Metode Analisis Strategi Kebijakan Pemanfaatan Gas Ikutan Analytical Hierarchy Process AHP

166 sangat diperlukan. Saat ini proses produksi gas ikutan masih jarang dilakukan. Hal ini disebabkan selain masih kurangnya dukungan pemerintah dalam produksi gas ikutan tersebut, juga dalam proses produksi juga dibutuhkan investasi yang besar. Di sisi lain cadangan minyak dan gas yang semakin berkurang yang menyebabkan pengelolaan gas ikutan dapat menjadi tidak ekonomis. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disusun suatu strategi sebagai arahan kebijakan dalam rangka pengelolaan gas ikutan yang menguntungkan. Penelitian bertujuan untuk menentukan strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan yang menguntungkan secara ekonomi, ekologi dan sosial

8.2. Metode Analisis Strategi Kebijakan Pemanfaatan Gas Ikutan

Metode analisis yang digunakan dalam menganalisis strategi kebijakan gas ikutan sekaligus menggali kendalah dan kebutuhan dalam pengelolaan gas ikutan adalah analytical hierarchy process AHP dan interpretatif structural modeling ISM.

a. Analytical Hierarchy Process AHP

AHP ini digunakan untuk menentukan elemen-elemen kunci untuk ditangani. Dalam analisis AHP didasarkan pada hasil pendapat pakar expert judgment untuk mengetahui kendala-kendala dan kebutuhan utama serta menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen-elemen yang berpengaruh dalam penyusunan strategi kebijakan pengelolaan gas ikutan. Skala penilaian oleh pakar didasarkan pada skala nilai yang dikeluarkan oleh Saaty 1993 yang berkisar antara nilai 1 – 9, seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Skala penilaian perbandingan berpasangan Saaty, 1993 Tingkat Kepentingan Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya 5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak Bukti yang menyokong elemen 167 penting daripada elemen lainnya yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan jika ada dua kompromi diantara dua pilihan Sumber : Saaty, 1993 Menurut Saaty 1994 bahwa tahapan analisa data dengan AHP adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan dan menentukan solusi masalah; 2. Membuat struktur hierarki yang dimulai dengan penentuan tujuan umum, sub- sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkat kriteria yang paling bawah. Penyusunan hierarki dilakukan melalui diskusi mendalam dengan pakar yang mengetahui persoalan yang sedang dikaji. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya, Untuk mengkuantifikasi data kualitatif digunakan nilai skala 1-9, Skala perbandingan secara berpasangan seperti Tabel 20 di atas 4. Melakukan pengolahan perbandingan berpasangan. Pengolahan dilakukan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefenisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka : NPpq = Keterangan : p = 1,2,....,r T = 1,2,.....,s NPpq = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama NPHpq = Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q NPTt = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1 5. Mengisi konsistensi judgment stakeholder dengan menghitung consistency ratio, Nilai konsistensi yang dianggap baik adalah 0,1 Jika tidak konsisten ∑ − − − S t q xNPTt q t NPHpq 1 1 1 , 168 nilainya 0,1 maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi, consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh pakar telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak Marimin, 2004. Nilai consistency ratio dihitung dengan rumus : CR = Keterangan : CI = Indeks konsistensi CI = p – n n – 1 RI = Indeks Random p = rata-rata Consistensy Vector n = Banyak alternatif Sedangkan RI merupakan nilai random indeks sebagaimana yang ditetapkan oleh Oarkridge laboratory Marimin, 2004 seperti pada Tabel 21 Tabel 21. Nilai indeks random untuk menghitung nilai consistency ratio N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 RI CI 169 Model pemanfaatan gas ikutan di perusahaan migas dalam rangka mendukung mekanisme pembangunan bersih Kebijakan pemerintah Sarana dan prasarana Teknologi Modal Sumberdaya alam Sumberdaya manusia Faktor PengelolaPertamina Pemerintah Terpeliharanya Kualitas lingkungan menuju CDM Peningakatn Pendapatan Asli Daerah Peningkatan Nilai Guna Gas Ikutan Perluasan lapangan kerja KONDENSAT Stakeholders Tujuan Alternatif Fokus Gambar 49. Hierarki pengambilan keputusan model pemanfaatan gas ikutan di perusahaan migas dalam rangka mendukung mekanisme pembangunan bersih LEAN GAS POWER GENERATOR Perbankan Masyarakat LPG CO 2 169 170

b. Interpretatif Structural Modeling ISM