Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Transaksi Non-Tunai.

Di dalam praktinya di lapangan, tentu saja masyarakat tidak hanya memperhatikan variabel pemberantasan korupsi dalan menaati kebijkan pembatasan transaksi tunai. Namun juga terdapat variabel-variabel lainnya yang akan menjadi tantangan bagi pelaksanaannya. Variabel-variabel ini coba dipetakan oleh Bank Indonesia dalam penelitianya Persepsi, preferensi, dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap Sistem Pembayaran Non-Tunai pada 2006. Dari penelitian ini akan diperoleh gambaran peluang dan tantangan pembatasan transaksi tunai dari aspek sosiologis. 55

1. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Transaksi Non-Tunai.

Responden yang disurvei pada penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagian besar 90 adalah nasabah bank, dimana hamper seluruhnya 99 memanfaatkan produk tabungan karena mudah diambil apabila ada keperluan mendadak dan fasilitasnya cukup beragam seperti adanya ATM atau untuk keperluan lainnya seperti belanja. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa tidak seluruhnya memanfaatkan transaksi non-tunai teridentifikasi 71 nasabah bank yang menggunakan transaksi non-tunai. Responden yang tidak memanfaatkan transaksi non-tunai mengungkapkan beberapa alasan sebagai berikut: 56 1. Merasa belum perlu; 2. Menambah beban biaya; 3. Lebih senang memakai tunai; 4. Tidak mengetahui dan mengerti prosedurnya; 55 Andri Gunawan dkk, Op Cit,hlm.97. 56 Ibid. 5. Fasilitas masih terbatas dan lainnya. Responden yang belum memanfaatkan dan yang mengalami pengalaman buruk pada transaksi non-tunai merupakan tantangan yang utamanya harus segera direspon oleh pihak perbankan. Jika tidak ada perbaikan terhadap sistem transaksi non-tunai ini, maka dikhawatirkan nasabah akan kehilangan kepercayaan pada perbankan dan pada akhirnya enggan menggunakan instrumen pembayaran non- tunai. Selanjutnya adalah motivasi masyarakat untuk memanfaatkan sistem pembayaran non-tunai, dimana keamanan menjadi konsideran terbesar 41,9. Dalam hal ini, masyarakat tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar apabila berpergian sehingga merasa aman terhindar dari kejahatan. Motivasi lain yang teridentifikasi adalah kemudahan 25; kecepatan transaksi7,8; dan efisiensi7,1. Dalam jumlah yang tidak terlalu besar, kenyamanan; akurasi; dan adanya layanan khusus juga menjadi motivasi masyarakat yang menggunakan sistem pembayaran non-tunai. Asumsi bahwa biaya yang dikenakan pada transaksi akan menjadi faktor penghambat perkembangan sistem pembayaran non-tunai, tidak sepenuhnya terbukti. Hasil penelitian Bank Indonesia malah menunjukkan sebagian besar responden 51 menganggap bahwa biaya yang dikenakan pada pembayaran dengan instrumen non-tunai dipandang sesuai wajar dengan pelayanan dan kemudahan yang diperoleh.

2. Preferensi Masyarakat Terhadap Instrumen Pembayaran Non-Tunai.