66
BAB V PEMBAHASAN
5.1. PEMBAHASAN
5.1.1. Perbedaan Status Gizi Siswa Sebelum dan Sesudah PMT-AS
Berdasarkan Sjahmien Moehji 1992:32 bahwa anak memerlukan energi yang lebih besar untuk melakukan aktifitas fisik. Oleh karena itu, anak perlu
perhatian serius akan gizi. Anak tumbuh dengan gizi baik, bobot tubuhnya semakin meningkat dan makin menampakkan kondisi fisik yang sehat.
Dari hasil penelitian setelah pelaksanaan PMT-AS, terdapat perubahan status gizi sebelum PMT-AS terdapat 0,29 siswa mengalami gizi buruk, 3,53
siswa mengalami gizi kurang, 5,29 siswa mengalami gizi sedang, 90,88 siswa mengalami gizi baik dan sesudah PMT-AS menjadi 1,18 siswa mengalami gizi
kurang, 10,59 siswa mengalami gizi sedang, 88,23 siswa mengalami gizi baik. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,030 0,05 berarti
Ho ditolak, yang artinya ada perbedaan status gizi siswa SDMI sebelum dan sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient CC sebesar 0,830 kekuatan
hubungan lemah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Fitriasih 2008
yang menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah dengan status gizi pada siswa SDMI di wilayah kerja Puskesmas Serayu.
Penelitian lain yang serupa dilakukan oleh Madya Eri M pada siswa SD Negeri
67
Sraigede di Kabupaten Jepara tahun 1997, didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah terhadap status gizi.
Sesuai teori yang dikemukakan oleh forum koordinasi PMT-AS tingkat pusat 1997:2, bahwa untuk mencegah masalah kekurangan energi protein pada
siswa SDMI dilakukan program PMT-AS. Program ini di negara berkembang menunjukkan pengaruh positif terhadap ketahanan belajar siswa. Dalam rangka
peningkatan gizi anak dan remaja, maka salah satu programnya diwujudkan dalam bentuk peningkatan dan perbaikan gizi melalui program PMT-AS pada siswa SD
MI negeri dan swasta di desa tertinggal. Selain teori di atas hasil penelitian oleh Lilis Diarnayanti Maryanto 2009
yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi serta ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status
gizi anak usia 13-15 tahun di Pondok Pesantren Barokatul Qur’an Megoten Kebonagung Demak tahun 2008.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arisman 2004: 92-93 yang menyatakan bahwa keadaan kurang energi dan protein disebabkan oleh rendahnya asupan
energi dan asupan protein yang dikonsumsi, kurang tercukupnya kalori dan protein pada usia remaja dan terjadi pada kurun waktu yang lama dapat
mengakibatkan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Tetapi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kejadian kurang energi dan protein KEP maupun
kurang kalori protein KKP.
5.1.2. Perbedaan Kadar Hemoglobin Siswa Sebelum dan Sesudah PMT-AS