Perkembangan Produksi TPT PERKEMBANGAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK

BAB V PERKEMBANGAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL TPT INDONESIA Perkembangan perdagangan TPT Indonesia dianalisis dengan menggunakan analisis trend dengan beberapa indikator sebagai ukuran keakuratan suatu metode peramalan yaitu MAD Mean Absolute Deviation dan MAPE Mean Absolute Percentage Error. Variabel-variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis trend ini adalah produksi TPT, penjualan domestik TPT, konsumsi domestik TPT, ekspor dan impor TPT Indonesia.

5.1 Perkembangan Produksi TPT

Berdasarkan analisis trend yang dilakukan, dapat dilihat bahwa perkembangan produksi TPT Indonesia mengikuti trend kuadratik. Trend kuadratik perkembangan produksi memiliki nilai MAD dan MAPE yang lebih kecil bila dibandingkan dengan trend linier dan trend eksponensial. Nilai MAD dan MAPE yang diperoleh sebesar 162,3 ribu ton dan 3,8 persen. Nilai MAD menunjukkan kesalahan dalam meramalkan pola perkembangan produksi TPT sebesar 162,3 ribu ton atau sebesar 3,8 persen. Pada tahun 2008 diperkirakan bahwa produksi TPT Indonesia akan meningkat menjadi 4.207 ribu ton. Perbandingan nilai trend dengan trend linier dan trend eksponensial dapat dilihat pada lampiran 1. Persamaan produksi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y t = 5459,29 - 552,631 t + 49,5119 t 2 dimana : Y t = Jumlah produksi TPT Indonesia pada tahun ke t Ribu Ton t = tahun T a h u n P ro d u k s i 2 0 0 8 2 0 0 7 2 0 0 6 2 0 0 5 2 0 0 4 2 0 0 3 2 0 0 2 2 0 0 1 5 2 0 0 5 0 0 0 4 8 0 0 4 6 0 0 4 4 0 0 4 2 0 0 4 0 0 0 3 8 0 0 A c c u r a c y M e a s u r e s M A P E 3 , 8 M A D 1 6 2 , 3 M S D 4 0 9 2 6 , 3 V a r i a b l e F o r e c a s t s A c t u a l F i t s P e r k e m b a n g a n P r o d u k s i T P T I n d o n e s i a R i b u T o n Q u a d r a t i c T r e n d M o d e l Y t = 5 4 5 9 , 2 9 - 5 5 2 , 6 3 1 t + 4 9 , 5 1 1 9 t 2 Sumber : API 2007, diolah Gambar 5.1 Perkembangan Produksi TPT Indonesia Ribu Ton Produksi TPT yang mengikuti trend kuadratik mengalami puncak penurunan pada tahun 2005. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 sebesar 128 persen. Kenaikan harga BBM berimplikasi pada kenaikan harga bahan baku, biaya transportasi serta upah. Kenaikan biaya produksi menyebabkan volume produksi menurun. Penurunan produksi tahun 2005 sebesar 12,36 persen dari tahun 2006 menjadi 3.821 ribu ton. Meskipun dapat naik kembali menjadi 3.974 ribu ton pada tahun 2006 dan 3.970 ribu pada tahun 2007, produksi TPT Indonesia mengalami pertumbuhan yang lambat. Pada tahun 2006 produksi TPT meningkat sebesar 4 persen, namun kembali menurun pada tahun 2007 sebesar 0,1 persen. Rata-rata pertumbuhan produksi TPT menurun sebesar 1,11 persen. Tabel 5.1 Produksi TPT Indonesia, 2003-2007 Ribu ton Tahun Fiber Yarn Fabric Garment Other Textiles Total 2003 776 1.646 1.273 461 35 4.191 2004 796 1.692 1.312 517 43 4.360 2005 752 1.623 963 383 100 3.821 2006 770 1.640 969 445 150 3.974 2007 800 1.680 970 410 110 3.970 Rata-rata pertumbuhan 23,35 0,55 5,71 1,36 44,69 1,11 Sumber : API 2007, diolah Pertumbuhan produksi TPT Indonesia yang lambat disebabkan oleh beberapa hal seperti mesin dengan teknologi rendah, biaya produksi tinggi, kesulitan akses permodalan, serta kalah bersaing dengan impor baik resmi maupun ilegal. Mesin yang digunakan industri TPT rata-rata sudah berada diatas umur 20 tahun. Mesin-mesin ini telah melampaui batas umur ekonomisnya, sehingga tidak mampu berproduksi optimal dan kualitas TPT yang dihasilkan tidak kompetitif. 6 Pemerintah berusaha mengatasi hal ini dengan melaksanakan program peremajaan mesin. Program berupa pemberian subsidi bagi industri tekstil dalam upaya restrukturisasi mesin produksi tekstil dengan anggaran dana pemerintah sebesar Rp 255 milyar. Realisasi kebijakan pemerintah belum efektif membantu industri kecil dan menengah TPT Indonesia. Subsidi pemerintah bagi industri kecil dan menengah terhambat karena rumitnya administrasi untuk mendapatkan subsidi pembelian mesin produksi baru tersebut. Dana bantuan yang dianggarkan pemerintah bagi industri kecil dan menengah TPT sebesar Rp 75 miliar, hanya terserap sebesar Rp 50 milyar. Meskipun penyerapan dana subsidi tidak efektif 6 ‘Tekstil Selundupan Rugikan Negara Rp 2 TriliunTahun’ http:www.beritakotamakassar.comview.php?id=8784jenis=Bisnis_Harian bagi industri kecil dan menengah TPT, tetapi dapat diserap secara efektif oleh industri besar TPT. 7 Kondisi ini memberikan motivasi pada industri besar TPT dalam proses produksi, sehingga berdasarkan perkiraan produksi TPT Indonesia meningkat menjadi 4.207 ribu ton pada tahun 2008.

5.2 Perkembangan Penjualan Domestik TPT