Masalah Yang Dihadapi Oleh Peminjam

xxxiii 3 1.000.000-1.500.000 0 0 0 0 4 1.500.000- 2.000.000 1 50,00 1 50,00 5 2.000.000- 2.500.000 0 0 0 0 6 2.500.000- 3.000.000 0 0 0 0 7 3.000.000 0 0 0 0 Jumlah 2 100,00 2 100,00 Sumber : Data Primer, 2008.

5.7. Masalah Yang Dihadapi Oleh Peminjam

Permasalahan yang dihadapi oleh Peminjam penerima kredit Bank Bukopin melalui pola Swamitra secara umum adalah sebagai berikut : 1. Agunan merupakan persyaratan wajib mendapatkan pinjaman Bank Bukopin melalui pola Swamitra baik sebelum maupun setelah diperoleh kredit. Mayoritas Peminjam menyatakan sanggup dan tidak menjadi masalah dengan adanya agunan seperti sertifikat rumahtanah, karena mereka memiliki surat berharga dari aset riil yang ada. Bagi Peminjam yang tidak memiliki agunan maka menggunakan surat berhargasertifikat rumahtanah milik orang lain seperti dari sanak famili, kerabat dekat dan mitra usaha mereka. Peminjaman agunan ada perjanjian tertulis dengan ketentuan, agunan dikembalikan tepat waktu dan berkewajiban membagi jumlah dana pinjaman yang diperoleh, dengan porsi 70 , untuk peminjam agunan : 30 untuk pemilik agunan sedangkan cicilan kredit setiap bulan wajib dibayar oleh peminjam agunan. Meskipun hanya beberapa Peminjam yang menghadapi masalah ini, tetap saja akan menimbulkan masalah bagi peminjam agunan. 2. Kondisi riil usaha Peminjam yaitu jumlah modal sendiri aset finansial. Jumlah modal sendiri yang dimiliki Peminjam dalam menjalankan usahanya merupakan persyaratan juga untuk memperoleh kredit. Kondisi yang sebenarnya, persyaratan ini tidak semua Peminjam dapat memenuhinya, meskipun demikian mereka masih bisa memperoleh pinjaman kredit karena memiliki aset riil. Umumnya masalah yang dihadapi Peminjam adalah ketidaksanggupan membiayai usahanya dengan modal sendiri. xxxiv 3. Suku bunga kredit Bank Bukopin melalui pola Swamitra adalah sekitar 9 persen per tahun, lebih tinggi dibandingkan suku bunga dari lembaga keuangan mikro lainnya seperti Bank Rakyat Indonesia BRI yaitu sekitar 6,00 – 11,00 persen per tahun dan Bank Riau sekitar 7,00 – 11,00 persen per tahun tergantung jenis kreditnya. Meskipun demikian mayoritas Peminjam merasa puas dengan pelayanan yang diberikan Swamitra karena pengurusan untuk memperoleh pinjaman lebih cepat, prosedur lebih mudah dan tidak berbelit-belit. 4. Perlu adanya kesesuaian antara lama pinjaman dengan jumlah pinjaman, karena masih ada sebagian Peminjam yang memiliki usaha yang tidak kontinyu menghasilkan setiap bulannya. Ada sebanyak 29 Peminjam setuju dengan besarnya pinjaman yang ditentukan oleh pihak Bank dan 1 Peminjam tidak setuju dengan besarnya jumlah pinjaman yang ditentukan oleh pihak Bank dengan alasan jumlah pinjaman lebih diperbesar lagi. 27 Peminjam menyatakan bunga swamitra dalam kategori sedang dan 3 orang yang menyatakan kecil. 5. Ada 5 Peminjam yang menunggak dan 25 orang yang tidak menunggak. Permasalahan yang dihadapi oleh Peminjam macetmenunggak adalah kebutuhan hidup yang lain yang lebih mendesak saat itu, sehingga dana yang seharusnya untuk angsuran dipakai untuk kepentingan yang lain kredit rumah, sepeda motor, kondisi kesehatan dari Peminjam dimana dana untuk angsuran dipakai untuk biaya perobatan, adanya kegagalan usaha yang dibangun dengan menggunakan dana pinjaman, adanya pihak ketiga yang menyebabkan usaha dari Peminjam terganggu baik itu penipuan dan melarikan uang dari usaha yang ada, relasi dari Peminjam dengan pihak luar bermasalah. Dari beberapa masalah yang dihadapi Peminjam menunggak, masalah yang paling dominan dan menjadi masalah permanen adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha yang dikelola Peminjam tidak bersifat kontinyutidak setiap bulan usaha yang dikelola menghasilkan. xxxv

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN POLA SWAMITRA

6.1. Analisa SWOT Pengembangan Pola Swamitra Di Kota Pekanbaru.

Analisa SWOT digunakan dalam mengkaji pelaksanaan Pola Swamitra di Kota Pekanbaru bertujuan untuk mengetahui dan menyusun strategi pelaksanaan pola swamitra yang akan diterapkan dan dilaksanakan di Kota Pekanbaru. Agar pelaksanaan pelaksanaan pola swamitra tersebut terus berjalan lancar dan sukses pada masa yang akan datang. Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strenght dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threaths. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan. Formulasi strategi yang tepat pada pelaksanaan pola swamitra, perlu dilakukan analisis yang akan disajikan dalam bentuk matrik seperti yang terlihat pada lampiran 1. Pada lampiran 1 matrik SWOT dapat diketahui bahwa pelaksanaan pola swamitra yang dilakukan di Kota Pekanbaru terdiri dari faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seluruh swamitra di Kota Pekanbaru serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : A. Kekuatan S 1. Suatu program yang mempelopori meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat terhadap lembaga keuangan koperasi.