Uji Hipotesis 3 Uji Proposi Satu Pihak

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Kelas N Rata- rata s 2 s gabungan t hitung t tabel Eksperimen 28 84,29 164,63 13,768 2,554 1,686 Kontrol 30 75,05 212,77 Dari tabel di atas tampak bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 84,29 dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol 75,05 sehingga diperoleh t hitung = 2,554; sedangkan tabel t dengan α = 5 dan dk = 56 diperoleh t tabel = 1,686. Karena t hitung t tabel , sehingga H ditolak dan H 1 diterima, artinya rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran menggunakan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya lebih tinggi daripada rata- rata kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran ekspositori. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34.

4.1.2.5 Uji Hipotesis 3 Uji Proposi Satu Pihak

Uji ini dilakukan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran yang lebih tinggi antara kelas dengan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya dan kelas dengan pembelajaran ekspositori dengan menggunakan uji proporsi satu pihak. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. 2 1 :    H persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran dengan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving berbantuan worksheet berbasis Polya kurang dari atau sama dengan persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran dengan pembelajaran ekspositori 2 1 1 :    H persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran dengan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving berbantuan worksheet berbasis Polya lebih dari persentase ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran dengan pembelajaran ekspositori Pada kelas eksperimen, dari 28 anak siswa yang nilainya tuntas ada 25 anak, sehingga x 1 = 25, n 1 = 28, sehingga 89 , 1 1  n x . Pada kelas kontrol, dari 30 anak siswa yang nilainya tuntas ada 14 anak, sehingga x 2 = 14, n 2 = 30, sehingga 47 , 2 2  n x . Uji yang digunakan adalah rumus uji z. Tolak H jika z  z 0,5 – α di mana z 0,5 – α didapat dari daftar distribusi normal baku dengan peluang 0,5 – . Dari hasil penelitian untuk uji kesamaan dua proporsi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Data Hasil Uji Proporsi Satu Pihak 1 1 n x 2 2 n x p q Z 0,89 0,47 0,672 0,328 1,74 Dari tabel di atas diperoleh nilai z = 1,74 sedangkan dengan α = 5 dari daftar normal baku diperoleh z 0,5 – α = 1,64. Karena z z 0,5 – α , sehingga H ditolak dan H 1 diterima, artinya persentase ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran menggunakan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya lebih tinggi daripada persentase ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran ekspositori. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh data yang menunjukkan bahwa kelas yang diambil sebagai sampel dalam penelitian berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama yaitu memiliki pengetahuan yang sama. Kemudian dipilih secara acak kelas VIII-D sebagai kelas ekperimen yang diberi pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran model ekspositori. Pada kelas eksperimen, diberlakukan pembelajaran model Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS berbantuan worksheet berbasis Polya. TAPPS memiliki unsur-unsur fase yang membuat siswa lebih aktif dan lebih dapat memahami materi. Guru tidak sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa memiliki pemahaman yang lebih mantap terhadap materi