beberapa definisi penjelasan mengenai apa yang dimaksud pencucian uang, dapat disimpulkan bahwa pencucian uang adalah kegiatan-kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seorang atau organisasi kejahatan terhadap uang haram, yatu uang yang berasal dari tindak kejahatan, dengan maksud menyembunyikan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama memasukkan uang tersebut kedalam sistem keuangan financial system sehingga apabila uang tersebut kemudian dikeluarkan dari sistem keuangan itu, maka keuangan itu telah berubah menjadi uang yang sah. 31 Secara umum pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan, memindahkan, dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan 29 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,Likuiditas dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm.22. 30 Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, Jakarta:Pustaka Utama, Grafiti, 2007,hlm.5. 31 Adrian sutedi, Op Cit, hlm 15 organisasi kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotik, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money laundering atau pencucian uang pada intinya melibatkan aset pendapatankekayaan yang disamarkan sehingga dapat dipergunakan tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang legal. Melalui money laundering pendapatan atau kekayaan yang berasal daari kegiatan yang melawan hukum diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber yang sahlegal. 32 Setidak-tidaknya terdapat tiga alasan mengapa money laundering perlu diberantas dan dinyatakan sebagai tindak pidana, yaitu : 33 1. Karena pengaruh money laundering pada sistem keuangan dan ekonomi diyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia, misalnya dampak negatif terhadap efektifitas penggunaan sumber daya dan dana. Dengan adanya money laundering, maka sumber daya dan dana banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak sah dan dapat merugikan masyarakat. Di samping itu, dana-dana yang relatif besar itu kurang dimanfaatkan secara optimal, misalnya dengan melakukan “sterile investment” dalam bentuk properti atau perhiasan yang mahal. Hal ini terjadi karena uang hasil tindak pidana terutama diinvestasikan pada negara-negara yang dimungkinkan aman untuk mencuci uangnya, walaupun hasilnya lebih rendah. 2. Dengan ditetapkannya money laundering sebagai tindak pidana akan lebih memudahkan bagi aparatur penegak hukum untuk menyita hasil pencucian uang yang kadangkala sulit untuk disita, misalnya aset yang susah dilacak atau yang sudah dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Dengan cara 32 Ibid 33 Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering Di Indonesia,Bandung: Books TerraceLibrary,2008, hlm, 26-28. menyita hasil pencucian uang ini, maka pelarian uang hasil tindak pidana pencucian uang dapat dicegah. Dengan demikian pemberantasan tindak pidana sudah berali h orientasinya dari “menindak pelakunya” ke arah menyita ”hasil tindak pidana”. Dibanyak negara dengan menyatakan money laundering sebagai tindak pidana merupakan dasar bagi penegak hukum untuk mempidanakan pihak ketiga yang dianggap menghambat upaya penegakan hukum. 3. Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan dengan adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya. Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi banyak menikmati hasil-hasil tindak pidana tersebut. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi disektor perbankan, dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan pencucian uang disebabkan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa instrumen dalam lalu lintas keuangan yang dapat digunakan untuk menyembunyikanmenyamarkan asal usul suatu dana. Dengan adanya globalisasi perbankan dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak melampaui batas yurisdiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil kejahatan bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara sangat ketat. Kejahatan pencucian uang merupakan kejahatan transnasional, tanpa mengenal batas negara, maka caara penanggulangannya disamping dengan penegakan hukum di tingkat nasional, maka diperlukan juga kerjasma internasional, ini dapat dilihat bahwa mencegah kegiatan pencucian dana hasil kegiatan melalui sistem keuangan, telah mendapat perhatian yang makin besar dari badan-badan pembentuk perundang-undangan, lembaga penegak hukum dan bank-bank sentral disejumlah negara. 34 Berikut adalah beberapa cara-cara modus operandi kejahatan pencucian uang pada umumnya, antara lain : 35 1. Melalui kerja sama modal. Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar neeri. Uang tersebut masuk kembali dalam bentuk kerja sama modal join venture project. Keuntungan investasi tersebut diinvestasikan lagi dalam berbagai usaha lain. Keuntungan usaha lain dinikmati sebagi uang yang sudah bersih karena tampaknya secara legal, bahkan sudah dikenakan pajak. 2. Melalui agunan kredit. Uang tunai diseludupkan ke luar negeri. Lalu disimpan di bank negara tertentu yang prosedur perbankannya termasuk lunak. Dari bank tersebut ditransfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito. Kemudian, dilakukan peminjaman ke suatu bank di Eropa dengan jaminan deposito tersebut. Uang hasil kredit ditanamkan kembali ke negara asal uang haram tadi. 34 Pathorang Halim, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian Uang di Era Globalisasi , Jakarta: Total Media,2013, hlm. 15 35 Adrian Sutedi, Opcit, hlm. 26. 3. Melalui perjalanan luar negeri. Uang tunai ditransfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada di negaranya. Lalu, uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kebali ke negara asalnya oleh orang tertentu. Seolah-olah uang tersebut berasal dari luar negeri. 4. Melalui penyamaran usaha dalam negeri. Dengan uang tersebut maka didirikanlah perusahaan samaran, tidak dipermasalahkan apakah uang tersebut berhasil atau tidak,tetapi kesannya usaha tersebut telah menghasilkan uang “bersih”. 5. Melalui penyamaran perjudian. Dengan uang tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak menjadi masalah apakah menang atau kalah. Akan tetapi, akan dibuat kesan menang sehingga ada alasan asal usul uang tersebut. Seandainya di Indonesia masih ada SDSB, nalo, lotre, dan lain-lain yang sejenisnya kepada pemilik uang haram dapat ditawarkan nomor yang menang dengan harga yang lebih mahal. Dengan demikian, uang tersebut memberikan kesan kepada yang bersangkutan sebagai hasil kemenangan kegiatan perjudian tersebut. 6. Melalui penyamaran dokumen. Uang tersebut secara fisik tidak kemana-mana, tetapi keberadaannya didukung oleh berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diadakan, seperti membuat double invoice dalam jual beli dan ekspor impor. Agar ada kesan uang itu sebagai hasil kegiatan luar negeri. 7. Melalui pinjaman luar negeri. Uang tunai dibawa ke luar negeri dengan berbagai cara, lalu uang tersebut dimasukkan kembali sebagi pinjaman luar negri. Hal ini seakan-akan memberikan kesan bahwa pelaku memperoleh bantuan kredit dari luar negeri. 8. Melalui rekayasa pinjaman luar negeri. Uang secara fisik tidak kemana-mana, tetapi kemudian dibuat suatu dokumen seakan-akan ada bantuan atau pinjaman luar negeri. Jadi pada kasus ini sama sekali tidak ada pihak pemberi pinjaman. Yang ada hanya dokumen pinjaman, yang kemungkinan besar adalah dokumen palsu. Terkait perbankan merupakan suatu bentuk usaha yang memliki keleluasaan dalan menghimpun dan meyalurkan dana sehingga sangat strategis untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang. Baik melalui placement, layering, maupun intergration. 36 Ketiga bentuk tindak pidana pencucian uang tersebut placement, layering, dan integration pada dasarnya merupakan perbuatan yang terpisah atau berdiri sendiri. Namun dalam praktik, sering kali pelaku pencucian uang melakukan semua jenis tingkatan tersebut, yang mana terhadap pelaku dapat dikenakan dakwaan komulatif karena melanggar beberapa tindak pidana concursus realis. Jika dilihat pasal-pasal tindak pidana pencucian uang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, akan terlihat jenis atau tingkatan perbuatan pencucian uang, yakni sebagai berikut : 37 a. Pasal 3 , merupakan tahapan, Placement, Layering, dan Intergration. “Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke 36 Juni Sjahfrien Jahja, Melawan Money Laundering,Jakarta: Visi media,2012,hlm.7 37 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah ”. b. Pasal 4, merupakan tahapan Layering dan Integration. “ Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah ”. c. Pasal 5 Ayat 1, merupakan tahapan Layering dan Integration Pencuci uang pasif. “Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah ”. Perbankan juga sangat rentan bagi tindak pidana yang terorganisasi sehingga sangat strategis untuk dimanfaatkan. Tindak pidana yang terorganisasi biasanya bersembunyi dibalik suatu perusahaan atau nama lain nominees dengan melakukan perdagangan internasional palsu dan berskala besar dengan maksud untuk memindahkan uang yang tidak sah dari suatu negara ke negara lain. Perusahaan yang digunakan untuk menyembunyikan kegiatan tindak pidana tersebut biasanya meninta kreditpembiayaan dari bank untuk menyamarkan aktivitas pencucian uang. Modus operandi lainnya,antara lain, dengan menggunakan faktur invoice palsu yang di mark up atau LC palsu sebagai upaya untuk meyulitkan pengusutan di kemudian hari. Oleh karena itu, perbankan harus berhati-hati terhadap kemungkinan dimanfaatkan sebagai sarana pencucian uang. 38

G. Metode Penulisan