Pengembangaan Usahatani Lahan Kering

sumberdaya lahan yang dikelola melebihi batas kemampuannya tanpa memperhatikan unsur-unsur konservasi sehingga terjadi degradasi lahan. Pertanian berkelanjutan hanya adapat dicapai apabila lahan digunakan dengan tepat dan pengelolaan yang sesuai. Penggunaan lahan yang salah sering menyebabkan kerusakan lahan, produktivitasnya akan cepat menurun dan ekosistem lahan akan terancam oleh bahaya kerusakan tersebut. Penggunaan lahan yang tidak tepat hanya akan memberikan kerugian untuk pemakai pada saat ini, juga terhadap generasi penerus di masa-masa mendatang. Reijntjes et al. 1999 mengatakan langkah pertama dalam mencari keseimbangan baru itu adalah evaluasi secara seksama terhadap kelangsungan cara usahatani yang ada. Teknik- teknik usahatani yang ada harus dinilai dari segi keberlanjutan ekonomis, ekologis, dan sosiopolitiknya.

2.4. Pengembangaan Usahatani Lahan Kering

Pembangunan pertanian saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti meningkatnya permintaan akan bahan pangan, menyusutnya lahan pertanian subur, pertumbuhan produktivitas beberapa komoditas pertanian yang relatif lambat, pemilikan lahan pertanian yang semakin sempit, keterbatasan investasi dan pemodalan, tingkat pendidikan petani dan nelayan yang relatif rendah, dan lambatnya penggunaan iptek maju Karama, 1999. Namun demikian, masih terdapat peluang yang besar untuk membangun sektor pertanian yang tangguh, modern, dan efisien, misalnya masih tersedianya areal pertanian dan lahan potensial yang belum dimanfaatkan secara optimal, adanya kesenjangan hasil antara produktivitas riil dengan produktivitas potensial, masih besarnya kehilangan dan kerusakan hasil pada waktu panen dan pasca panen serta meningkatnya daya saing hasil-hasil pertanian akibat depresi nilai rupiah Karama, 1999. Salah satu potensi lahan yang dapat dikembangkan adalah lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang pemenuhan kebutuhan air tanamannya tergantung sepenuhnya dari air hujan dan tidak pernah tergenang air sepanjang tahun. Pada definisi ini lahan kering dapat berada di dataran rendah, sedang maupun dataran tinggi Semaoen, et al., 1991. Peluang pengembangan lahan kering dalam arti luas masih terbuka terutama pada lahan-lahan yang memiliki hambatan teknis tingkat sedang dan ringan. Lahan kering yang belum digunakan untuk budidaya tanaman pangan masih cukup luas, terutama di luar Jawa. Dengan demikian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan posisi lahan kering sangat penting artinya mengingat potensi yang besar sebagai penyangga alih fungsi lahan sawah di pulau Jawa, tetapi mengingat permasalahannya yang spesifik dalam penanganannya dibutuhkan perencanaan yang matang dan komprehensif melalui koordinasi secara aktif dengan semua instansi terkait secara lintas sub sektoral maupun lintas sektoral. Dalam pengembangan usahatani lahan kering diperlukan kebijakan, strategi dan pola pengembangannya Kahar, 1995. Kebijakan pengembangan usahatani lahan kering ditujukan untuk pengembangan sumberdaya manusia agar menjadi petani kreatif dan fleksibel, menerapkan ilmu dan teknologi tepat guna dalam upaya memantapkan swasembada pangan, dan pengembangan usahatani yang didasarkan atas analisis ekonomi serta berorientasi pada pasar dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan pengentasan kemiskinan, serta pengembangan agribisnis dan agroindustri dalam memperoleh nilai tambah dari hasil-hasil pertanian yang dapat dijadikan komoditi ekspor. Pengembangan lahan kering dilakukan dalam bentuk usaha besar, menengah atau kecil yang dibina melalui kerjasama dalam kelompok tani. Strategi pengembangan pertanian di lahan kering dalam pemantapan swasembada pangan adalah sebagai berikut : 1 pewilayahan komoditi unggulan tanaman pangan yang akan dikembangkan didasarkan atas agroklimat, sosial budaya dan secara ekonomi menguntungkan, 2 pengembangan sumberdaya manusia para petugas harus memiliki keahlian dan ketrampilan melalui pelatihan dan pendidikan, 3 menumbuh-kembangkan penangkar pengusaha benih atau bibit, 4 pengembangan mekanisasi pertanian, 5 pemanfaatan teknologi, 6 pengembangan sentra produksi tanaman pangan, 7 pengembangan kemitraan antara petani dengan mitra usaha, 8 menggerakkan peran swastaPMA dan PMDN Kahar, 1995 Untuk menjamin tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan perlu menggunakan berbagai pola pengembangan sebagai berikut : 1 pola insus pendekatan kelompok dengan program Bimas, 2 pola sekolah lapang belajar sendiri dalam kelompok tani dengan bimbingan penyuluh lapangan, 3 pola sentra komoditi yang dipilih disesuaikan dengan agroklimat serta menguntungkan petani, 4 pola kemitraan kerjasama petani dengan pengusaha Kahar, 1995 . Karakteristik pertanian lahan kering, terutama usahatani tanaman pangan dan hortikultura, sangat berbeda dengan pertanian lahan sawah. Misalnya, keadaan yang sangat tergantung iklim atau curah hujan, biasanya hanya ditanami sekali setahun, serangan hama dan penyakit tanaman jauh lebih sukar dikontrol, produktivitas per hektar sangat rendah, dan sebagainya. Lebih parah lagi, jika pada lahan yang memang tidak subur dan berproduktivitas rendah itu dilakukan kegiatan intensifikasi yang berlebihan, maka fenomena degradasi lahan akan senantiasa mengancam keberlanjutan pertanian lahan kering Amien, 1999. Menurut Hikmatullah et al. 2001 dalam rangka pengembangan lahan kering menuju pembangunan berkelanjutan berbagai rakitan teknologi usahatani telah berhasil ditemukan, pola usahatani tersebut antara lain : 1 pola usahatani berorientasi pangan, 2 pola usahatani konservasi dan 3 pola usahatani terpadu.

2.5. Kendala Usahatani Lahan Kering