Kasus Gayus Tambunan. Kasus Ie Mien Sumardi

Hal inilah yang menjadi kelemahan dari pendekatan follow the money dalam pengungkapan kasus-kasus kejahatan, dimana hasil dari tindak pidana tidak bisa ditelusuri lebih jauh karena terputusnya aliran dana. Transaksi keuangan tunai juga merupakan metode yang dipakai dalam mencuci uang. Dengan terputusnya aliran dana merupakan tujuan dari kegiatan menyamarkan harta hasil kejahatan. Adapun bentuk penggunaan instrumen uang tunai dalam tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut: 79 1. Pembelian barang-barang berharga mewah secara tunai. 2. Penukaran mata uang asing. 3. Penerbitan cek perjalanan Travellers Cheque. 4. Penggunaan uang elektronik electronic money. 5. Fasilitas Safe Deposit Box.

b. Kasus Gayus Tambunan.

80 Pegawai Direktorat Jenderal Pajak golongan III-A, Gayus Halomoan Partahanan Tambunan tiba-tiba menjadi pusat pemberitaan setelah sejumlah kejahatannya terungkap ke publik. Gayus didakwa dengan berbagai tindak pidana, yakni penggelapan pajak, gratifikasi, penyuapan hakim dan aparat kepolisian, pemalsuan paspor, dan pencucian uang. Dari berbagai tindak pidana yang diperiksa dan diputus di beberapa peradilan yang berbeda, Gayus diganjar hukuman penjara selama 28 tahun. Adapun kasus pencucian uang Gayus dari kepemilikan uang, Polri juga telah menyita sejumlah harta di safe deposite box Bank Mandiri Cabang Kelapa Gading berupa uang tunai dalam bentuk uang Rp 925 juta, US 3,5 juta, US 79 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm. 48. 80 Ibid, hlm. 53 659.800 dan 9.000.680 dolar Singapura, 31 batang logam mulia masing-masing sebesar 100 gram. Selain itu, terdapat juga tanah yang berbentuk bangunan yang disita polisi didaerah Kelapa Gading. Ketika ditanya perihal kepemilikan uang dalam safe deposite box tersebut, Gayus hanya mengaku mendapat uang dari sejumlah perusahaan tanpa bisa menunjukkan bukti-bukti penyerahan atau transfer uang. Diduga kuat uang tersebut diberikan perusahaan secara tunai oleh perusahaan yang mendapat “jasa” pengamanan pajak perusahaannya.

c. Kasus Ie Mien Sumardi

81 Pada tanggal 2 dan 3 Desember 2004, Ien Mien Sumardi IMS atas suruhan Lisa Santoso Pemegang Saham PT Interesia Securitindo telah mengambil sejumlah uang tunai dari basement PT, Global Internasional Tbk dan dibawa untuk ditukarkan dengan mata uang asing berupa Dollar Singapura dan Dollar Amerika pada money changer PT. Yan Shama Linque Money Changer dan PT. Dinamis Citra Swakarsa Money Changer. Uang yang dibawa dan ditukarkan dalam bentuk mata uang asing masing-masing adalah: 1. Rp. 5 milyar untuk pembelian Dollar Singapura sebanyak SGD. 2,250,000,-; 2. Rp. 1.385.000.000,- untuk pembelian Dollar Singapura sebanyak SGD. 250,000,-; 3. Rp. 4,5 milyar untuk pembelian Dollar Singapura sebanyak SGD. 500.000,- Uang yang dibawa oleh IMS kepada PT Yan Shama Linque dan PT Dinamis Citra Swakarsa adalah berasal dari uang milik PT Bank Global Internasional Tbk yang baru diambil 1 dan 2 Desember 2004 dari rekening giro sistem BI RTGS Bank Indonesia sebanyak Rp. 40 miliyar dan Rp. 20 milyar yang 81 Yunus Husein, Op Cit., hlm 48. tidak dibukukan dalam khasanah PT. Bank Global Internasional Tbk. Uang senilai total Rp 60 milyar tersebut diambil oleh Poppy Wimandjaja dan Lin Sally Purnamasari pegawai Bank global atas surat penunjukan yang ditandatangani oleh Rico Santoso adik kandung Lisa Santoso dan Iman Santoso Bahurekso yang sama-sama sebagai Direksi Bank Global. Perkara Ien Mien Sumardi ini sudah diputus oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Nomor 1056Pid.B2005PNJKTPST dan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dengan Nomor 211PID2005PTDKI. Dalam putusan dari kedua peradilan tersebut pada intinya berkesimpulan sebagai berikut: 1. Terdakwa terbukti dengan sengaja melakukan pembantuan tindak pidana pencucian uang dengan memenuhi permintaan Lisa Santoso untuk membawa uang kepunyaan PT. Bank Global Internasional Tbk ke tempat penukaran mata uang asing Money Changer, yang dilakukan tidak secara normal sebagaimana mestinya pada suatu bank; 2. Unsur “harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana”, telah terbukti berdasarkan tata cara pengeluaran uang milik PT. Bank Global Internasional Tbk yang dibawa dengan mobil kijang untuk ditukarkan sebagian menjadi mata uang asing pada PT YSL dan PT DCS adalah merupakan hasil tindak pidana perbankan dan penggelapan; 3. Majelis hakim tidak membuktikan terlebih dahulu tindak pidana asal predicate crime, melainkan cukup membuktikan bahwa telah terjadi tindak pidana asal tindak pidana perbankan dan penggelapan tanpa menunjuk siapa pelakunya. Majelis cukup menegaskan bahwa adanya hubungan kausal antara kekayaan yang dimaksud dalam tindak pidana pencucian uang dengan terjadinya tindak pidana asal.

C. Pembatasan Transaksi Tunai Sebagai Upaya Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi dan Pencucian Uang . Alasan yang paling sederhana seseorang yang terlibat kejahatan menggunakan uang tunai dalam aktivitas transaksi keuangan adalah untuk memutus pelacakan asal usul sumber dana dan memutus pelacakan aliran dana hasil kejahatannya kepada pihak penerima dana beneficiary. Dengan demikian, PPATK akan mengalami kesulitan dalam melakukan analisis transaksi keuangan mencurigakan. Sebagai asumsi dasar, trend meningkatnya transaksi keuangan tunai di atas Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah dari tahun ke tahun yang dilaporkan Penyedia Jasa Keuangan PJK jika dikaitkan dengan maraknya tindak pidana korupsi dan pencucian uang menggunakan uang tunai, boleh jadi ada suatu hubungan sebab-akibat causalitas di antara keduanya. 82 Baik tindak pidana korupsi maupun pencucian uang dalam praktiknya sama-sama menggunakan uang tunai sebagai salah satu sarana dalam mewujudkan kejahatan tersebut. Bisa dikatakan, uang tunai sebagai salah satu celah atau akar dari timbulnya perbuatan seseorang untuk melakukan korupsi dan pencucian uang. Dengan adanya perangkat hukum pidana korupsi dan pencucian uang saat ini, tidak begitu mampu memberantas kejahatan tersebut karena masih terdapat celah atau akar persoalan yang tidak bisa dijangkau olehnya. Dalam bahasa Todung Mulya Lubis “pemberantasan korupsi di Indonesia hanya akan berhasil jika peluang korupsi itu dihilangkan atau disempitkan”. Maka untuk 82 Andri Gunawan dkk, Op Cit, hlm.55.