Kesimpulan KESIMPULAN dan IMPLIKASI KEBIJAKAN

xliii

BAB VII KESIMPULAN dan IMPLIKASI KEBIJAKAN

7.1 Kesimpulan

1. Perkembangan pelaksanaan kredit oleh PT. Bank Bukopin melalui pola Swamitra di Kota Pekanbaru berjalan dengan baik, bahkan cukup berhasil dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk masa mendatang. Ukurannya keberhasilnya dapat dilihat melalui keberhasilannya dalam memperkuat permodalan koperasi, memperlancar penyaluran kredit dengan meminimumkan kredit macet dan dapat menyerap tenaga profesional untuk mempekuat koperasi serta alih teknologi untuk penyaluran kredit berbasis komputer. 2. Kredit Swamitra yang diberikan oleh PT. Bank Bukopin secara umum memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Pemanfaatan kredit oleh penerima kredit adalah untuk memperluas usaha diversifikasi usaha, menambah modal usaha biaya produksi atau modal belanja, menambah jumlah tempatlokasi usaha dan membuka usaha baru meminjam untuk memulai usaha baru. Namun demikian, dampak positif tersebut berbeda-beda pada masing-masing jumlah pinjaman. Semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkan. Pengembangan Kegiatan Penyaluran Kredit terhadap peningkatan pendapatan anggota Koperasi dan memberikan tambahan pada pendapatan asli Daerah Provinsi Riau. Dana penyertaan yang diberikan oleh Pemprov Riau, sebesar. Rp. 18 Milyar diketahui telah menyumbangkan PAD 1,9 Milyar. 3. PT. Bank Bukopin salah satu BUMN yang mengembangkan Pola Swamitra ini dapat dikatakan dalam konteks pengembangan penyaluran kredit melalui koperasi di Provinsi Riau telah berhasil ikut memajukan UMKM. Beberapa terobosan yang telah wujud adalah mendorong kerjasama dengan koperasi didalam menyediakan fasilitas kredit dengan memodernisasi manajemen simpan pinjam menggunakan teknologi on line. Namun, ditemukan beberapa masalah yang perlu diperhatikan dan ditangani oleh PT. Bank Bukopin dan pihak pengelola Swamitra serta Pemerintah Provinsi Riau untuk pengembangan Pola Swamitra ini pada masa mendatang, diantaranya persyaratan memperoleh pinjaman kredit seperti agunan, xliv kondisi riil usaha penerima yaitu jumlah modal sendiri aset finansial, suku bunga kredit dan perlu adanya kesesuaian antara lama pinjaman dengan jumlah pinjaman. 4. Pengembangan Pola Swamitra pada masa mendatang ditunjukkan perlu menggunakan empat strategi utama. Strategi utamanya dengan mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis seperti penggunaan teknologi online dan aplikasi dari manajemen perbankan, manajemen keuangan bagi pengelola koperasi. Strategi kedua yang penting dilakukan adalah meningkatkan peran dan fungsi koperasi. Upaya yang dilakukan untuk melaksanakan strategi kedua ini adalah meningkatkan pembiayaan usaha kecil menengahUKM, meningkatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanaan dan mendapatkan pinjaman, meningkatkan peran dan fungsi koperasi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dana yang tepat sasaran. Strategi ketiga adalah meningkatkan pembiayaan usaha kecil menengahUKM dan Anggota dan masyarakat tidak hanya memperoleh dana pinjaman tetapi juga dilakukan pendampingan kemampuan dalam mengelola usaha mereka agar berjalan lancar. Strategi ini dapat dilakukan karena adanya peluang sumber dana tetap dari Pemda, adanya kerjasama berupa dukungan dari banyak pihak yang berkompeten Pemda,Bank, dinas terkait, koperasi, akademisi, adanya akses permodalan bagi koperasi yang selama ini menghadapi banyak kendala dalam kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya dan adanya permintaan pengembangan swamitra bagi wilayah yang belum. Strategi keempat adalah meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat yang membutuhkan dana tapi tidak memiliki agunan. Strategi ini perlu dilaksanakan karena pelaksanaan pola swamitra masih belum dapat menyentuh seluruh anggota dan masyarakat dan adanya resiko bagi penerima dana yang menunggak berupa agunanjaminan disitadilelang.

7.2. IMPLIKASI