sesuai dengan keadaan lahan di dalam kerangka pembatas ekonomi pemakai lahan atau petani. Hal ni mencakup tata ruang seperti penentuan letak lahan pertanian,
padang rumput, jalan, penyediaan air, saluran drainase, dan sebagainya.
2.2. Usahatani Lahan Kering
Usahatani yang harus dikembangkan pada suatu daerah harus diarahkan pada pola usahatani terpadu yang dapat meningkatkan produksi, pendapatan,
kesempatan kerja dan sekaligus mempertahankan produktivitas lahan dan menstabilkan kelestarian lingkungannya. Dalam meningkatkan produktivitas
usahataninya bukan saja ditujukan untuk menghasilkan komoditas pangan bagi keluarganya, tetapi juga dapat menghasilkan surplus secara menyeluruh di daerah
pertanian yang dikembangkan, sehingga usahataninya bukan lagi usahatani subsisten tetapi usahatani komersial yang menetap Suryatna et al., 1982.
Soewardi 1977 menjelaskan bahwa suatu usahatani adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya dengan tujuan ganda dan berimbang. Seleksi jenis
tanaman didasarkan pada suatu pemenuhan keseluruhan tujuan dengan memperhatikan skala prioritas. Usahatani tersebut merupakan suatu sistem yang
di dalamnya terdiri dari hamaparan-hamparan usahatani yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan, yaitu keuntungan yang maksimal,
sesuai dengan jumlah sumberdaya yang tersedia dan kemampuan petani dalam mengelolanya.
Jones dan Egli 1984 mengemukakan bahwa usahatani yang baik untuk dikembangkan di suatu daerah harus merupakan usahatani yang memberikan
keuntungan yang tinggi, sesuai dengan sumberdaya yang tersedia dan kemampuan petani dalam mengelolanya. Dengan demikian usahatani yang dilaksanakan
tersebut harus sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Agar dalam usahanya memperoleh keuntungan maksimal atau merupakan pola usahatani yang
optimal, maka harus merupakan suatu sistem yang berinteraksi, baik antar komponen usahanya maupun dengan keadaan sosial-ekonomi petani dan
lingkungannya. Apabila pola usahatani ini berjalan demikian, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimal secara berkesinambungan dalam jangka
panjang, sehingga merupakan pola usahatani yang mantap dan menetap.
Menurut Sudaryono 1997, model usahatani pilihan di lahan kering harus memenuhi asas kemantapan dan ketepatan pemanfaatan lahan menurut matra
dimensi ruang dan waktu serta terjaminnya kelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan. Pilihan usahjatani harus bersifat rasional untuk memperbesar peluang
keberhasilan sistem produksi yang berkelanjutan. Model usahatani yang dipakai di lahan kering pada dasarnya adalah penerapan asas diversifikasi.
Upaya rehabilitasi yang banyak dilakukan di lahan kering antara lain perbaikan kualitas tanah, perbaikan pola tanam, dan pengendalian erosi tanah.
Sejauh ini usaha tersebut belum banyak dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya produksi beberapa komoditas tanaman pangan yang ada di
Kalimantan Barat, seperti tertera pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Rataan Produksi Panen Padi dan Palawija di Kalimantan Barat dari
Tahun 1996 sampai dengan Tahun 2000.
Tahun Ton ha No.
Jenis Tanaman 1996
1997 1998 1999 2000 1
Padi 838.563 829.106 827.499
969.658 876.618
2 Jagung
37.307 40.984 32.614 37.848
30.458 3 Kacang
Tanah 2.235 2.087 1.586
1.642 1.631
4 Kedelai 7.115 5.629 4.065
5.236 2.140
Sumber : Badan Pusat Statistik 2000
Tabel 4. Luas Tanam dan Rataan Produksi Padi dan Palawija setahun terakhir di Kabupaten Pontianak.
No. Jenis Tanaman
Luas Tanam ha
Produksi Ton
1 Padi 40.165,2
57.939,3 2 Jagung
2.918,0 5.803,2
3 Kedelai 550,4
134,2 4 Ubi
Kayu 1.637,9
17.591,2 5 Ubi
Jalar 680,8
835,0 6 Kacang
Tanah 567,7
184,2 Sumber : Badan Pusat Statistik 2000
Sebenarnya bila lahan kering diolah secara intensif akan menghasilkan produksi yang tidak kalah dengan produktivitas lahan yang beririgasi. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian Suryatna et al. 1983 di Banjarjaya, Lampung yang menunjukkan bahwa pola pertanaman introduksi padi gogo, jagung, ketela pohon
dan kacang tanah dapat memberikan pangan dan kalori yang cukup bagi petani
transmigran. Hasil kalori dan protein dari pertanaman tersebut, sebanding dengan produksi dua kali padi sawah yang baik di Jawa, dengan pemberian pupuk yang
sama. Tujuan pengelolaan usahatani pada dasarnya adalah memilih berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang tersedia meliputi lahan, tenaga kerja,
modal, waktu dan pengelolaan, dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik- baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam melaksanakan usahataninya. Apabila pola usahatani ini berjalan demikian, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimal secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, sehingga merupakan pola usahatani yang mantap dan menetap.
2.3. Usahatani Berkelanjutan