konsisten akan meningkat kualitas laporan keuangan dan menurun tingkat manajemen labanya. Sementara perusahaan yang tidak menerapkan prinsip-
prinsip tersebut cenderung lebih buruk kualitas laporan keuangannya.
2.3.4 Manfaat Good Corporate Governance
Manfaat dari penerapan corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
FCGI, 2001 adalah: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.
2.3.5 Mekanisme Good Corporate Governance
Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan,
diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Mekanisme pengendalian internal dalam perusahaan antara lain: struktur
kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini komposisi dewan World Bank, 1999 dalam Boediono, 2005
Iskander dan Chamlou 2000 dalam Ningsaptiti 2010 menyebutkan bahwa mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses
internal seperti rapat umum pemegang saham RUPS, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Sedangkan
external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan
menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar. Menurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan market
for corporate control , pada saat diketahui bahwa manajemen melakukan
tindakan yang menguntungkan diri sendiri, kinerja perusahaan akan menurun yang dicerminkan oleh menurunnya nilai saham perusahaan Hanifah, 2010.
Pada penelitian ini variabel yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap manajemen laba adalah dewan komisaris independen,
komite audit independen, dan kepemilikan manajerial. Keberadaan dewan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam
proses pengambilan keputusan guna memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
perusahaan. Peranan komite audit independen juga diperlukan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan sesuai dengan tugas-tugasnya sehingga dapat mengurangi perilaku
oportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Sesuai pernyataan Jensen dan Meckling 1976 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007 tentang kepemilikan
manajerial bahwa dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen managerial ownership, maka kepentingan pemilik atau pemegang
saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer atau dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Berikut adalah penjelasan mengenai dewan komisaris independen, komite audit independen, dan kepemilikan
manajerial:
1 Dewan Komisaris Independen
Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan,
diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Mekanisme pengendalian internal dalam perusahaan antara lain struktur
kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini komposisi dewan World Bank, 1999 dalam Boediono, 2005.
Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham danatau
hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi danatau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Jumlah anggota dewan komisaris independen paling sedikit adalah 50 PBI No. 84PBI2006. KNKG 2006
juga menyebutkan bahwa jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efekif dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. Keberadaan komisaris
independen dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih objektif dan menempatkan kewajaran fairness dan kesetaraan
di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 912DNDP menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi komisaris independen apabila tidak memiliki:
1 Hubungan keuangan, yakni apabila memperoleh penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari anggota dewan komisaris lainnya danatau
direksi pengurus bank, dari perusahaan yang PSP nya pengurus bank, dan dari Pemegang Saham Pengendali PSP bank.
2 Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus pada perusahaan di mana dewan komisaris bank lainnya menjadi pengurus, menjadi pengurus
pada perusahaan yang PSP nya pengurus bank, dan menjadi pengurus atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP bank.
3 Hubungan kepemilikan saham yakni apabila menjadi pemegang saham pada perusahaan yang PSP nya adalah pengurus danatau PSP bank, danatau
menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP bank.
4 Hubungan dengan bank apabila: a memiliki saham bank lebih dari 5 lima perseratus dari modal disetor
bank; b menerimamemberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari
atau kepada bank yang menyebabkan pihak yang memberi bantuan, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak yang menerima
bantuan, seperti pihak terafiliasi danatau pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan bank debitur inti dan deposan inti.
Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen
laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris
dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan
laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai
kecenderungan mempengaruhi manajemen laba Boediono, 2005.
2 Komite Audit Independen
Komite audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi
manajemen dan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan. Keberadaan komite audit merupakan perangkat yang penting dalam penerapan
tata kelola perusahaan yang baik. Namun, keberadaan komite audit saja belum
cukup untuk menghindarkan perusahaan dari kasus-kasus keuangan terutama kasus manajemen laba. Komite audit ternyata juga membutuhkan independensi
dan efektivitasnya dalam mengawasi proses pelaporan keuangan Pamudji dan Trihartati, 2010.
Komite audit menurut PBI No. 84PBI2006 adalah pihak yang mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.
Sedangkan komite audit independen menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 912DPNP adalah anggota komite audit yang tidak memiliki hubungan
keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham danatau hubungan keluarga dengan dewan komisaris, direksi danatau pemegang saham pengendali atau
hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Jumlah anggota komite audit disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006
menyebutkan bahwa anggota komite audit paling sedikit terdiri dari seorang komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di
bidang keuangan atau akuntansi dan seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan. Jumlah komisaris independen dan
pihak independen yang menjadi anggota komite audit paling sedikit adalah 51 dari jumlah anggota komite audit.
Tugas komite audit menurut KNKG 2006 adalah membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: a laporan keuangan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, b struktur pengendalian
internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, c pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan
d tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
3 Kepemilikan Manajerial
Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Dari sudut pandang teori
akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang
berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem
pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria: a perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik owner-manager; dan b perusahaan yang dipimpin oleh
manajer dan non pemilik non owner-manager. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat
dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba Boediono, 2005.
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan direktur dan komisaris. Permasalahan keagenan diasumsikan akan dapat diminimalkan apabila seorang manajer juga sekaligus merangkap sebagai
seorang pemilik perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mengurangi
dorongan untuk melakukan manipulasi, sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan yang
bersangkutan. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat Hanifah,
2010. Kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi manajemen laba karena
dengan kepemilikan manajerial dapat mengurangi masalah dalam hubungan keagenan. Masalah tersebut adalah masalah kontrol pemegang saham pada
manajer yang meliputi adanya tindakan agent yang tiak dapat diamati oleh principal
dan mekanisme pengendalian. Manajer memiliki dua posisi yaitu sebagai principal dan agent, hal itu mengakibatkan manajer akan
mempertimbangkan kembali keinginannya untuk melakukan manajemen laba karena dengan melakukan manajemen laba akan melindungi dirinya dan
memberikan keuntungan yang sesaat. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham Faizal, 2004. Jensen dan Meckling 1976 dalam Widiastuti 2008 menyatakan
kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen. Pemegang saham luar dan manajemen mempunyai kepentingan yang sama yaitu mendapat keuntungan dari perusahaan. Hal ini
menyebabkan manajemen tidak melakukan manajemen laba yang akan merugikan dirinya sendiri.
2.4 Penelitian Terdahulu