14 tegangan permukaan atau menurunkan viskositas minyak bumi sehingga
dapat merangsang pelepasan minyak dari reservoir. Kemampuan ini dapat berubah jika terjadi modifikasi di dalam sel
mikroba. Modifikasi faktor lingkungan di luar adanya mutagen dan di dalam sel mikroba rekombinasi DNA secara langsung dapat menghilangkan atau
mengubah fraksi hidrokarbon dan mengurangi viskositasnya, sehingga dapat digunakan untuk teknologi MEOR. Penggunaan bakteri untuk pelepasan minyak
dari reservoir ini adalah hasil penelitian yang dilakukan Zobell antara tahun 1943- 1955. Aplikasi MEOR lebih ekonomis dan aman mengingat penggunaan zat
kimia sintetik membutuhkan biaya yang lebih tinggi serta menimbulkan resiko pencemaran lingkungan Sublett, 1993.
2.1.2. Pengelolaan Reservoir Minyak dan Gas Bumi
Teori antiklinal anticlinal theory adalah teori tentang akumulasi minyak, gas dan air pada lapisan cembung dalam tatanan tertentu air paling bawah
asalkan strukturnya mengandung batuan reservoir, yang berhubungan baik dengan bantuan induk dan ditutupi dengan batuan tudung. Perangkap antiklin
anticlinal trap adalah lapisan dalam struktur antiklin tempat akumulasi hidrokarbon. Cadangan reserves adalah jumlah minyak atau gas bumi yang
ditemukan didalam batuan reservoir dan dapat diproduksi. Reservoir adalah tempat terkumpul dan terjebaknya minyak dan gas bumi secara alami di bawah
tanah. Tekanan reservoir reservoir pressure adalah tekanan yang mendorong fluida ke lubang bor yang menembus reservoir minyak dan gas bumi. Batuan
reservoir reservoir rock adalah batuan bawah tanah yang berpori dan permeable yang dapat menyimpan minyak dan atau gas Pusat data dan
Informasi, DESDM, 2006. Pengelolaan dan penanganan reservoir reservoir management sejak
dini adalah penting, khususnya pada reservoir yang memiliki karakteristik yang unik. Perbedaan cara penanganan terletak pada rencana pengembangannya
plan of development, POD, terutama untuk mengoptimalkan peroleh minyak dan gas.
Reservoir management didefinisikan sebagai sebuah pengelolaan reservoir secara terencana, konsisten dan berkesinambungan untuk
memaksimalkan keuntungan benefit dari suatu reservoir migas Satter dan Thakur, 1994. Selanjutnya dikatakan bahwa pada tahap implementasi, hal ini
15 akan sangat tergantung dari pemanfaatan sumberdaya manusia SDM,
teknologi, peralatan dan finansial untuk memaksimalkan keuntungan profit dengan cara mengoptimalkan produksi dan meminimalkan biaya operasi dan
investasi. Reservoir management harus dilakukan sejak aktivitas eksplorasi, sampai dengan reservoir tersebut ditemukan, dikembangkan, diproduksikan,
hingga akhirnya ditinggalkan setelah dinilai tidak ekonomis lagi. Dalam prakteknya tentu harus menganut kaidah teknik perminyakan atau petroleum
engineering yang baku dan benar, meliputi proses-proses; perencanaan; implementasi dari rencana-rencana tersebut; pemantauan terhadap unjuk kerja;
penilaian dan revisi terhadap rencana atau strategi bilamana diperlukan Satter dan Thakur, 1994.
Suatu pendekatan sinergi dalam petroleum reservoir management banyak dibahas oleh Satter dan Thakur 1994, dan Thakur dan Satter 1998.
Hal yang berkali-kali ditekankan adalah pentingnya sebuah team work antar personel dari berbagai displin ilmu yang terlibat aktivitas perminyakan, yakni :
geophysicist, geologist, petroleum engineers dan lain-lain. Selain hal tersebut
juga diperlukan adanya interaksi yang efektif dan efisien diantara management, engineering, geoscience dan fungsi penunjang. Suatu contoh, data geologi dan
keteknikan reservoir atau produksi akan digunakan oleh ahli geofisika untuk menyakinkan adanya perkembangan reservoir yang memungkinkan
penambahan pemboran baru. Di lain pihak, hasil interpretasi data seismik dapat digunakan oleh ahli reservoir untuk menilai cadangan, spasi sumur, unjuk kerja
sumur dan lain-lain. Interpretasi awal suatu survei seismik 3-D, misalnya, akan sangat mempengaruhi rencana awal pengembangan suatu lapangan. Namun,
dengan bertambahnya engineering data dan informasi, suatu interpretasi dapat direvisi dan disempurnakan terus menerus. Adalah bukan hal yang
mengejutkan, apabila ternyata dalam plan of futher development POFD banyak berubah dari rencana awal. Untuk pengelolaan dan penanganan reservoir
karbonat, terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik batuan karbonat itu sendiri. Keheterogenan karakter yang melekat pada sifat batuan karbonat yang
dibawanya sejak awal pembentukannya, dan sepanjang pengembangannya, menyebabkan kita harus ekstra hati-hati dalam menyusun rencana
pengembangan, memproduksikannya, merawatnya dan mengelolanya. Berdasarkan kekhasan karakteristik batuan karbonat atau batuan pasir,
yang selanjutnya berpotensi sebagai reservoir migas, maka dalam
16 mengembangkan suatu lapangan field development semacam ini memerlukan
pengelolaan reservoir reservoir management dengan perhatian dan pendekatan tertentu. Berbeda dengan reservoir batuan pasir, heterogenitas karakter reservoir
karbonat bisa sangat kompleks. Bukan saja karena proses dan lingkungan pembentukannya yang sangat berbeda, namun juga adanya kemungkinan
perkembangan yang jauh dari kondisi origin-nya karena proses diagenesis litifikasi, dolomitisasi dan perekahan yang diakibatkan oleh adanya patahan
maupun pelipatan Satter dan Thakur, 1994. Dari sisi reservoir management,
kehati-hatian dalam menyusun plan of development POD maupun plan of further development POFD haruslah berangkat dari analisis geologi dan
melibatkan reservoir engineering’s sense yang terintegrasi dalam merekonstruksi depositional enviroments Satter dan Thakur, 1994.
Menurut Satter dan Thakur 1994 dalam membuat rekonstruksi lingkungan pengendapan batuan karbonat atau pasir, sebagai awal dari kajian
yang dilakukan, pertama adalah menganalisa sifat fisik batuan petrophysical analysis, seperti porositas, permeabilitas horizontal dan vertikal, densitas
batuan, kurva tekanan kapiler dan lain-lain. Kedua, melakukan analisis petrographic yang akan memberi data lebih detail lagi mengenai jaringan pori,
tekstur, komposisi kimia, mineral dan lain-lain untuk dapat memperkirakan proses-proses diagenesis yang terjadi. Hasil-hasil ini akan diintegrasikan dengan
hasil interpretasi data seismik, data logging, PVT dan data sumuran lainnya seperti : tekanan dan produktivitas. Untuk selanjutnya, membuat model geologi,
model reservoir dan akhirnya dapat menentukan skenario produksi. Proses kerja workflow dari kajian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Dari aspek reservoir management, diantara tahapan managemen yang terdapat pada Gambar 4, hal yang terpenting adalah pada proses perencanaan
dan penyusunan strategi sebagai langkah awal untuk menentukan kerja berikutnya. Pada tahap ini segala faktor yang berhubungan dengan karakteristik
yang khas pada reservoir karbonat harus diakomodasi dan dikajikan secara detail dengan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang ada. Dengan simulasi
reservoir, beberapa skenario produksi dapat dibuat dengan mempertimbangan beberapa faktor tadi Satter dan Thakur, 1994.
17
Gambar 3. Diagram alir kajian reservoir secara terintegrasi Satter dan
Thakur, 1994
Selanjutnya, penyiapan fasilitas produksi, baik dari segi desain maupun implementasinya harus mengikuti kajian reservoir yang telah dibuat. Perubahan
data baru selalu diinformasikan dan di-update untuk dapat segera merevisi hasil simulasi. Realisasi produksi yang ada kadang-kadang tidak sesuai dengan
prediksi hasil simulasi reservoir. Apabila hal ini terjadi, revisi strategi pengembangan lapangan harus segera dilakukan Satter dan Thakur, 1994.
Dari rangkuman rencana tidak lanjut berdasarkan simulasi reservoir, dapat diambil keputusan apakah pembangunan fasilitas injeksi menjadi prioritas
utama dalam pengembangan lapangan selanjutnya. Hal ini merupakan langkah penyelamatan kondisi tekanan reservoir yang sudah berada di bawah titik
gelembung, yang umum dikenal dengan pressure maintenance. Dengan menginjeksi air ke dalam reservoir minyak akan naik kembali dan akan
Well Data
Petrophysic Analysis
Cross Correlation Processing
Interpretation
Inversion
Geology Modeling
Geostatistics
Production Plan
Correlation Matching
Seismic Data
Reservoir Modelling
Reservoir Simulation
18 terproduksi lebih lama sehingga perolehannya recovery factor, RF bertambah.
Apabila hal ini terlambat dilakukan, walaupun telah dilakukan penutupan sumur, gas akan tetap keluar sebagai gelembung dan membentuk secondary gas cap.
Kalau hal ini terjadi, maka sekian juta barrel minyak yang semula diprediksi dapat terangkat kepermukaan akan gagal Satter dan Thakur, 1994.
Gambar 4. Proses pengelolaan reservoir migas Satter dan Thakur, 1994
2.2. Sistem Produksi dan Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi