Latar belakang Ektoparasit Pengganggu pada Orangutan (Pongo pygmaeus) di habitat ex-situ

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Orangutan merupakan primata liar yang berhabitat di Kalimantan dan Sumatra, Indonesia. Orangutan memiliki empat subspesies, di antaranya adalah Pongo pygmaeus pygmaeus, Pongo pygmaeus wurumbii, Pongo pygmaeus morio dan Pongo abelii . Sebagian besar orangutan hidup di hutan dan berkelompok. Daerah penyebaran orangutan adalah Serawak Kalimantan Barat, antara Sungai Kapuas dan Sungai Barito Barat laut Kalimantan, Sumatra Utara, Aceh, Sumatra Barat dan Riau. Populasi orangutan semakin berkurang dari tahun ke tahun. Orangutan diklasifikasikan oleh CITES dalam Appendix I, yaitu daftar yang memuat seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara komersial Dephut 2008. Berkurangnya populasi orangutan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia dan bencana alam yang terjadi di bumi, akan tetapi sebagian besar berkurangnya populasi orangutan akibat dari perbuatan manusia, seperti penebangan hutan besar-besaran atau ilegal loging , perburuan liar pada orangutan dan eksploitasi besar-besaran, sisanya akibat bencana alam yang terjadi seperti kebakaran hutan Shapiro 2008. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempertahankan populasi orangutan, di antaranya adalah dengan mendirikan habitat in-situ dan ex-situ. Upaya membangun habitat ex-situ diantaranya adalah dengan cara membangun pusat penyelamatan satwa, kebun binatang, balai karantina dan pusat penangkaran, serta upaya membangun habitat in-situ , yaitu dengan membuat cagar alam dan suaka margastwa. Ektoparasit adalah berbagai jenis hewan parasit yang memerlukan habitat pada permukaan tubuh inang untuk kelangsungan hidupnya. Ektoparasit memiliki peranan penting dalam dunia kedokteran karena dapat mengganggu dan berperan sebagai inang perantara dari endoparasit, yaitu Protozoa dan cacing. Berbagai ektoparasit dikenal sebagai vektor zoonosis yang dapat berakibat fatal bagi manusia. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi pengurangan populasi orangutan pada habitat ex-situ mempunyai dampak negatif terhadap populasi orangutan, antara lain terjangkitnya orangutan dengan ektoparasit. Indonesia merupakan negara beriklim tropis dan memiliki kelembaban yang cukup tinggi, sehingga dapat menunjang perkembangbiakan ektoparsit. Infestasi oleh ektoparasit dapat mempengaruhi keadaan fisiologis orangutan, misalnya penurunan bobot tubuh, penurunan tingkat reproduksi, berkurangnya aktivitas orangutan, stress, luka serta iritasi dan menjadi lebih agresif. Masalah ektoparsit di habitat ex-situ masih belum diteliti orang, padahal informasi jenis-jenis ektoparasit dan arti penting ektoparasit sangat diperlukan.

1.2 Tujuan penelitian