Curah Hujan Bulanan
50 100
150 200
250 300
350 400
Okt Nov
Des Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Agt Sept
Bulan R
a ta
-ra ta
C u
ra h
H u
ja n
m m
Curah Hujan Bulanan
POLA TANAM I
Padi Bera
Padi Bera
Monokultur Monokultur
II Padi
Bera Padi + Jagung
Bera Monokultur
Tumpangsari
III Padi
Bera
Padi + Ubi Kayu
Bera Monokultur
Tumpangsari
MUSIM TANAM I MUSIM TANAM II
Gambar 5. Pola Tanam Dihubungkan dengan Curah Hujan dan Evapotranspirasi
5.2. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kriteria yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan merupakan kombinasi dari kriteria kesesuaian lahan menurut CSRFAO STAFF 1983,
kriteria menurut Tim Biro Perencanaan Departemen Transmigrasi 1984 dan kriteria menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1994. Tanaman
yang dievaluasi kesesuaian lahannya adalah tanaman pangan yang diusahakan oleh petani, yaitu : 1 Padi Gogo Oryza sativa L., 2 Jagung Zea mays dan 3
Ubi Kayu Manihot uttilissima. Hasil evaluasi kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Data Rataan Sampel Evaluasi Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian
Nama Desa Jenis
Komoditi Kelas
Kesesuaian Faktor Pembatas Utama
Padi
Kelembaban udara, tekstur, KB, pH
Sungai Raya Jagung
Curah hujan, tekstur, KB, pH , C-organik
Ubi Kayu
Sesuai Marjinal S3
Curah hujan, tekstur, pH
Padi
Kelembaban udara, tekstur, KB, pH, C-organik
Kuala Dua Jagung
Curah hujan, tekstur, KB, pH, C- organik
Ubi Kayu
Sesuai Marjinal S3
Curah hujan, tekstur tanah, pH
Padi
Kelembaban udara, drainase, KB, pH
Jagung
Curah hujan, tekstur, KB, pH
Tembang Kacang
Ubi Kayu
Sesuai Marjinal S3
Curah hujan, tekstur, pH
Padi
Curah hujan, tekstur, pH
Jagung
Kelembaban udara, drainase, pH
Sungai Asam Ubi Kayu
Sesuai Marjinal S3
Curah hujan, tekstur tanah dan pH
Sumber : Data primer diolah 2006
Untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal dan berkelanjutan, perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan sesuai dengan faktor-faktor pembatas yang
ada pada tiap kelas kesesuaian lahan. Untuk dapat menentukan jenis usaha perbaikan yang perlu dilakukan, perlu diperhatikan karakteristik lahan yang
tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Pembatas-pembatas lahan yang terdapat di lokasi penelitian adalah: ketersediaan air curah hujan dan
kelembaban, media perakaran drainase dan tekstur, serta ketersediaan unsur hara pH, kejenuhan basa dan C-organik. Pembatas ketersediaan air, menurut
Leiwakabessy 1988, dapat diatasi dengan pengaturan waktu tanam yang tepat menurut pola tanam, sedangkan Hardjowigeno 1994 mengatakan bahwa kendala
air dapat diatasi dengan pengairan atau sistem irigasi. Untuk faktor pembatas media perakaran, dapat dilakukan perbaikan sistem
drainase seperti pembuatan saluran drainase. Menurut Hakim, et al. 1986 umumnya akar tanaman pangan lahan kering tidak mampu menembus lapisan
tanah yang jenuh air karena defisiensi oksigen, drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen CO
2
ke akar tanaman. Faktor pembatas tekstur, tidak dapat
dilakukan upaya perbaikan. Pembatas retensi hara yaitu pH, kejenuhan basa dan C-organik, dapat diatasi dengan melalui pemberian kapur dan penambahan bahan
organik. Hakim, et al.1986 mengatakan bahwa masalah bahan organik yang dihadapi pada tanah yang ditanami terus menerus adalah merosotnya kadar bahan
organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah lebih dari 40 sudah berbahaya sekali karena dapat mengakibatkan penurunan produksi. Mengingat
peranan bahan organik tanah sangat penting maka tidak saja perlu dipertahankan, tetapi juga harus ditingkatkan, sehingga perlu penambahan bahan organik ke
dalam tanah. Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik menurut Hakim, et al.1986 dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik
membenamkan bahan hijauan sukulen, menambah pupuk kandang dan menutup permukaan tanah.
Evaluasi kesesuaian lahan dapat digunakan untuk mencari lokasi yang sesuai dalam hubungan dengan pengembangan pertanian atau bentuk penggunaan
lainnya. Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan fisik yang mencakup tanah, iklim,
relieftopografi, hidrologi dan persyaratan untuk penggunaan tertentu. Dalam pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu, diperlukan kecocokan antara
sifat lingkungan fisik tersebut dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi.
Evaluasi kesesuaian lahan di lokasi penelitian dilakukan dengan melakukan kecocokan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan
penggunaan tertentu atau persyaratan tumbuh tanaman yang akan dikembangkan. Jenis tanaman yang dievaluasi adalah tanaman pangan yang diusahakan oleh
petani di lahan kebun dan ladang. Evaluasi dilakukan pada 40 lahan petani sebagai sampel mewakili lokasi penelitian. Jenis komoditi tanaman pangan yang
dievaluasi kesesuaian lahannya adalah tanaman pangan yang diusahakan petani responden yaitu padi gogo Oryza sativa, jagung Zea mays dan ubi kayu
Manihot utilisima. Tabulasi hasil evaluasi kesesuaian lahan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil klasifikasi kesesuaian lahan tertera pada Tabel 15. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas mengenai kelas kesesuaian lahan untuk komoditi
tanaman pangan yang diusahakan petani di masing-masing desa di Kecamatan Sungai Raya.
Berdasarkan hasil pencocokan kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman keempat desa sampel di Kecamatan Sungai Raya
tegolong Sesuai Marjinal S3 untuk tanaman padi, jagung dan ubi kayu. Lahan di Desa Sungai Raya mempunyai faktor pembatas kesesuaian lahan untuk padi gogo
yaitu kelembaban udara, tekstur tanah dan retensi hara kejenuhan basa, pH. Faktor pembatas untuk jagung adalah curah hujan, tekstur tanah dan retensi hara
kejenuhan basa, pH serta C-organik. Sedangkan untuk tanaman ubi kayu faktor pembatasnya adalah curah hujan, tekstur dan retensi hara pH.
Di Desa Kuala Dua untuk tanaman padi faktor pembatas kesesuaian lahannya berupa kelembaban udara, tekstur tanah, kejenuhan basa, pH serta C-
organik. Untuk tanaman jagung dengan faktor pembatas kesesuaian lahannya adalah curah hujan, tekstur tanah, kejenuhan basa, pH dan C-organik, sedangkan
untuk tanaman ubi kayu faktor pembatas kesesuaian lahannya adalah curah hujan, tekstur tanah dan pH.
Faktor pembatas kesesuaian lahan di Desa Tembang Kacang untuk tanaman padi adalah kelembaban udara, drainase, kejenuhan basa dan pH. Untuk
tanaman jagung faktor pembatasnya adalah curah hujan, tekstur tanah, kejenuhan basa dan pH, sedangkan untuk tanaman ubi kayu faktor pembatas kesesuaian
lahannya adalah curah hujan, tekstur tanah serta pH. Faktor pembatas kesesuaian lahan di Desa Sungai Asam untuk tanaman
padi adalah curah hujan, tekstur tanah dan pH, untuk tanaman jagung adalah kelembaban udara, draenase dan pH, dan untuk tanaman ubi kayu adalah curah
hujan, tekstur tanah dan pH Berdasarkan penggunaan lahan yang ada sekarang, hasil evaluasi kesesuaian penggunaan lahan maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh komoditi yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Sungai Raya tergolong kelas sesuai marjinal S3. Untuk dapat memanfaatkan lahan secara
optimal dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan sesuai dengan faktor-faktor pembatas yang ada pada tiap kelas kesesuaian lahan.
Untuk dapat menentukan jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan, perlu diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing
kualitas lahan. Faktor pembatas lahan yang terdapat di lokasi penelitian adalah ketersediaan air curah hujan dan kelembaban, media perakaran drainase dan
tekstur, serta ketersediaan unsur hara pH, kejenuhan basa dan c-organik. Pembatas ketersediaan air terjadi pada tanaman padi, jagung dan ubi kayu.
Menurut Leiwakabessy 1988, kendala ketersediaan air dapat diatasi dengan pengaturan waktu tanam yang tepat, sedangkan Hardjowigeno 1994 mengatakan
bahwa kendala ini dapat diatasi dengan pengairan atau sistem irigasi. Untuk pembatas media perakaran yaitu drainase dapat dilakukan upaya
perbaikan dengan perbaikan sistem drainase seperti pembuatan saluran drainase. Menurut Hakim, et al. 1986 umumnya akar tanaman lahan kering tidak mampu
menenbus lapisan tanah yang jenuh air karena defisiensi oksigen. Drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen ke CO
2
ke akar tanaman. Faktor pembatas tekstur terjadi pada tanaman jagung dan ubi kayu menyebabkan lahan tergolong
ke dalam kelas sesuai marjinal S3. Faktor kendala ini tidak dapat dilakukan upaya perbaikan.
Pembatas retensi hara yaitu pH, kejenuhan basa dan C-organik membatasi pertumbuhan tanaman padi, jagung dan ubi kayu. Kendala ini dapat diatasi dengan
pemberian kapur dan penambahan bahan organik yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Menurut Hakim, et al. 1986
tanah yang pH rendah 6 diklasifikasikan sebagai tanah masam. Tujuan pengapuran adalah untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Secara umum pemberian
kapur dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Hakim, et al.
1986 mengatakan bahwa masalah bahan organik yang dihadapi pada tanah yang ditanami terus menerus adalah merosotnya kadar bahan
organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah lebih dari 40 sudah berbahaya sekali karena akan mengakibatkan penurunan produksi. Mengingat
peranan bahan organik tanah sangat penting maka tidak saja perlu dipertahankan, tetapi juga harus ditingkatkan, sehingga perlu penambahan bahan organik ke
dalam tanah. Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik menurut Hakim,
et al. 1986 dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik
membenamkan bahan hijau sukulen, menambah pupuk kandang dan menutup sisa tanaman di atas tanah; menjaga reaksi tanah pH, menciptakan drainase
yang baik dan menambahkan pupuk yang cukup; serta rotasi tanaman dengan mengatur penanaman secara bergilir. Hal ini dapat mempertahankan bahan
organik tanah dimana setiap jenis akan menghasilkan jumlah bahan organik yang berbeda sehingga dapat saling mengimbangi.
Prediksi erosi A dilakukan pada setiap titik pengamatan di lahan petani dengan menggunakan model persamaan USLE persamaan 4.1 Prediksi erosi
dilakukan sesuai dengan penggunaan dan kondisi pengelolaan lahan aktual. Prediksi erosi dihitung dengan menggunakan data antara lain : 1 faktor erosivitas
hujan, 2 faktor erodibilitas tanah, 3 faktor panjang dan kemiringan lereng, 4 faktor pengelolaan tanaman, 5 faktor teknik konservasi tanah. Perhitungan erosi
yang masih dapat ditoleransi ETOL dilakukan dengan menggunakan pendekatan Hammer 1981 yang dihitung berdasarkan kedalaman ekivalen tanah dan umur
guna tanah persamaan 4.6. Faktor Erosivitas Hujan R, didasarkan dari data yang diperoleh dari
stasiun penakar hujan Kecamatan Sungai Raya selama 10 tahun. Hasil analisisnya adalah curah hujan rata-rata bulanan di daerah penelitian tergolong bervariasi
yaitu berkisar antara 185 mm sampai 379,1 mm dengan curah hujan tahunan 3113,35 mm. Dari data curah hujan rata-rata bulanan selanjutnya dihitung nilai
erosivitas hujan bulanan EI30 dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain 1975 dalam Bols, 1978. Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai erosivitas hujan
bulanan EI30 sebesar 2017,44 Lampiran 11. Faktor erosivitas hujan sangat berpengaruh terhadap terjadinya proses erosi air.
Menurut Hudson 1971 erosi hampir seluruhnya disebabkan oleh hujan dengan intensitas lebih dari 25 mmjam KE
≥ 25. Tanah yang terdispersi akibat tekanan energi kinetik butir-butir hujan yang berupa butiran tanah akan larut
terbawa air. Faktor Erodibilitas Tanah K, berdasarkan hasil analisis sampel tanah
yang dilakukan di laboratorium terlihat bahwa tekstur tanah di lahan petani di 4 desa bervariasi. Di Desa Sungai Raya 70 berstekstur liat berdebu, 20
lempung berpasir dan 10 lempung berliat, Desa Kuala Dua 50 bertekstur liat
berdebu, 40 bertekstur lempung berpasir dan 10 bertekstur lempung liat berpasir. Di Desa Tembang Kacang 50 bertekstur liat berdebu, 40 bertekstur
lempung liat berpasir dan 10 bertekstur lempung berpasir, sedangkan Desa Sungai Asam 70 bertekstur lempung liat berdebu dan 30 bertekstur lempung
liat berpasir. Penilaian ukuran butir untuk masing-masing tekstur liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung berpasir
dan lempung liat berdebu berturut-turut adalah 1213, 2160, 2830 dan 3245. Hasil pengamatan struktur tanah dilapangan menunjukkan bahwa di Desa
Sungai Raya sekitar 42,5 berstruktur halus, 40 berstruktur agak halus dan 17,5 berstruktur agak halus.
Nilai permeabilitas hasil pengamatan di lapangan didasarkan data pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan. Di Desa Sungai Raya 80 tergolong
dalam kelas permeabilitas sedang kode-3 dan 20 tergolong sedang sampai lambat kode-4. Di Desa Kuala Dua 50 tergolong dalam kelas permeabilitas
sedang kode-3 dan 50 tergolong sedang sampai lambat kode-4. Di Desa Tembang Kacang 50 tergolong dalam kelas permeabilitas sedang kode-3 dan
50 tergolong sedang sampai lambat kode-4. Di Desa Sungai Asam sedang
100 tergolong dalam kelas permeabilitas sedang sampai lambat kode-4.
Rata-rata faktor erodibilitas tanah di desa Sungai Raya, Kuala Dua, Tembang Kacang dan Sungai Asam berturut-turut adalah 0,03; 0,04; 0,09; 0,1;
0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat erodibilitas tanah di lokasi penelitian tergolong rendah sampai sedang. Hasil perhitungan
faktor erodibilitas tanah K dapat dilihat pada Lampiran 9. Faktor panjang dan kemiringan lereng LS, hasil pengukuran di lapangan
menunjukkan bahwa kemiringan lereng di lokasi penelitian homogen, yaitu 2 . Panjang lereng dihitung berdasarkan pada panjang lahan yang ada di lapangan.
Nilai Faktor LS hasil perhitungan berkisar antara 0,12 sampai 0,33 Lampiran 10. Faktor pengelolaan Tanaman C, didasarkan pada jenis tanaman aktual
berupa padi gogo dengan pola tanam monokultur mempunyai faktor C yaitu 0,561, padi tumpangsari dengan jagung mempunyai faktor C 0,588, sedangkan
padi tumpangsari dengan ubi kayu mempunyai faktor C yaitu 0,421.
Faktor teknik konservasi P, hanya tindakan konservasi secara mekanik atau fisik saja, tetapi juga termasuk berbagai macam usaha yang bertujuan
mengurangi erosi tanah. Pemberian mulsa serasah atau jerami memberikan nilai P sebesar 0,8 Lampiran 2
Selanjutnya hasil perhitungan prediksi erosi dan perhitungan ETOL pada setiap titik pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 11.Berdasarkan Lampiran 11
nampak bahwa sebagian besar erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi kecuali di desa Sungai Raya pada nomor lapangan I.8 erosi aktual lebih
besar dari pada erosi yang dapat ditoleransi erosi ETOL yaitu 75,53 tonhath dan Desa Kuala Dua erosi aktual lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi
terjadi pada nomor lapangan II.10 yaitu 89,33 tonhath. Di Desa Tembang Kacang dan Sungai Asam erosi aktual yang terjadi masih dibawah erosi yang
dapat ditoleransi.
5.3. Penentuan Kualitas Lahan