3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli 2007 hingga Januari 2008. Penelitian dilakukan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga PPSC, Kebun Binatang Bandung,
Taman Margasatwa Ragunan, Taman Safari Indonesia dan Laboratorium Entomologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB.
Pengambilan spesimen dilakukan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga PPSC, Kebun Binatang Bandung KBB, Taman Marga Satwa Ragunan TMR, dan Taman
Safari Indonesia TSI dan proses identifikasi dilakukan di Laboratorium Entomologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB.
3.2 Hewan yang diteliti
Hewan yang diteliti adalah Orangutan Kalimantan Pongo pygmaeus pygmaeus dan Orangutan Sumatra Pongo abelii yang jumlahnya masing-masing dua ekor di PPSC,
dua ekor di KBB, dua ekor TSI dan dua ekor di TMR.
3.3 Metodologi
3.3.1 Pengamatan kondisi umum pada habitat ex-situ
Pengamatan kondisi umum pada habitat ex-situ dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan animal keeper di setiap habitat
ex-situ .
3.3.2 Koleksi spesimen ektoparasit
Penelitian ini dilakukan dengan mengoleksi spesimen ektoparasit yang diperoleh. Dalam pengoleksian spesimen digunakan beberapa alat, yaitu :
3.3.2.1 Sweep net tangguk serangga
Sweep net atau tangguk serangga sangat berguna untuk menangkap serangga yang
kecil dan lembut. Alat ini juga digunakan untuk menangkap serangga yang hidup di air seperti larva nyamuk. Sweep net terdiri dari dua bagian, yaitu bagian jaring untuk
menangkap serangga yang terbuat dari kelambu atau kasa plastik dan bagian tongkat pemegang yang terbuat dari kayu atau aluminium yang kuat dan mempunyai panjang
sekitar 30 cm sampai dengan 90 cm. Penggunaan sweep net itu tendiri dari dua cara yaitu, mengayunkan tangguk ke arah serangga yang di cari dan mengayunkan atau menyapukan
tangguk ke depan dan belakang Hadi dan Soviana 2000.
3.3.2.2 Perangkap cahaya light trap
Light trap biasa digunakan pada serangga yang nocturnal atau aktif di malam hari,
seperti agas dan nyamuk. Alat ini juga selain berguna untuk mengamati vektor dapat berguna pula sebagai telaah serangga terbang dan penyebarannya secara eksperimen
Hadi dan Soviana 2000. Light trap yang digunakan dalam penelitian adalah bentuk new jersey light trap
. Perangkap ini dilengkapi dengan kipas penyedot ke arah bawah sehingga apabila serangga mendekat pada sumber cahaya yang terdapat pada light trap
maka akan tersedot dan tertahan pada alat penampung yang ada di bawahnya. Alat ini dipasang dengan cara di gantungkan pada ketinggian kira-kira 1,5 meter dari permukaan
tanah di sekitar kandang orangutan, pemasangan dimulai dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00.
3.3.2.2 Cara manual dengan anastesi
Anastesi dilakukan pada orangutan agar koleksi ektoparasit dapat dengan mudah dilaksanakan. Anastesi orangutan dilakukan dengan metode tulup, yaitu metode
pembiusan yang digunakan untuk menganastesi satwa liar dengan menggunakan spoit yang dimodifikasi dan menggunakan tongkat tulup. Setelah itu dilakukan pencarian
ektoprasit pada beberapa regio, yaitu kepala, badan, tangan dan kaki. Waktu pencarian dibagi menjadi sepuluh menit per regio. Dalam metode ini orangutan yang dapat
mengeluarkan sifat liarnya pada keadaan terancam dan takut dapat diatasi.
Gambar 3 Anastesi orangutan dengan metode Tulup
3.4 Pengolahan sampel spesimen