Usahatani Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA

transmigran. Hasil kalori dan protein dari pertanaman tersebut, sebanding dengan produksi dua kali padi sawah yang baik di Jawa, dengan pemberian pupuk yang sama. Tujuan pengelolaan usahatani pada dasarnya adalah memilih berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang tersedia meliputi lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan, dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik- baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya. Apabila pola usahatani ini berjalan demikian, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimal secara berkesinambungan dalam jangka panjang, sehingga merupakan pola usahatani yang mantap dan menetap.

2.3. Usahatani Berkelanjutan

Ciri utama yang menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin menurunnya produktivitas lahan dan tingginya keragaman atau variabilitas: kesuburan tanah, macam spesies tanaman yang ditanam, serta aspek sosial, ekonomi dan budaya. Pendekatan sistem usahatani yang berkelanjutan adalah merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk pengembangan lahan kering. Pada pendekatan ini keberlanjutan aspek biofisik, budaya, social-ekonomi diberi prioritas utama secara komprehensif berdasarkan keterpaduan antar disiplin ilmu secara holistik. Kata keberlanjutan sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup program pembangunan. Keberlanjutan dapat diartikan menjaga agar suatu upaya terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam Technical Advisory Committe of the CGIAR, dalam Reijntjes et al. 1999. Menurut Amien 1999, keberlanjutan juga dapat diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumberdaya. Reijntjes et al. 1999 mengemukakan bahwa pertanian bisa dikatakan pertanian berkelanjutan jika mencakup beberapa hal antara lain: 1 Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologi. Sumberdaya local digunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin agar tercapai efisiensi pemakaian input serta mampu mencegah pencemaran terhadap lingkungan. 2 Berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usahatani yang berlangsung, namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko. 3 Adil, yang berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak- hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. 4 Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain Semaoen et al. 1991, berpendapat bahawa sistem usahatani yang berkelanjutan merupakan sistem usahatani yang dirancang dengan memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian produktivitas sumberdaya lahan. Dimensi waktu merupakan unsur yang diperhitungkan dalam usahatani berkelanjutan. Produksi dan manfaat dalam pengelolaan sumberdaya lahan mungkin tidak dapat dibuat maksimal dalam waktu pendek, karena akan berakibat pada penurunan produktivitas di masa yang akan datang. Kerusakan pada pengelolaan lahan kering biasa disebut lahan kritis. Timbulnya lahan kritis disebabkan oleh karena sumberdaya lahan yang dikelola melebihi batas kemampuannya tanpa memperhatikan unsur-unsur konservasi sehingga terjadi degradasi lahan. Pertanian berkelanjutan hanya adapat dicapai apabila lahan digunakan dengan tepat dan pengelolaan yang sesuai. Penggunaan lahan yang salah sering menyebabkan kerusakan lahan, produktivitasnya akan cepat menurun dan ekosistem lahan akan terancam oleh bahaya kerusakan tersebut. Penggunaan lahan yang tidak tepat hanya akan memberikan kerugian untuk pemakai pada saat ini, juga terhadap generasi penerus di masa-masa mendatang. Reijntjes et al. 1999 mengatakan langkah pertama dalam mencari keseimbangan baru itu adalah evaluasi secara seksama terhadap kelangsungan cara usahatani yang ada. Teknik- teknik usahatani yang ada harus dinilai dari segi keberlanjutan ekonomis, ekologis, dan sosiopolitiknya.

2.4. Pengembangaan Usahatani Lahan Kering