Impor Nilai Tukar Perdagangan Kurs

3.1.3 Impor

Impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan negara terhadap komoditi dari pasar internasional Komarudin, 2005. Impor merupakan aliran barang dan jasa ke pasar sebuah negara untuk dipakai. Negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang lebih rendah daripada yang dapat dihasilkan di dalam negeri Smith and Blakeslee, 1995. Permintaan impor merupakan selisih antara konsumsi domestik dikurangi produksi domestik dan dikurangi stok pada akhir tahun lalu. Secara matematik, impor dapat digambarkan sebagai berikut Labys, 1973 dalam Komarudin, 2005 : Mt = C t – Q t – S t-1 ......................... 3.1 Dimana : M t = jumlah impor pada tahun ke t C t = jumlah kosumsi domestik tahun ke t Q t = jumlah produksi domestik tahun ke t S t-1 = sisa stok pada tahun ke t-1 Selain faktor-faktor domestik diatas, fungsi impor suatu negara juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar negeri, yaitu nilai tukar atau exchange rate ER dan harga impor PM. Dengan demikian, secara teoritis fungsi impor komoditas suatu negara dapat ditulis sebagai berikut : Mt = f Qt, Ct, St-1, ERt, PMt ......................... 3.2 Dimana : Qt = jumlah produksi domestik tahun ke t Ct = jumlah konsumsi domestik tahun ke t St-1 = sisa stok pada tahun ke t-1 ER = nilai tukar atau exchange rate tahun ke t PM = harga impor tahun ke t Terdapat beberapa variabel yang akan mempengaruhi permintaan impor suatu negara seperti biaya transportasi TC, tarif T, selera konsumen PC, distribusi pendapatan Y, dan populasi P yang dapat memberikan hasil yang lebih akurat Oktaviani, 2000 dalam Purnamasari, 2006.

3.1.4 Kebijakan Impor

1. Tarif Impor

Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan kepada suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif impor import tariff adalah pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. Pengenaan tarif dilakukan sebagai sumber pendapatan dalam kas pemerintah, juga sebagai alat proteksi bagi sektor-sektor industri tertentu di dalam negeri dari tekanan persaingan produk impor. Berdasarkan mekanisme perhitungannya, tarif terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya Hady, 2004 : 1. Tarif Ad Valorem Ad Valorem Tariff Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. 2. Tarif Spesifik Spesific Tariff Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. 3. Tarif Campuran Tarif campuran adalah gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik, dimana barang yang diimpor dikenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan dikenakan pungutan dalam bentuk persentase. Pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil yang melakukan impor dapat dianalisis dengan menggunakan analisis keseimbangan parsial. Negara kecil merupakan negara yang memiliki keterbatasan sehingga tidak mampu untuk mempengaruhi harga dunia dan harus menerima harga-harga yang berlaku di pasar internasional. Sumber : Hady, 2004 Gambar 3.3 Kurva Pemberlakuan Tarif Impor Dalam Gambar 3.3 Dx adalah kurva permintaan dan Sx melambangkan kurva penawaran komoditi X dinegara kecil yang berlaku sebagai importir. Jika negara tersebut tidak melakukan perdagangan internasional autarki maka akan mengalami keseimbangan di titik E yang merupakan perpotongan antara kurva Dx dan Sx. Kondisi autarki memperlihatkan bahwa tidak terjadi ekspor ataupun impor. Dalam hal ini produksi dalam negeri sama dengan konsumsi dalam negeri sebesar OQo dengan harga Po. Jika negara melakukan perdagangan internasional, harga komoditi X akan semakin murah menjadi sebesar P 1 dan konsumsi meningkat menjadi OQ 2 . Konsumsi ini dipenuhi oleh produksi dalam negeri sebesar OQ 1 , dan impor sebesar Q 1 Q 2 . Garis putus-putus horizontal S f adalah kurva penawaran komoditi X dari luar negeri yang sifatnya elastis tak terbatas untuk negara importir. Hal ini menunjukkan bahwa pasar-pasar internasional mampu memberikan pasokan komoditi X sebanyak apapun kepada negara importir berdasarkan harga dunia yang berlaku. Produksi yang menurun dari OQo menjadi OQ 1 akan menyebabkan kerugian bagi industri, sehingga berimplikasi pada terjadinya pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah memberikan proteksi dengan memberlakukan tarif. Tarif ditetapkan sebesar P 1 P 2 sehingga untuk memperoleh komoditi X konsumen di negara importir harus membayar sebesar P 2 . Peningkatan harga yang terjadi menyebabkan penurunan tingkat konsumsi dari Q 2 menjadi Q 4 . Konsumsi ini dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang meningkat sebesar OQ 3 dan impor yang menurun sebesar Q 2 Q 4 . Garis putus-putus S f+T merupakan kurva penawaran komoditi X dari luar negeri yang baru untuk negara importir. Kurva ini telah memperhitungkan dampak dari pengenaan tarif. Dengan demikian, pengenaan tarif memberikan dampak bagi penurunan tingkat konsumsi dalam negeri dan peningkatan produksi dalam negeri. Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan diperlihatkan oleh menurunnya tingkat impor. Gambar 3.3 memperlihatkan penurunan surplus konsumen sebesar AGHB. Penurunan surplus konsumen ini diterima oleh pemerintah dalam bentuk pajak impor sebagai penerimaan pemerintah sebesar MJHN yang diperoleh dari P 2 -P 1 untuk Q 4 -Q 3 komoditi yang diimpor. Selain itu, diredistribusikan kepada produsen dalam negeri dalam bentuk surplus produsen sebesar AGJC dan sebesar segitiga CJM juga BHN merupakan biaya proteksi yang harus ditanggung oleh perekonomian negara importir.

2. Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri berupa keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, dan subsidi harga. Subsidi bertujuan untuk : a. Menambah produksi dalam negeri. b. Mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri. c. Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor. Pada saat keadaan perdagangan bebas tanpa adanya subsidi, harga berada pada P 1. Produksi yang dihasilkan dalam negeri sebesar OQ 1 sedangkan konsumsi dalam negeri sebesar OQ 2 , sehingga produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi. Impor akhirnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sebesar Q 1 Q 2 . Subsidi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari Q 1 menjadi Q 3 . Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa jumlah produksi akan meningkat jika terjadi kenaikan harga dari P 1 ke P 2 . Hal ini dicegah oleh pemerintah dengan menetapkan subsidi harga sebesar P 1 P 2 atau sebesar BC. Dengan demikian, produksi dalam negeri meningkat dari OQ 1 menjadi OQ 3 sehingga jumlah impor turun dari Q 1 Q 2 menjadi Q 2 Q 3 . Dengan demikian konsumen tetap membayar dengan harga P 1 dan produsen menerima pembayaran dengan harga P 2 . Sumber : Hady, 2004 Gambar 3.4 Kurva Subsidi

3.1.5 Nilai Tukar Perdagangan Kurs

Nilai tukar atau kurs diantara dua negara adalah harga di mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan antara dua kurs, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang negara lain Mankiw, 2000. Kurs riil perdagangan terms of trade dari suatu negara juga merupakan rasio harga komoditi ekspor terhadap harga komoditi impor. Dengan demikian, nilai tukar perdagangan dari suatu negara merupakan kebalikan dari nilai tukar perdagangan negara lain yang menjadi mitra dagang. Rasio tersebut dikalikan dengan seratus agar diperoleh hasil akhir dalam presentase yang mudah dipahami Salvatore, 1997. Hubungan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dilihat sebagai berikut Mankiw, 2000 : Kurs Riil = Tingkat dimana diperdagangkan barang domestik dan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat harga dimana mata uang dipertukarkan. Kurs riil juga berhubungan dengan neraca perdagangan suatu negara. Apabila kurs riil rendah, maka harga barang-barang domestik akan lebih murah dan penduduk domestik akan membeli sedikit barang impor. Namun apabila kurs riil tinggi, maka harga barang-barang domestik relatif tinggi dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan penduduk domestik lebih banyak membeli barang impor. Hubungan kurs riil dengan ekspor bersih dapat ditulis sebagai berikut : NX = NX e ......................... 3.3 Dimana : NX = Ekspor bersih e = Kurs riil Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 3.5 Ekspor Bersih dan Kurs Riil Gambar 3.5 menunjukkan hubungan antara kurs riil dan ekspor bersih. Apabila kurs semakin rendah maka harga barang domestik menjadi relatif murah terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor bersih. ∈ NX Ekspor neto, NX Kurs riil, e

3.1.6 Pendapatan dan Perdagangan