II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan
Tanah dan lahan merupakan dua istilah yang berbeda. Tanah diartikan sebagai suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,
cair dan gas, yang mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik. Adapun istilah lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik yang terdiri
dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil
kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang Sitorus, 2003. Sedangkan Lichfied dan Darin-Drabkin 1980 dalam Saefulhakim 1994,
menyatakan bahwa dari segi geografi fisik, lahan didefinisikan sebagai terra firma yang merupakan tempat pemukiman dan ditntukan oleh kualitas fisiknya. Karena
setiap bidang lahan adalah : 1 lokasi tetap, 2 tidak dapat dipindahkan, 3 tidak bertambah atau berkurang kecuali reklamasi, dimana tanah yang hilang karena
tererosi tidak dapat digantikan sehingga kebijaksanaan lahan harus berorientasi pada konservasi.
Dari pengertian ekonomi, lahan merupakan sumberdaya yang tidak hanya sebagai terra firma, namun juga kandungan mineral, air disekitarnya, flora dan
fauna yang yang hidup diatasnya, cahaya, udara dan lain-lain. Pengertian ini lebih luas dari pengertian geografi fisik diatasnya Lichfied dan Darin-Drabkin, 1980
dalam Saefulhakim, 1994. Dalam literatur ekonomi, lahan dipandang sebagai suatu sumberdaya,
yaitu sumberdaya lahan Barlowe, 1978 dalam Saefulhakim, 1994. Dalam pengertian ini, lahan dipandang sebagai komoditas yang dapat menghasilkan
barang dan jasa untuk dikonsumsi sehingga memiliki biaya, nilai dan harga. Lahan memiliki pengertian yang lebih luas dari tanah, walaupun dalam
banyak hal kata tanah sering digunakan dalam makna yang setara. Lahan merupakan matrik dasar kehidupan manusia dan pembangunan Saefulhakim,
1997, karena hampir semua aspek dari kehidupan manusia dan pembangunan, baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan
Saefulhakim dan Nasoetion, 1999a.
Mengingat fungsi lahan yang demikian penting, maka manusia harus membangun hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan lahan,
sehingga lahan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Agar tercapai hubungan tersebut, harus dilakukan berbagai upaya agar penggunaan lahan sesuai dengan
kemampuannya Hardjowigeno, 1983. Menurut Sitorus 1996 penggunaan lahan land use merupakan setiap bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.
Penggunaan lahan merupakan proses yang dinamis, perubahan yang terus menerus sebagai hasil perubahan pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang
waktu, sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang kompleks Saefulhakim dan Nasoetion, 1995b.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : 1 penggunaan lahan pertanian; dan 2 penggunaan lahan bukan
pertanian. Untuk keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan lahan diperlukan perencanaan pengembangan sumberdaya lahan dengan baik. Menurut Soil Survey
Staff dalam Adiningsih 1996, perencanaan penggunaan lahan pada dasarnya adalah inventarisasi dan penilaian keadaan status, potensi dan pembatas-
pembatas dari suatu daerah setempat atau dengan orang-orang yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut, terutama dalam menentukan kebutuhan
mereka serta aspirasi dan keinginan pada masa mendatang. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001, perencanaan penggunaan lahan
merupakan rencana pemanfaatan lahan di suatu daerah agar lahan dapat digunakan secara optimal, yaitu memberikan hasil yang tertinggi dan tidak
merusak lahan dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan luas lahan yang terdapat di empat Propinsi di Kalimantan menurut penggunaannya.
Perencanaan penggunaan lahan memberikan petunjuk atau pengarahan dalam proses pengambilan keputusan untuk penggunaan lahan sehingga lebih
efisien dan menguntungkan bagi manusia dan penggunaan masa yang akan datang Jones dan Davies dalam Sitorus 1989. Oleh sebab itu, perencanan penggunaan
lahan bertujuan untuk : 1 mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam mengupayakan terciptanya penggunaan lahan yang optimal, 2 mencegah adanya
salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam mengupayakan penggunaan lahan yang berkesinambungan, 3 mencegah adanya tuna kendali dalam
mengupayakan penggunaan lahan yang senantiasa diserasikan oleh adanya kendali, 4 menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus
meningkat, dan 5 memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia Sandi 1984; Silalahi, 1985 dalam Sitorus, 1989.
Tabel 1 : Luas Penggunaan Lahan di Kalimantan
Kalimantan No.
Jenis Penggunaan Barat
ha Tengah
ha Selatan
ha Timur
ha 1
Pekarangan Lahan untuk bangunan dan halaman
251.388 194.246 165.675 186.743
2 Lahan tegalkebun
427.632 150.400 217.405
137.419 3 Lahan
ladanghuma 258.987 248.739
153.225 147.492
4 Lahan pengembalaanpadang
rumput 23229 128.720
246.128 30.737 5
Rawa-rawa yang tidak ditanami 217.672
588.530 201.023
820.123 6 Tambak
4.056 3.682 8.423 38.670 7 Kolamtebatempang
18.263 3.560 2.905 11.468 8
Lahan sementara tidak ditanami 1.803.154 1.518.680 784.703 1.292.376
9 Lahan kayu-kayuanhutan rakyat
1.432996 327.231
247.603 758.814
10 Perkebunan 1.743.188 975.934 480.044 585.000
11 Sawah 374.711 247.502 307.492 542.00
12 Hutan Negara
7.411.103 878.100 960.503 770.973 Sumber : Badan Pusat Statistik 2000
Makin tinggi tingkat kegiatan manusia, makin tinggi pula kebutuhan manusia akan lahan, baik dalam arti peningkatan luas penggunaan lahan maupun
dalam jenis dan intensitas penggunaannya. Jenis-jenis penggunaan lahan di luar perkotaan secara umum dapat dibagi atas : 1 hutan, meliputi hutan lebat, hutan
satu jenis dan hutan belukar; 2 perkebunan; 3 kebun, terdiri dari kebun campuran dan kebun sayur; 4 tegalan dan ladang; 5 sawah satu kali setahun;
6 sawah dua kali setahun; dan 7 perkampungan, termasuk kampung, kuburan dan lainnya.
Dalam menentukan perencanaan penggunaan lahan haruslah disesuaikan atau tergantung dari kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat
diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu. Untuk mendukung suatu kegiatan usahatani haruslah diketahui potensi dari sumberdaya lahan itu sendiri serta
tindakan-tindakan konservasi yang diperlukan agar memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan. Fungsi utama dari perencaanaan penggunaan lahan
adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan dalam proses pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan sehingga sumberdaya lahan dan lingkungan
tersebut ditempatkan pada penggunaan yang paling menguntungkanefisien bagi manusia, dan dalam waktu yang bersamaan juga mengkoservasikannya untuk
penggunaan pada masa yang akan dating Dent, 1978; Jones dan Davies, 1983 dalam Sitorus, 1989.
Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan luasnya, lahan kering yang tersedia di Kalimantan Barat sangat potensial untuk pengembangan pertanian baik
pertanian tanaman, perkebunan dan hortikultura dengan mempertimbangkan karakteristik tanah dan agroklimatnya dalam pemilihan komoditas yang akan
dikembangkan. Maka dari itu perlunya suatu perencanaan penggunaan lahan yang tepat dan memberikan hasil yang optimal tanapa merusak lahan.
Tabel 2. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering di Propinsi Kalimantan Barat
No. Kabupaten dan Kota di
Kalimantan Barat Lahan
Sawah ha
Lahan Kering
ha Jumlah
ha 1 Sambas
93.443 1.092.212 1.229.600 2 Pontianak
98.361 1.383.745 1.187.120 3 Sanggau
50.402 1.734.296 1.830.200 4 Ketapang
77.125 3.281.809 3.580.900 5 Sintang
29.664 3.159.624 3.227.900 6 Kapuas
Hulu 25.630 2.928.289 2.984.200
7 Kota Pontianak
86 10.693
10.700 Jumlah
374.711 13.560.668
13.965.379 Sumber : Potensi Investasi Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultur di Kalimantan Barat,
Disperta Propinsi Kalimantan Barat 2000.
Pada tingkat usahatani, perencanaan penggunaan lahan akan mengemukakan kemungkinan yang paling sesuai dari bentuk pertanian dan pola
tanam yang cocok, ditinjau dari keadaan lahan dan keberadaan petani itu sendiri. Sebagai langkah terakhir adalah merencanakan system pertanian yang paling
sesuai dengan keadaan lahan di dalam kerangka pembatas ekonomi pemakai lahan atau petani. Hal ni mencakup tata ruang seperti penentuan letak lahan pertanian,
padang rumput, jalan, penyediaan air, saluran drainase, dan sebagainya.
2.2. Usahatani Lahan Kering