46 larut dalam etanol bertujuan untuk mengetahui jumlah komponen aktif yang larut
dalam air atau etanol. Kadar abu total dan abu tidak larut dalam asam adalah untuk menjaga adanya kontaminasi dari logam – logam atau pasir. Hasil
penyarian 650 g serbuk simplisia daun salam dengan pelarut etanol 70 diperoleh ekstrak kental 145 g rendemen 22,3 . Hasil penyarian 650 g serbuk
simplisia daun salam dengan pelarut etanol 50 diperoleh ekstrak kental 150 g rendemen 23,07 .
4.2 Hasil Pengujian Pre Formulasi Dan Evaluasi Kapsul
Kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun salam diformulasi dengan bahan tambahan amilum manihot, amilum maydis dan
sakarum laktis hingga membentuk massa yang kompak kemudian digranulasi dan dikeringkan. Setelah diperoleh granul kering, dikalibrasi bobot isi kapsul dengan
melakukan orientasi dengan menimbang 6 kapsul dan dicari bobot rata rata 1 kapsul. Kemudian ditambahkan sakarum laktis yang tersisa.
Hasil pengujian pre formulasi yaitu uji waktu alir dan uji sudut diam sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun salam
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III Lampiran 10. Evaluasi penyimpangan bobot isi rata – rata dalam persen dilakukan
dengan cara sesuai yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata – rata tiap kapsul tidak
lebih dari yang ditetapkan kolom A 7,5 dan untuk 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B 15. Sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba
sambiloto dan ekstrak daun salam memenuhi Farmakope Indonesia edisi III Lampiran 11.
47
4.3 Hasil Uji Klinis Pendahuluan
Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam dilakukan pada 20 orang pasien hiperkolesterolemia, dengan dosis
3 x1 kapsul sehari selama 14 hari. Karakteristik pasien hiperkolesterolemia dengan umur 41-60 75 dan
20-40 25. Pasien laki-laki 9 orang 45 dan perempuan 11 orang 55. Pasien dengan pre hipertensi 5 orang 25, hipertensi stage I 9 orang 45,
hipertensi stage 2 30. Pasien dengan IMT normal 8 orang 40 dan
kelebihan berat badan 12 orang 60 seperti tercantum pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Karakteristik pasien hiperkolesterolemia
Karakteristik Pasien Jumlah N
Persen Umur tahun:
20-40 5
25 41-60
15 75
Jenis kelamin: Laki-laki
9 45
Perempuan 11
55 Tekanan darah:
Pre hipertensi 120 – 139 5
25 Hipertensi stage 1 140 – 159
9 45
Hipertensi stage 2 160 6
30 IMT kgm2:
Normal 18,5 - 24,9 8
40 Kelebihan berat badan 25 - 29,9
12 60
Kadar kolesterol ≥ 240 mgdl
20 100
Berdasarkan Tabel 4.3 mayoritas pasien hiperkolesterolemia adalah umur 41 – 60 75. Menurut Mulyanto 2012, terdapat hubungan antara umur dan
kadar kolesterol total bahwa pada usia yang semakin tua, kolesterol total lebih tinggi kadarnya. Pada usia yang semakin tua kadar kolesterol totalnya relatif lebih
tinggi dari pada kadar kolesterol total pada usia muda, hal ini dikarenakan makin tua seseorang aktifitas reseptor LDL mungkin makin berkurang
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas pasien hiperkolesterolemia adalah perempuan 55 dengan umur diatas 40 tahun. Menurut Saifuddin, 2008,
48 menopause pada wanita terjadi pada usia 45 - 50 tahun. Namun ada juga yang
mengalami menopause sebelum usia 40 tahun. Pada masa menopause FSH meningkat di bandingkan masa reproduksi. Demikian juga kadar LH. Ovarium
menghasilkan sedikit estrogen. Estrogen dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan dengan mencegah oksidasi LDL. Estrogen menurunkan kadar LDL
dan lipoproten a dengan cara meningkatkan regulasi katabolisme LDL dan lipoprotein a dari plasma Frank, dkk., 1994.
Berdasarkan Tabel 4.3 mayoritas pasien hiperkolesterolemia mengalami kelebihan berat badan 60. Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor
resiko penyakit jantung koroner. Hiperkolesterolemia pada obesitas disebabkan oleh tingginya kadar FFA pada subjek yang memiliki jaringan adiposa yang lebih
tebal sehingga meningkatkan kadar produksi trigliserida akibat aliran FFA yang meningkat pada hati, dimana trigliserida akan memicu pembentukan VLDL yang
berlebihan dimana dapat menyebabkan tingginya jumlah LDL di aliran darah Klop, 2013.
Mayoritas pasien hiperkolesterolemia mengalami hipertensi stage 1 75. Menurut hasil penelitian Irfan, 2007, terdapat hubungan kadar
kolesterol dengan tekanan darah. Tingginya kadar kolesterol dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tekanan darah yang tinggi. Ketika dinding - dinding pada
pembuluh darah menjadi tebal dan kaku karena tumpukan kolesterol, maka saluran arteri kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku. Akibatnya, pembuluh
darah tidak dapat mengembang secara elastis saat jantung memompa darah melalui pembuluh darah dan darah didorong dengan kuat untuk dapat melalui
pembuluh darah yang sempit tersebut, akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.
49
4.4 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total Pasien Hiperkolesterolemia