Perkembangan Ekonomi Daerah METODOLOGI KAJIAN

61 triliun porsi untuk Kota Pekanbaru mencapai 50,12 sedangkan tahun 2007 mencapai 51, 75 . Pertumbuhan kredit di Kota Pekanbaru berdasarkan lokasi bank mencapai 3,06 sedangkan berdasarkan lokasi proyek sebesar 3,89 . Penelaahan tentang pola porsi kredit usaha kecil yang diberikan perbankan di Provinsi Riau menemukan, bahwa perkembangannya cukup baik. Hanya saja kualitas penggunaannya masih memerlukan perubahan yang lebih signifikan kearah peningkatan produktivitas. Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 kredit usaha kecil tumbuh rerata setiap tahunnya sebesar 9,64 . Porsi terbesar pada kurun waktu tersebut adalah pada sektor pertanian. Menurut jenis penggunaan porsi terbesar kredit usaha kecil pada tahun 1999 digunakan untuk investasi, yakni sebesar Rp 799,691 milyar atau sekitar 44,54 diikuti oleh keperluan konsumsi sebesar Rp 549,372 milyar atau 30,60 dan kebutuhan modal kerja sebesar Rp 445,105 milyar atau 24,81 . Pada tahun 2006 porsi terbesar masih pada kepentingan investasi, yakni 46,43 diikuti oleh modal kerja sebesar 39,77. Kredit untuk konsumsi justru mengalami penurunan, baik dalam porsi maupun dalamjumlah. Tahun 2006 kredit usaha kecil yang dialokasikan untuk kepentingan konsumsi hanya sebesar Rp 472,298 milyar atau 13,77 dapat dilahat pada Tabel 14. Tahun 2000 sektor pertanian menyerap kredit mencapai 25,93 dan tahun 2006 menyerap sebesar 43,39 . Sektor lain yang banyak menyerap kredit usaha kecil adalah sektor perdagangan. Pada tahun 2000 sektor ini menyerap kredit sebesar 14,23 sedangkan tahun 2006 mencapai 33,5 Tabel 14. Perkembangan Kredit Usaha Kecil Menurut Penggunaan di Riau juta Rupiah Sumber: Bank Indonesia Pekanbaru, SEKD, 2007 .

4.4. Perkembangan Ekonomi Daerah

TAHUN No URAIAN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Modal Kerja 445,105 471,492 565,625 847,855 1,227,764 1,439,170 1,334,244 1,363,661 2 Investasi 799,691 864,026 770,048 828,361 877,688 1,052,970 1,019,569 1,591,981 3 Konsumsi 549,372 835,623 1,102,413 909,847 802,207 720,432 467,568 472,298 Jumlah 1,794,168 2,171,141 2,438,086 2,586,063 2,907,659 3,212,572 2,821,381 3,427,940 62 Pendapatan Regional dan angka per kapita Kota Pekanbaru atas dasar harga berlaku tahun 2004 – 2006 dapat dilahat pada Tabel 15. Dari tabel tersebut dapat diperlihatkan, bahwa perkembangan ekonomi Kota Pekanbaru semakin meningkat. Dengan pendapatan regional per kapita terus meningkat, dan pada Tahun 2006 dicatat mencapai Rp 20 301 656,93 per kapita. Tabel 15. Pendapatan Regional dan angka per kapita Kota Pekanbaru NO URAIAN 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Pasar Juta Rp. Penyusunan Barang-barang Modal Juta Rp. Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Harga Pasar Juta Rp. Pajak Tak Langsung Netto Juta Rp. Produk Domestik Regional Netto atas Harga Faktor Juta Rp. Produk Pertengaahan Tahun Juta Rp. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto Rp. Per Kapita Pendapatan Regional Rp. 11.317.386,14 314.623,33 11.002.762,80 488.911,08 10.513.851,72 699.514 16.178.927,28 15.030.223,44 13.830.013,30 384.474,37 13.445.538,93 597.456,57 12.848.082,35 740.753 18.670.208,96 17.344.624,12 16.487.454,96 458.353,78 16.029.192,18 712.261,99 15.316.930,20 754.467 21.853.236,74 20.301.656,93 Sumber : BPS Kota Pekanbaru 63

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pemberdayaan UKMK dalam Pembangunan Ekonomi

Kebijakan Bank dalam menyalurkan kredit bagi Koperasi dan UMKM Usaha Kecil Menengah dan Koperasi diatur dan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia PBI No. 32PBI2001 tentang pemberian Kredit Usaha Kecil, antara lain meliputi : 1. Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK. 2. Bank wajib mencantumkan rencana pembarian KUK dalam laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan RKAT. 3. Bank Wajib melaporkan pelaksanaan pemberian KUK dalam laporan bulanan Bank Umum. 4. Bank wajib mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui Laporan Keuangan Publikasi. 5. Plafon KUK disesuaikan menjadi Rp. 500 juta per nasabah. Peran UMKM dalam perekonomian nasional sangat strategis sebab eksistensi UKM cukup dominan. Hal ini didasarkan pada 3 hal penting yakni : Pertama : Jumlah UMKM tercatat 42,39 juta unit yang tersebar disegala sektor usaha. Kedua, Sektor UMKM dapat menciptakan dan menyerap lebih banyak tenaga kerja yaitu sebanyak 79,04 juta tenaga kerja atau 99,4 dari total angkatan kerja. Ketiga : Kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72 dari total PDB. Selain itu sektor UKM merupakan sektor yang kebal krisis, hal ini teruji sejak krisis moneter melanda Indonesia pertama kali pada tahun 1997 hingga saat ini kegiatan usaha yang bergerak di sektor mikro masih tetap berjalan bahkan semakin berkembang. Hal ini disebabkan kegiatan usaha yang bergerak disektor mikro berkaitan erat dengan