Faktor teknik konservasi P, hanya tindakan konservasi secara mekanik atau fisik saja, tetapi juga termasuk berbagai macam usaha yang bertujuan
mengurangi erosi tanah. Pemberian mulsa serasah atau jerami memberikan nilai P sebesar 0,8 Lampiran 2
Selanjutnya hasil perhitungan prediksi erosi dan perhitungan ETOL pada setiap titik pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 11.Berdasarkan Lampiran 11
nampak bahwa sebagian besar erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi kecuali di desa Sungai Raya pada nomor lapangan I.8 erosi aktual lebih
besar dari pada erosi yang dapat ditoleransi erosi ETOL yaitu 75,53 tonhath dan Desa Kuala Dua erosi aktual lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi
terjadi pada nomor lapangan II.10 yaitu 89,33 tonhath. Di Desa Tembang Kacang dan Sungai Asam erosi aktual yang terjadi masih dibawah erosi yang
dapat ditoleransi.
5.3. Penentuan Kualitas Lahan
Hasil analisis sifat kimia tanah dengan menggunakan analisis komponen utama PCA menghasilkan 3 faktor utama dari 13 sifat kimia tanah. Sifat kimia
yang mencirikan faktor 1 adalah N-Total, K, Na, KTK dan tekstur pasir, debu dan liat dengan faktor keragaman 32,0 . Sifat kimia yang mencirikan faktor 2
adalah Ca, Mg dan KB, dengan faktor keragaman 19,7 , dan sifat kimia yang mencirikan faktor 3 adalah C-Organik dan P dengan faktor keragaman 12,7 .
Hasil analisis faktor loading disajikan pada Tabel 16. Dari analisis gerombol cluster diperoleh bahwa ke-40 sampel tanah dapat
dikelompokkan kedalam tiga cluster yang selanjutnya disebut kelompok kualitas lahan. Koefisien fungsi diskriminan untuk masing-masing kualitas lahan disajikan
pada Tabel 17. Kualitas Lahan 1 dicirikan dengan N, dan K tinggi serta tekstur halus, Kualitas Lahan 2 dicirikan dengan C-Organik tinggi, tekstur kasar dan
Kualitas Lahan 3 dicirikan dengan P tinggi, tekstur halus sampai sedang.
Tabel 16. Hasil Analisis Komponen Utama
Factor Loading Sifat Kimia Tanah
Faktor 1 Faktor 2
Faktor 3
pH H2O -0.51
-0.51 0.36
C-Org 0.42 0.29
-0.67 N-Total 0.77
0.10 -0.16
P 0.14 0.26
0.79 Ca 0.01
-0.87 -0.25
Mg 0.13 -0.84
-0.07 K 0.69
-0.07 0.09
Na 0.59 0.03
-0.08 KTK 0.63
-0.29 -0.39
KB -0.06 -0.77
0.12 Pasir -0.88
0.06 0.09
Debu 0.79 0.09
0.19 Liat 0.68
0.05 -0.36
Akar Ciri 4.16
2.56 1.65
Proporsi Total 0.32
0.20 0.13
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan :
=nyata pada p 0,05 factor loading 0,70
Tabel 17. Koefisien Fungsi Diskriminan Antar Kualitas Lahan
Gerombol Cluster
Faktor 1 Faktor 2
Faktor 3
1 3.21 -3.18
0.25 2 1.92
-0.39 -1.91
3 -0.72 -1.25
2.62
Sumber : Data primer diolah 2006
5.4. Analisis Usahatani
Analisis usahatani bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan sistem usahatani yang dikembangkan petani. Analisis biaya dan pendapatan dihitung
berdasarkan selisih antara hasil penjualan pendapatan kotor setiap komoditi dikurangi dengan input produksi yang dikeluarkan petani meliputi : pupuk,
pestisida dan pembelian bibitbenih. Dalam hal ini biaya tenaga kerja dan sewa lahan tidak diperhitungkan sebagai biaya ouput produksi karena lahan yang
dikelola petani adalah lahan milik sendiri dan dikerjakan sendiri oleh anggota keluarga. Analisis biaya dan pendapatan usahatani di lahan kering dilakukan
dalam dua siklus penanaman 1 tahun serta berdasarkan pola tanam yang diterapkan oleh petani responden.
Jenis-jenis komoditi yang banyak ditanam adalah padi gogo Oryza sativa
, jagung Zea mays, ubi kayu Manihot uttilisima. Pola tanam yang diterapkan oleh petani di lokasi penelitian hampir sama yaitu : monokultur padi 2
kali setahun, tumpangsari padi dengan jagung dan tumpang sari padi dengan ubi kayu. Petani menerapkan pola tanam yang hampir sama pada setiap daerah. Petani
di daerah penelitian merupakan pemilik sekaligus penggarap lahannya sendiri dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sebesar 0,87 ha lahan yang diusahakan
untuk tanaman semusim. Untuk mengetahui total biaya dan pendapatan aktual masing-masing pola
tanam, dilakukan perhitungan biaya dan pendapatan. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang tersedia, yang digunakan untuk bekerja di lahan usahatani.
Sewa tenaga kerja yang berlaku di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 15.000 per HOK, sedangkan ketersediaan tenaga kerja keluarga per bulan dihitung dari
jumlah keluarga inti kepala keluarga dan istri dikalikan jumlah hari kerja 25 hari. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar biaya usahatani
digunakan untuk tenaga kerja. Biaya ini sebenarnya cukup besar bagi petani dengan modal yang terbatas, namun petani belum menyadarinya. Hal ini
disebabkan karena tenaga kerja yang digunakan umumnya bersumber dari tenaga kerja keluarga. Oleh karena itu perlu diupayakan optimalisasi penggunaan sarana
produksi dan pengelolaan sistem atau pola tanam yang baik agar peningkatan produksi dan pengelolaan sistem atau pola tanam yang baik agar peningkatan
produksi dapat dicapai dan akhirnya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi petani itu sendiri.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata anggota keluarga yang bekerja untuk kegiatan usahatani tanaman pangan di Kecamatan Sungai Raya
dalam tiap bulannya adalah 878.325 HOK. Ketersediaan tenaga kerja setiap bulannya ini merupakan kendala dalam menentukan pola usahatani optimal dan
digunakan sebagai dasar perhitungan nilai sebelah kanan dalam analisis program linier
.
Tabel. 18 dan Tabel 19 menunjukkan rincian penggunaan tenaga kerja setiap bulannya berdasarkan pola tanam yang diusahakan petani dalam dua
musim tanam. Musim tanam pertama penggunaan tenaga kerja terbesar pada bulan Oktober, karena pada bulan ini dilakukan pengolahan tanah dan penanaman.
Demikian juga pada musim tanam kedua penggunaan tenaga kerja terbesar terjadi pada bulan April dimana pada bulan ini musim tanam kedua baru dimulai
sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan penanaman.
Tabel 18. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Untuk Setiap Bulannya pada Musim Tanam I di Kecamatan Sungai Raya
Kualitas Lahan Pola
Tanam Okt.
HOK Nov.
HOK Des.
HOK Jan.
HOK Feb.
HOK
Pd-Pd 51,2 3,4 26,0 9,7 42,6
1 Pd-Pd.Jg 54,7 3,7 27,8 10,4 45,5
Pd-Pd.Uk 49,7 3,3 25,3 9,4 41,3 Pd-Pd
40,1 2,7 20,4 7,6 33,3 2
Pd-Pd.Jg 44,7 3,0 22,7 8,5 37,2 Pd-Pd.Uk 50,1 3,4 25,5 9,5 41,6
Pd-Pd 38,9 2,6 19,8 7,4 32,3
3 Pd-Pd.Jg 40,1 2,7 20,4 7,6 33,3
Pd-Pd.Uk 44,7 3,0 22,7 8,5 37,2 Sumber : Data primer diolah 2006
Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi
2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Tabel 19. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Untuk Setiap Bulannya pada Musim Tanam II di Kecamatan Sungai Raya
Kualitas Lahan
Pola Tanam Apr.
HOK Mei
HOK Jun.
HOK Jul.
HOK Agt
HOK
Pd-Pd 53,5 3,6 27,2 10,1 44,5
1 Pd-Pd.Jg 82,9
24,5 42,2 15,7 85,6 Pd-Pd.Uk 71,5
17,3 36,3 13,5 60,7 Pd-Pd
45,1 3,0 22,9 8,5 37,5 2
Pd-Pd.Jg 73,4 21,7 37,3 13,9 75,8
Pd-Pd.Uk 75,2 18,2 38,3 14,3 69,4
Pd-Pd 38,9 2,6 19,8 7,4 32,3
3 Pd-Pd.Jg 58,8
17,4 29,9 11,1 60,7 Pd-Pd.Uk 48,4
11,7 24,6 9,2 73,0 Sumber : Data primer diolah 2006
Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Tabel 20 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja terbesar setiap tahunnya terjadi pada kualitas lahan 1, yaitu 393 HOK. Harga satuan untuk upah
tenaga kerja yang berlaku di Kecamatan Sungai Raya sebesar Rp. 15.000 per HOK. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja untuk
pengusahaan tanaman di Kecamatan Sungai Raya tiap pola tanamnya dalam setahun dimana upah tenaga kerja terbesar untuk membiayai kegiatan produksi
pola tanam padi-padi.jagung pada kualitas lahan 1, yaitu sebesar lebih dari Rp. 5 juta per hektar per tahun, sedangkan biaya tenaga kerja terkecil pada pola tanam
padi-padi pada kualitas lahan 2 sebesar Rp. 3 juta per hektar per tahun. Apabila biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan dalam analisis
usahatani maka biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan biaya input yang dikeluarkan. Untuk itu
penggunaan tenaga kerja keluarga harus seefisien mungkin agar usahatani tetap menguntungkan.
Tabel 20. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Tiap Tahunya dari Berbagai Pengusahaan Komoditi di Kecamatan Sungai Raya
Kualitas Lahan
Pola Tanam Jumlah
Tenaga Kerja HOKhath
Harga satuan RpHOK
Upah Tenaga Kerja
Rp
Pd-Pd 271,8
15.000 3.855.000
1 Pd-Pd.Jg 393,0
15.000 5.895.000
Pd-Pd.Uk 337,0
15.000 5.055.000
Pd-Pd 221,1
15.000 3.316.500
2 Pd-Pd.Jg 338,2
15.000 5.073.000
Pd-Pd.Uk 349,1
15.000 .5.236.500
Pd-Pd 202,0
15.000 3.030.000
3 Pd-Pd.Jg 282,0
15.000 3.780.000
Pd-Pd.Uk 257,0
15.000 3.855.000
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan : 1. Pd-Pd
= padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Salah satu korbanan yang diperlukan dalam usahatani adalah sarana produksi bibitbenih, pupuk dan pestisida. Pada umumnya petani membeli
sarana produksi ini di pasar-pasar ibukota propinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kecamatan Sungai Raya, karena
sarana produksi tersebut tidak tersedia di Kecamatan Sungai Raya. Semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi ini dimasukkan ke dalam
biaya sarana produksi. Rataan penggunaan input produksi di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 21.
Bibit tanaman yang digunakan adalah bibit padi varietas lokal, bibit jagung Bisi2 dan Pioner serta ubi kayu dari hasil stek batangnya. Pupuk anorganik
yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl serta pestisida yang digunakan adalah Gandasil dan Furadan. Pupuk organik yang digunakan responden berasal
dari kotoran sapi yang dikelola oleh kelompok tani. Tabel 21. Rata-rata Kebutuhan per ha Input Produksi Untuk Setiap Musim
Tanam di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak
Sarana Produksi Kualitas
Lahan Pola
Tanam Benih
Padi kg
Benih Jagung
kg Pupuk
Kandang kg
Pupuk Urea
kg Pupuk
SP-36 kg
Pupuk KCl
kg
Pestisida
lt
Pd-Pd 98,0
380,0 178,0
128,0 32,0 1,9 1 Pd-Pd.Jg 101,3 14,5 400,0
201,3 130,0 30,0 2,0 Pd-Pd.Uk 94,3
385,7 181,5
134,3 25,7 1,9 Pd-Pd 50,0
320,0 116,0
84,0 25,7
1,4 2 Pd-Pd.Jg 94,5 14,4 351,5
253,9 126,5 18,0 1,8 Pd-Pd.Uk 96,3
400,0 162,5
130,0 35,2 2,1 Pd-Pd
89,7 313,3
137,3 102,7 32,7 1,7
3 Pd-Pd.Jg 98,1 9,1 358,4
167,9 128,3
32,1 1,8 Pd-Pd.Uk 93,9
318,2 116,7
118,2 34,1 1,7 Sumber : Data primer diolah 2006
Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi
2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Menurut Soekartawi 1993 tersedianya faktor produksi atau input belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi pula, tergantung dari
bagaimana petani melakukan usahataninya secara efisien. Salah satunya adalah efisiensi teknis dapat terjadi apabila petani mampu meningkatkan produksinya
dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, dan selanjutnya menjual hasil produksi tersebut dengan harga tinggi. Hal ini merupakan efisiensi teknis bahkan
sekaligus efisiensi ekonomis. Semua sarana produksi tersebut dimasukan ke dalam biaya sarana
produksi. Rata-rata kebutuhan biaya sarana produksi per hektar di Kecamatan Sungai Raya dapat dilihat pada Tabel 22. Dari Tabel 22 tersebut terlihat bahwa
penggunaan pupuk kandang merupakan pengeluaran terbesar pada setiap pola tanam dibandingkan dengan sarana produksi lainnya. Pengeluaran biaya produksi
terkecil adalah pada input benih. Tabel 22. Rata-rata Kebutuhan per ha Input Produksi Untuk Setiap Musim
Tanam di Kecamatan Sungai Raya
Sarana Produksi Kualitas
Lahan Pola
Tanam Benih
Padi Rp
Benih Jagung
Rp Pupuk
Kandang Rp
Pupuk Urea
Rp Pupuk
SP-36 Rp
Pupuk KCl
Rp Pestisida
Rp
Pd-Pd 245.000
380.000 356.000 320.000
287.000 111.915
1 Pd-Pd.Jg 296.750 43.500 400.000 402.600 325.000
288.750 161.655
Pd-Pd.Uk 235.750 385.700 363.000
335.750 254.800
157.510 Pd-Pd 125.000
320.000 232.000
210.000 133.000
116.060 2 Pd-Pd.Jg 279.450 43.200 351.500 507.800
316.250 303.800
149.220 Pd-Pd.Uk 240.750
400.000 325.000 325.000
315.350 169.945
Pd-Pd 224.250
313.300 274.600 256.750
263.900 136.785
3 Pd-Pd.Jg 272.550 27.300 358.400 335.800 320.500
284.200 145.075
Pd-Pd.Uk 234.750 318.200 233.400
295.500 302.050
140.930
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan : 1. Pd-Pd
= padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Perbedaan jenis tanaman pada setiap musim tanam menyebabkan perbedaan dalam jumlah produksi dan tingkat pendapatan. Tabel 23 menyajikan
jumlah produksi rata-rata per hektar per musim tanam. Produksi padi pada musim tanam I memiliki jumlah yang paling besar dibandingkan produksi padi pada
musim tanam II, karena musim tanam I merupakan musim hujan sehingga ketersediaan air bisa mencukupi. Musim tanam II produksi padi lebih sedikit
dibandingkan produksi pada nusim tanam I, karena musim tanam II jumlah air terbatas sehingga sebagian lahannya ditumpangsarikan dengan tanaman palawija.
Dari Tabel 23 dapat dlihat bahwa produksi rata-rata yang dihasilkan oleh tanaman padi tiap pola tanam selama dua musim tanam di kualitas lahan 1,
kualitas lahan 2 dan kualitas lahan 3 berturut-turut adalah 2.580 kghath, 2.400 kghath dan 2.299,7 kghath. Pada kualitas lahan 1 hasil produksi komoditi padi
lebih banyak dibandingkan dari kualitas lahan 2 dan 3. Hal ini karena perbedaan karakteristik sifat kimia tanah, dimana tingkat kesuburan tanahnya tinggi karena
pada kualitas lahan 1 tekstur tanahnya halus dan kandungan unsur hara N dan K tinggi.
Tabel 23. Jumlah Produksi Rata-rata Setiap Jenis Tanaman Per Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya
Kualitas Lahan
Pola Tanam
Musim Tanam I
Musim Tanam II
Padi kg
Padi kg
Jagung kg
Ubi Kayu kg
Pd-Pd 1.380,0
1.200,0 1 Pd-Pd.Jg 1.425,0
912,5 1.442,5
Pd-Pd.Uk 1.328,0 957,1
2.085,7 Pd-Pd
1.240,0 1.160,0
2 Pd-Pd.Jg 1.250,0 828,1
1.101,6 Pd-Pd.Uk 1.337,5
1.062,5 1.875,0
Pd-Pd 1.226,7
1.073,3 3 Pd-Pd.Jg 1.301,9
622,6 1.207,5
Pd-Pd.Uk 1.244,4 636,4
1.697,0
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan : 1. Pd-Pd
= padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Produksi rata-rata yang dihasilkan oleh tanaman jagung pada kualitas lahan 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 1.442,5 kghath, 1.101,6 kghath dan
1.207,5 kghath, sedangkan produktivitas untuk tanaman ubi kayu pada kualitas lahan 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 2.085,7 kghath, 1.875,0 kghath dan
1.697,0 kghath. Pada umumnya petani di Kecamatan Sungai Raya menjual hasil
produksinya ke pedagang pengumpul di kecamatan dengan mengikuti harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul tersebut. Sebagian hasil produksi tanaman
padi digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan sebagian lagi dijual, sedangkan tanaman jagung dan ubi kayu seluruh hasil produksinya dijual.
Penerimaan hasil usahatani tiap pola tanam di Kecamatan Sungai Raya dapat dilihat pada Tabel 24.
Petani dalam mengelola usahataninya menggunakan modal kerja sendiri. Untuk melihat ketersediaan sumberdaya modal sendiri didekati dengan cara
menghitung rata-rata tingkat pendapatan petani selama setahun. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan terbesar yang diperoleh dari usahatani
menunjukkan jumlah sumberdaya modal sendiri tersedia sebesar Rp. 6,8 jutahath
pada kualitas lahan 1, Rp. 5,4 jutahath pada kualitas lahan 2 dan Rp.5,5 jutahath pada kualitas lahan 3.
Tabel 24. Rata-rata Penerimaan Usahatani Setiap Pola Tanam Tanam di Kecamatan Sungai Raya
Kualitas Lahan
Pola Tanam
Padi Rp
Jagung Rp
Ubi Kayu Rp
Total Rp
Pd-Pd 6.450.000 6.450.000
1 Pd-Pd.Jg 5.846.250
2.825.000 8.671.250
Pd-Pd.Uk 5.714.250
1.029.350 6.743.600
Pd-Pd 6.000.000
6.000.000 2 Pd-Pd.Jg
5.195.250 2.203.200
7.398.450 Pd-Pd.Uk
6.000.000 6.000.000
Pd-Pd 5.748.250 5.748.250
3 Pd-Pd.Jg 4.811.250
2.415.000 7.226.250
Pd-Pd.Uk 4.697.000
848.500 5.545.500
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan : 1. Pd-Pd
= padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Pendapatan bersih terbesar selama satu tahun diperoleh petani dari pola tanam tumpangsari antara padi dan jagung pada pola pergiliran tanaman padi-
padi.jagung dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 6,8 jutahath pada kualitas lahan 1 dan terkecil pada pola pergiliran tanaman padi-padi pada kualitas lahan 3
sebesar Rp. 4,2 jutahath. Nilai pendapatan yang positif ini menunjukkan bahwa pengusahaan tanaman padi-padi.jagung yang dilakukan petani di Kecamatan
Sungai Raya layak secara finansial. Hasil analisis BC ratio menunjukkan bahwa di kualitas lahan 1 pada pola tanam padi-padi.jagung untuk setiap Rp. 1,00 biaya
yang dikeluarkan petani rata-rata memberikan imbalan penerimaan sebesar Rp. 5,12. Hasil perhitungan biaya dan pendapatan bersih pada setiap pola tanam di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 25
Tabel 25. Tingkat Pendapatan Bersih Setiap Pola Tanam di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak
Kualitas Lahan
Pola Tanam
Total Penerimaan
Rphath Total Biaya
Rphath Total
Pendapatan Rphath
BC Ratio
Pd-Pd 6.450.000
1.741.365 4.708.635
3,70 1 Pd-Pd.Jg 8.668.750
1.875.005 6.793.745 5,12
Pd-Pd.Uk 6.757.100 1.732.510
5.024.590 3,91
Pd-Pd 6.000.000 1.171.060
4.828.940 5,12
2 Pd-Pd.Jg 7.398.450 1.908.020
5.490.430 3,88 Pd-Pd.Uk 6.000.000
1.776.045 5.161.455
3,91 Pd-Pd
5.750.000 1.471.735
4.278.265 3,91
3 Pd-Pd.Jg 7.226.250 1.716.775
5.509.475 4,21 Pd-Pd.Uk 5.545.500
1.524.830 4.020.670
3,64
Sumber : Data primer diolah 2006 Keterangan : 1. Pd-Pd
= padi-padi 2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung
3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu
Menurut Sajogyo 1988, ukuran garis kemiskinan untuk wilayah Indonesia dicirikan oleh spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencakup
konsepsi ”nilai ambang kecukupan pangan”. Garis kemiskinan tersebut dinyatakan dalam Rpbulan tetapi dalam bentuk ekivalen nilai tukar beras
kgorangtahun agar dapat saling dibandingkan nilai tukar antar daerah dan antar zaman sesuai dengan harga beras setempat. Berdasarkan hasil beberapa penelitian,
Sajogyo mengklasifikasikan suatu wilayah menjadi tiga, yaitu : miskin, miskin sekali dan paling miskin, baik untuk daerah pedesaan maupun untuk kota. Tingkat
pengeluaran rumah tangga di pedesaan sebesar 240 – 320 kg nilai tukar berasorangtahun disebut ambang kecukupan, sedangkan untuk kota sebesar 360
– 480 nilai tukar beras kgorangtahun Apabila diterapkan klasifikasi Sajogyo pada daerah penelitian dengan
asumsi tiap rumah tangga terdiri dari 4 orang, maka pendapatan yang layak untuk setiap rumah tangga adalah sebesar 320 kgorangtahun x 4 orang x Rp. 2.500,-kg
= Rp. 3.200.000,-KKtahun. Dengan demikian usahatani lahan kering di Kecamatan Sungai Raya ini layak untuk dipertahankan, karena pendapatan petani
rata-rata di tiga kualitas lahan tersebut diatas standar kebutuhan hidup minimum menurut Sajogyo 1988.
5.5. Pola Usahatani Optimal