Analisis Spektroskopi FT-IR .1 Spektrum FT-IR Nata De Coco
4.3 Analisis Spektroskopi FT-IR 4.3.1 Spektrum FT-IR Nata De Coco
Spektrum FT-IR Nata De Coco dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.8. Spektrum FT-IR Nata De Coco Pada gambar 4.8 menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan serapan
puncak-puncak pada bilangan gelombang 3351,3 cm
-1
yang mempunyai serapan melebar yang disebebkan adanya vibrasi ulur -OH membentuk ikatan hidrogen;
bilangan gelombang 2935,8 cm
-1
menunjukan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C-H pada 1458,9 ; serapan karbonil C=O spektra inframerah
pada bilangan gelombang 1650,7 cm
-1
; serapan pada gelombang 1542,11 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C=C alkena ; serapan pada gelombang 1197,10 –
1026,5 cm
-1
menunjukan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain; serapan dengan intensitas medium
pada 604,9 cm
-1
menunjukan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Spektrum FT-IR Nata dengan Penambahan 10 ml Sari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing
Gambar 4.9 Spektrum FT-IR Nata De Coco dengan penambahan 10 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
Pada gambar 4.9. menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan penambahan 10 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
terdapat serapan pada puncak dengan bilangan gelombang 3375,2 cm
-1
menunjukan adanya vibrasi ulur gugus
–OH membentuk ikatan hidrogen; bilangan gelombang 2935,9 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C-H pada 1429,10 cm
-1
; serapan dengan posisi sedikit melebar pada bilangan gelombang 1650,8 cm
-1
menunjukan adanya vibrasi gugus C=O karbonil; serapan dengan panjang gelombang 1059,3 cm
-1
menujukkan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain; serapan dengan
intensitas medium pada 617,9 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Spektrum FT-IR Nata dengan Penambahan 20 ml Sari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing
Gambar 4.10. Spektrum FT-IR Nata de Coco dengan penambahan 20 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
Pada gambar 4.10. menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan penambahan 20 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
terdapat serapan pada puncak dengan bilangan gelombang 3398,3 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
–OH membentuk ikatan hidrogen; bilangan gelombang 2927,7 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C-H pada 1430,10 cm
-1
; serapan dengan posisi sedikit melebar pada bilangan gelombang 1650,7 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O karbonil; serapan gelombang 1543,11 cm
-1
menujukkan adanya vibrasi ulur C=C alkena; serapan dengan panjang gelombang 1059,6 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain; serapan dengan intensitas
medium pada 616,10 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Spektrum FT-IR Nata dengan Penambahan 30 ml Sari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing
Gambar 4.11. Spketrum FT-IR Nata de Coco dengan penambahan 30 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
Pada gambar 4.11. menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan penambahan 30 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
terdapat serapan pada puncak dengan bilangan gelombang 3403,4 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
–OH membentuk ikatan hidrogen; bilangan gelombang 2920,9 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C-H pada 1429,10 cm
-1
; serapan dengan posisi sedikit melebar pada bilangan gelombang 1650,8 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O karbonil; serapan pada gelombang 1542,12 cm
-1
menujukkan adanya vibrasi ulur C=C alkena; serapan dengan panjang bilangan gelombang 1163,7-1060,5 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain;
serapan dengan intensitas medium pada 618,9 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
4.3.5. Spektrum FT-IR Nata dengan Penambahan 40 ml Sari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing
Gambar 4.12. Spketrum FT-IR Nata de Coco dengan penambahan 40 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
Pada gambar 4.12. menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan penambahan 40 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
terdapat serapan pada puncak dengan bilangan gelombang 3401,8 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
–OH membentuk ikatan hidrogen; bilangan gelombang 2921,14 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C- H pada 1429,15 cm
-1
; serapan dengan posisi sedikit melebar pada bilangan gelombang 1650,13 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O karbonil; serapan pada gelombang 1544,16 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C=C alkena; serapan dengan panjang bilangan gelombang 1164,7-1060,9 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain;
serapan dengan intensitas medium pada 616,13 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
4.3.6. Spektrum FT-IR Nata dengan Penambahan 50 ml Sari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing
Gambar 4.13. Spketrum FT-IR Nata de Coco dengan penambahan 50 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
Pada gambar 4.13. menunjukkan spektrum FT-IR nata de coco dengan penambahan 50 ml sari buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing
terdapat serapan pada puncak dengan bilangan gelombang 3395,4 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
–OH membentuk ikatan hidrogen; bilangan gelombang 2938,8 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C-H yang didukung vibrasi tekuk C-H pada 1430,9 cm
-1
; serapan dengan posisi sedikit melebar pada bilangan gelombang 1650,8 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O karbonil; serapan pada gelombang 1544,16 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi ulur C=C alkena; serapan dengan panjang bilangan gelombang 1163,8-1060,6 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan -C-O-C- dari ikatan glikosida antara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain;
serapan dengan intensitas medium pada 616,10 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa gugus hidroksil -OH dalam polimer menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang sekitar 3520-
3200 cm
-1
. Selain itu, adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1740-1630 cm
-1
memperkuat adanya gugus karbonil C=O. Pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1310-1000 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan glikosida anatara monomer glukosa yang terpaut satu sama lain Biemann, 1983; Silverstein, dkk, 1981.
Berdasarkan analisa uji berat, kadar air, kadar abu, kadar serat, kadar vitamin C dan analisa kadar beta karoten pada pembuatan nata de coco tanpa penambahan sari
buah terung belanda Solanum betaceum hasil sambung pucuk dengan lancing Solanum mauritianum dengan penambahan sari buah terung belanda Solanum
betaceum hasil sambung pucuk dengan lancing Solanum mauritianum menunjukkan bahwa berat, kadar air, kadar abu, kadar serat, kadar vitamin C, dan
kadar beta karoten terjadi perbedaan dan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sari buah terung belanda Solanum betaceum hasil sambung pucuk dengan
lancing Solanum mauritianum berpengaruh baik pada kinerja bakteri Acetobacter xylinum untuk menghasilkan nata de coco yang optimal dan bernilai gizi tinggi.
Namun berdasarkan data FT-IR gugus-gugus yang diperoleh adalah gugus- gugus dari nata de coco. Hal ini menunjukkan bahwa selama fermentasi kandungan-
kandungan nutrisi seperti mineral, vitamin C, beta karoten dan serat tidak terjadi reaksi secara kimia tetapi berinteraksi secara fisik dan terikat didalam benang-benang
sel nata de coco dengan berbagai variasi penambahan sari buah terung belanda Solanum betaceum hasil sambung pucuk dengan lancing Solanum mauritianum.
Hanya mekanisme reaksinya belum dapat diketahui dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dari parameter yang diamati menunjukkan bahwa dengan ditambahkannya sari buah terung belanda Solanum betaceum hasil sambung pucuk dengan lancing
Solanum mauritianum pada pembuatan nata de coco mempengaruhi dan membantu
Universitas Sumatera Utara
kinerja bakteri Acetobacter xylinum dalam memproduksi nata de coco. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan-kandungan nutrisi yang tersedia dalam sari
buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan lancing yang digunakan sebagai zat makanan atau nutrisi tambahan setelah nutrisi yang berasal dari air kelapa, gula pasir
dan urea yang diperlukan bakteri Acetobacter xylinum untuk pertumbuhannya dalam memproduksi nata de coco. Semakin tinggi kadar nutrisi semakin tinggi kesempatan
bakteri Acetobacter xylinum untuk melakukan reproduksi sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum semakin banyak dan selulosa yang dihasilkan semakin banyak
dan nata de coco yang doperoleh mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mengandung antioksidan, sehingga nata de coco yang dihasilkan digunakan sebagai makanan
tambahan.
Universitas Sumatera Utara