Pendahuluan KELAYAKAN EKONOMI PEMANFAATAN GAS IKUTAN DI LAPANGAN MINYAK TUGU BARAT, INDRAMAYU

VI. KELAYAKAN EKONOMI PEMANFAATAN GAS IKUTAN DI LAPANGAN MINYAK TUGU BARAT, INDRAMAYU

Abstrak Pengembangan industri gas ikutan di Lapangan produksi minyak Tugu Barat Indramayu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan pemerintah setempat baik manfaat langsung maupun manfaat tidaklangsung. Namun demikian dalam pengembangannya, investasi yang dilakukan secara ekonomi belum tentu layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui kelayakan ekonomi pemanfaatan gas ikutan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelayakan ekonomi pemanfaatan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat Indramayu. Penelitian menggunanak metoda analisis kelayakan ekonomi dengan pendekatan Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Pay Back Period PBP, dan analisis Profitability Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa industri gas ikutan di Lapangan Produksi Minyak Tugu Barat Indramayu secara ekonomi layak untuk dikembangkan. Hal ini dilihat dari keuntungan bersih yang diperoleh bernilai positif dengan tingkat keuntungan bersih NPV sebesar US 1.148.174,00 dengan kemapuan mengembalikan modal pinjaman bank yang besar yaitu lebih besar dari tingkat suku bunga bank sampai pada batas waktu yang ditetapkan dengan rata-rata IRR berkisar 14,42 IRR total. Dilihat dari nilai payback investment perusahaan di lokasi studi diperoleh nilai sebesar 5,080 tahun untuk payback investment dan 3,537 tahun untuk payback loan yang berarti bahwa waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan lebih cepat dari masa kontrak dan untuk tahun kelima dan seterusnya perusahaan akan memperoleh keuntungan dari selisih antara hasil penjualan dengan biaya atau modal yang dikeluarkan. Artinya perusahaan akan memperoleh keuntungan selama sisa kontrak karena periode payback lebih pendek daripada masa kontrak perusahaan yaitu selama 10 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi sehingga perusahaan memperoleh keuntungan. Adapun biaya-biaya perlindungan lingkungan dan biaya social yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya dalam penelitian ini belum diperhitungkan. Kata kunci : Kelayakan ekonomi, pemanfaatan gas ikutan, NPV, IRR, PBP

6.1. Pendahuluan

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di pesisir utara Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam tidak dapat pulih seperti minyak dan gas bumi yang cukup besar. Pada tahun 1977 telah diresmikan kilang LPG Mundu di Kecamatan Karangampel, Indramayu. Kapasitas terpasang mengolah bahan baku natural gas sebesar 1.000.000 NM3hari 37 MMSCFD. Bahan baku non assosiated gas sebesar 600.000 NM3hari dan assosiated gas sebesar 400.000 NH3hari. Produk yang dihasilkan adalah produk utama LPG 100 tonhari, minasol-M 56 Klhari, lean gas 656.00 N3Mhari dan propane. 120 Dalam rangka tersedianya bahan bakar minyak BBM, Pertamina mengoperasikan kilang minyak di Kecamatan Balongan. Kilang UP VI Balongan dapat memenuhi kebutuhan BBM untuk DKI Jakarta 40 dan sebagian Jawa Barat Bapeda Jabar, 2007. Selanjutnya PT. Pertamina Persero Direktorat Hulu bekerjasama dengan PT. Sumber Daya Kelola PT. SDK dengan menandatangani kontrak untuk pengembangan industri gas ikutan flare gas dalam rangka mendapatkan nilai tambah di lapangan produksi minyak Tugu Barat Jawa Bagian Barat DOH- PERTAMINA JBB. Kontrak telah berjalan selama 10 tahun yang dimulai pada tahun 1995 dan berakhir pada tahun 2005. Dalam menjalankan usahanya, PT.Sumber Daya Kelola sebagai perusahaan “pionir” dalam industri pengolahan gas berskala mini dan menengah telah terbukti berhasil dan mampu melaksanakan kontrak pembangunan, operasi dan pengelolaan dan konsep “membangun, mengoperasikan dan menyerahkan atau disebut build operating and transfer BOT”. Atas prestasi dan kinerja tersebut, serta terdapatnya peluang untuk menggandakan kinerja peralatan yang akan diserahkan kepada Pertamina, maka PT Sumber Daya Kelola mengajukan tambahan dan perpanjangan masa kontrak dengan menambah peralatan utama kilang Amine Unit 1 satu unit, booster compressor 2 dua unit dan peralatan penunjang lainnnya. Rencana ini di dukung pula oleh adanya potensi gas ikutan tambahan sebesar 6 juta sampai 7 juta kaki kubik per hari MMSCFD di Lapangan Tugu Barat dan sekitar yang belum termanfaatkan. Proses pemanfaatan gas ikutan Lapangan Tugu Barat ini agak berbeda dengan konsep kilang mini LPG lainnya, karena gas yang diproses adalah gas yang mengandung CO 2 sebesar 40, sehingga tanpa menggunakan peralatan pemisah CO 2 , gas tersebut akan memiliki tekanan yang rendah dan hanya memiliki kalori 750 Btu per satu kaki kubik BTUSCF yang menyebabkan gas tersebut tidak dapat dijual atau dimanfaatkan langsung. Berdasarkan kajian teknik dan perundingan dengan pihak Pertamina, maka kontrak kerja sama diperpanjang, dengan menambah investasi baru dan mengoperasikan keseluruhan Plant Tugu Barat untuk jangka waktu 10 sepuluh tahun sejak pembangunan investasi baru tersebut selesai dan tanggal berakhirnya kontrak pertama PT SDK, akan memperoleh imbalan jasa pengolahan menurut jumlah produksi kilang saat ini yaitu dalam bentuk LPG, kondensat dan lean gas. Proyek ini merupakan proyek yang cukup penting untuk 121 menambah pasokan gas alam lean gas dan menambah pasokan LPG dalam negeri sekaligus mengurangi terjadinya pencemaran udara, hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim global. Di sisi lain keberadaan industri ini dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi terhadap masyarakat khususnya di Jawa Barat. Namun demikian, pembangunan investasi dalam pengelolaan gas ikutan yang berskala mini dan menengah ini oleh PT. SDK ini sebelum dipertimbangkan secara lingkungan juga perlu dipertimbangkan apakah secara ekonomi layak untuk dikembangkan atau malah tidak layak. Untuk mengetahui sejauhmana resiko, manfaat dan kelayakan suatu perusahaan dalam pemanfaatan gas ikutan, maka perlu dilakukan penelitian tentang kelayakan ekonomi sehingga perusahaan dapat mengantisipasi resiko yang akan terjadi atau dijadikan alat pengambilan keputusan bagi perusahaan untuk berinvestasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelayakan ekonomi pemanfaatan gas ikutan, khususnya di lapangan produksi minyak Tugu Barat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

6.2. Metode Analisis Kelayakan Ekonomi Pemanfaatan Gas Ikutan.