64
memiliki kadar hemoglobin pada taraf tidak normal atau anemia menjadi 294 siswa 86,5 memiliki kadar hemoglobin pada taraf tidak normal serta 46 siswa
13,5 memiliki kadar hemoglobin pada taraf normal atau tidak anemia. Analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 0,05 berarti Ho
ditolak, yang artinya ada bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin siswa sebelum dan sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient CC sebesar 0,260
kekuatan hubungan lemah.
4.2.2.3 Uji Hipotesis Perbedaan Prestasi Belajar Siswa SDMI Sebelum dan
Sesudah PMT-AS
Hasil uji
chi-square dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Uji Chi-Square Perbedaan Prestasi Belajar Siswa SDMI Sebelum dan Sesudah PMT-AS
Pemberian PMT-AS
Kriteria Prestasi Belajar P CC
Cukup Baik Total
f f F Sebelum 252
74,1 88 25,9 340 100
0,09 0,065 Sesudah 232
68,2 108 31,8 340 100
Total 402 71,2
196 28,8
680 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perubahan prestasi belajar dari 340 siswa sebelum dan sesudah menerima PMT-AS yaitu 252 siswa 74,1
memiliki prestasi belajar cukup serta 88 siswa 25,9 memiliki prestasi belajar baik menjadi 232 siswa 68,2 memiliki prestasi belajar cukup serta 108 siswa
31,8 memiliki status memiliki prestasi belajar baik. Analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,09 0,05 berarti Ha ditolak,
yang artinya tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
65
PMT-AS dengan contingency coefficient CC sebesar 0,065 kekuatan hubungan lemah.
4.2.2.4 Rekapitulasi Uji Hipotesis Perbedaan Status Gizi, Kadar Hemoglobin
dan Prestasi Belajar Siswa SDMI Sebelum dan Sesudah PMT-AS
Tabel 4.11 Rekapitulasi Uji Hipotesis Perbedaan Status Gizi, Kadar Hemoglobin dan Prestasi Belajar Siswa SDMI Sebelum dan Sesudah PMT-AS
NO Varibel P-Value CC Keterangan
1 Status Gizi
0,030 0,830 Ho ditolak, Ha diterima dengan
kekuatan hubungan lemah 2 Kadar
Hemoglobin 0,000 0,260 Ho ditolak, Ha diterima dengan
kekuatan hubungan lemah 3 Prestasi
Belajar 0,090 0,065
Ha ditolak, Ho diterima dengan kekuatan hubungan lemah
Tabel di atas menunjukkan bahwa analisis bivariat status gizi diperoleh p value
sebesar 0,030 0,05 berarti Ho ditolak, yang artinya ada perbedaan status gizi siswa SDMI sebelum dan sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient
CC sebesar 0,830 kekuatan hubungan lemah. Analisis bivariat kadar
hemoglobin diperoleh p value sebesar 0,000 0,05 berarti Ho ditolak, yang artinya ada bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin siswa sebelum dan
sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient CC sebesar 0,260 kekuatan hubungan lemah. Analisis bivariat prestasi belajar diperoleh p value sebesar
0,090 0,05 berarti Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient CC
sebesar 0,065 kekuatan hubungan lemah.
66
BAB V PEMBAHASAN
5.1. PEMBAHASAN
5.1.1. Perbedaan Status Gizi Siswa Sebelum dan Sesudah PMT-AS
Berdasarkan Sjahmien Moehji 1992:32 bahwa anak memerlukan energi yang lebih besar untuk melakukan aktifitas fisik. Oleh karena itu, anak perlu
perhatian serius akan gizi. Anak tumbuh dengan gizi baik, bobot tubuhnya semakin meningkat dan makin menampakkan kondisi fisik yang sehat.
Dari hasil penelitian setelah pelaksanaan PMT-AS, terdapat perubahan status gizi sebelum PMT-AS terdapat 0,29 siswa mengalami gizi buruk, 3,53
siswa mengalami gizi kurang, 5,29 siswa mengalami gizi sedang, 90,88 siswa mengalami gizi baik dan sesudah PMT-AS menjadi 1,18 siswa mengalami gizi
kurang, 10,59 siswa mengalami gizi sedang, 88,23 siswa mengalami gizi baik. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,030 0,05 berarti
Ho ditolak, yang artinya ada perbedaan status gizi siswa SDMI sebelum dan sesudah PMT-AS dengan contingency coefficient CC sebesar 0,830 kekuatan
hubungan lemah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Fitriasih 2008
yang menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah dengan status gizi pada siswa SDMI di wilayah kerja Puskesmas Serayu.
Penelitian lain yang serupa dilakukan oleh Madya Eri M pada siswa SD Negeri