Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa luas lingkaran L dengan jari-jari r atau diameter d adalah L = πr 2 atau L = ଵ ସ ߨ݀ ଶ Nuharini Wahyuni, 2008: 145.

2.2 Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran matematika, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan. Kesulitan ini bisa muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah. Siswa seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab penekanan pada jawaban akhir. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi karena dalam kegiatan pemecahan masalah terangkum kemampuan matematika lainnya seperti penerapan aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian pemahaman konsep maupun komunikasi matematika. Dalam mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa, guru menggunakan model pembelajaran ekspositori sehingga pembelajaran terpusat pada guru. Salah satu alternatif dalam melatih dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar. Dalam teori konstruktivistiktik, siswa diberikan kesempatan secara aktif dan terus menerus membangun sendiri pengetahuannya dalam memecahkan masalah baik secara personal maupun sosial sehingga terjadi perubahan konsep menjadi lebih rinci dan lengkap. Menurut teori Vygotsky, siswa melakukan pekerjaan dengan kelompok kecil agar merangsang siswa untuk aktif bertanya dan berdiskusi. Sedangkan teori Piaget mengemukakan pentingnya keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok pada pembelajaran. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS merupakan salah satu pengembangan dari model pembelajaran kooperatif, di mana siswa dituntut belajar berkelompok secara kooperatif. Model TAPPS lebih ditekankan kepada kemampuan penyelesaian masalah problem solving. Dalam model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS, siswa dibagi dalam pasangan, seorang sebagai problem solver dan lainnya sebagai listener. Setiap pasangan diberi suatu masalah yang harus dipecahkan. Problem solver bertugas memecahkan masalah dan menyampaikan semua gagasan dan pemikirannya selama proses pemecahan masalah kepada listener. Sedangkan listener bertugas mengikuti dan mengoreksi dengan cara mendengarkan seluruh proses yang dilakukan problem solver dalam memecahkan masalah. Pengaruh penerapan model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan worksheet. Worksheet yang digunakan adalah worksheet berbasis masalah agar memudahkan siswa dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah. Selain itu, worksheet juga dapat mengefektifkan penggunaan waktu selama proses pembelajaran karena siswa tidak perlu lagi menulis soal latihan yang diberikan guru. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti menduga bahwa pembelajaran dengan model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya tuntas dan siswa diharapkan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik.

2.3 Hipotesis Penelitian