4.2.3 Pengaruh Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba
Komite audit merupakan pihak yang mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Komite audit ternyata juga
membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam mengawasi proses pelaporan keuangan Pamudji dan Trihartati, 2010. Independensi komite audit
pada penelitian ini diukur berdasarkan persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap seluruh anggota komite audit. Hasil
penelitian ini berdasarkan tabel 4.14 membuktikan bahwa komite audit independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sehingga H
3
dalam penelitian ini yang menyatakan komite audit independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak.
Rata-rata komite audit independen yang dimiliki oleh perusahaan sesuai statistik deskriptif adalah sebesar 60,06. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan secara umum telah memenuhi ketentuan PBI No. 84PBI2006 yang menyatakan jumlah komisaris independen dan pihak independen yang menjadi
anggota komite audit paling sedikit adalah sebesar 51 dari total jumlah anggota komite audit. Sampel penelitian menunjukkan dari 63 unit analisis,
sebanyak 43 atau 68,25 unit analisis komite audit independen sudah di atas 50, sedangkan sisanya sebanyak 20 atau 31,75 unit analisis komite audit
independennya masih di bawah 50. Hal tersebut dapat diartikan jumlah dewan komisaris independen perusahaan sampel sudah baik dan memenuhi Peraturan
Bank Indonesia No. 84PBI2006.
Tugas komite audit menurut KNKG 2006 adalah membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: a laporan keuangan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, b struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, c pelaksanaan audit internal
maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan d tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa komite audit independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Alasan untuk hal tersebut adalah
adanya kemungkinan bahwa pembentukan komite audit independen dalam perusahaan didasari sebatas untuk memenuhi regulasi dari Bank Indonesia di
mana sesuai PBI No. 84PBI2006 mensyaratkan perusahaan perbankan harus mempunyai komite audit yang paling sedikit terdiri dari seorang komisaris
independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi dan seorang pihak independen yang memiliki keahlian
di bidang hukum atau perbankan. Sehingga, dalam pelaksanaannya komite audit kurang efektif dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menjalankan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dengan menjunjung prinsip-prinsip good corporate governance.
Komite audit independen yang ada pada perusahaan sampel sebagai salah satu mekanisme dari good corporate governance belum melakukan tugasnya
secara efektif, komite audit independen yang dibentuk mungkin bukan merupakan seseorang yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau
akuntansi, selain itu juga tidak memiliki keahlian di bidang hukum dan
perbankan sehingga belum bisa mengambil keputusan yang sesuai dan keputusan yang diambil masih didominasi oleh ketua komite audit yang
merupakan komisaris independen. Komite audit juga bukan merupakan satu- satunya tolak ukur untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Siregar dan Utana 2006 serta Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan komite audit
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal tersebut dikarenakan keberadaan komite audit dalam perusahaan tidak dapat menjalankan
tugasnya dalam memonitor pelaporan keuangan sehingga keberadaan komite audit gagal dalam mendeteksi manajemen laba. Namun, penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil yang diperoleh pada penelitian Pamudji dan Trihartati 2010 yang menyebutkan komite audit independen berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
4.2.4 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba