161
34000000 36000000
38000000 40000000
42000000
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun jiwa
aktual simulasi
Jika dilihat dari nilai AME dan AVE yang sangat rendah, maka dapat dikatakan bahwa dinamika pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Barat dan DKI Jakarta
dalam model telah dapat menggambarkan dinamika pentumbuhan penduduk secara aktual di lapangan. Oleh karena itu, model pengolahan gas ikutan
berdasarkan validasi kinerja terhadap jumlah penduduk dapat dikatakan valid.
Gambar 48. Pertumbuhan jumlah penduduk aktual dan hasil simulasi model di Jawa Barat dan DKI Jakarta periode 2002 – 2006
7.4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi sub model penduduk Jawa Barat dan DKI menunjukkan
kecenderungan membentuk kurva pertumbuhan positif positive growth naik mengikuti kurva eksponensial. Ini menunjukan tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk baik sebagai akibat dari tingginya tingkat kelahiran maupun tingginya penduduk pendatang. Hal yang sama ditunjukkan pada sub model pengolahan
gas ikutan sub model ekologi dan sub model ekonomi. Namun karena keterbatasan sumberdaya yang tersedia seperti ketersediaan lahan dan deposit
gas maka pada suatu saat kurva akan menuju pada suatu titik keseimbangan tertentu stable equilibrium dan selanjutnya mengalami penurunan. Dalam hal ini
berarti terjadi hubungan timbal balik positif positive feedback pada modal melalui proses reinforcing dan timbal balik negatif negative feedback melalui
162 proses balancing. Fenomena ini dalam sistem dinamik disebut mengikuti pola
dasar archetype “limit to growth”. Pengolahan gas ikutan untuk menghasilkan gas hasil olahan seperti LPG,
CNG, dan lean gas akan menurunkan jumlah polutan udara seperti CO
2
, NO
x
, dan polutan lainnya. Sebaliknya jika tidak dilakukan pengolahan gas ikutan, akan
memperbesar polutan udara. Dilihat dari tingkat pendapatan total dan pendapatan asli daerah PAD menunjukkan adanya peningkatan setiap tahun
dengan meningkatnya produksi gas ikutan. Pada tahun 2025 diproyeksikan pendapatan total perusahaan dalam memproduksi gas ikutan LPG, CNG, lean
gas, dan CO
2
akan mencapai nilai sebesar Rp. 658.221.255.663,00
163
Daftar Pustaka
Suzeta, P. 2007. Minyak Tanah : Konversi ke Gas Elpiji. http:www.pikiran-
rakyat.com. Dikunjungi tanggal 06 Januari 2009.
Aminullah. 2001. dalam Fauzi A dan Anna A, Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisa Kebijakan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Grant. 1997. dalam Fauzi A dan Anna A, Permodelan Sumber Daya Perikanan
dan Kelautan untuk Analisa Kebijakan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siswosudomo. 2001. dalam Fauzi A dan Anna A, 2005, Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisa Kebijakan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Purnomo. 2005. dalam Fauzi A dan Anna A, Permodelan Sumber Daya
Perikanan dan Kelautan untuk Analisa Kebijakan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI,
EKOLOGI DAN SOSIAL Abstrak
Besarnya potensi gas yang dimiliki Indonesia dan semakin menurunnya produksi bahan bakar minyak BBM di Indonesia, telah mendorong pemerintah untuk
mengubah kebijakannya yang semala ini diarahkan pada pemanfaatan BBM menjadi bahan bakar gas BBG sebagai alternatif energi yang murah dan ramah
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk menentukan strategi arahan kebijakan pengelolaan gas ikutan. Penelitian menggunakan
metode analisis data
analitycal hierarchy process AHP untuk menyusun strategi arahan kebijakan dalam pengelolaan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat.
Sedangkan untuk mengetahui kendala utama yang dihadapi dan kebutuhan program dilakukan analisis
interpretatif structural modeling ISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif kebijakan pengelolaan gasi ikutan yang perlu
dikembangkan di Lapangan Minyak Tugu Barat adalah pemanfaatan liquified
petroleum gas LPG. Tujuan yang diharapkan dalam pengembangan pemanfaatan LPG adalah terpeliharanya kualitas lingkungan dalam rangka
menuju clean development mechanism CDM. Untuk mencapai tujuan tersebut,
faktor yang paling berpengaruh adalah kebijakan pemerintah disamping sumberdaya manusia yang tersedia, sumberdaya alam ketersediaan gas
ikutan, permodalan, teknologi, dan sarana dan prasarana. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pemerintah dan peningkatan sumberdaya manusia yang
berkualitas dalam pengelolaan gas ikutan di lapanagn Tugu Barat. Saat ini kebijakan pemerintah khususnya terkait dengan pengelolaan gas ikutan belum
ada, sehingga dalam pengelolaannya masih lebih mengacu pada kebijakan tentang pengembangan sumberdaya energi secara umum. Sedangkan
sumberdaya manusia yang berkualitas yang dimaksud adalah selain memiliki keterampilan dalam mengelola manajemen industri tetapi memiliki pengetahuan
dan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dimana SDM tersebut dimanfaatkan. Di sisi lain perlunya kebijakan pengelolaan gas
ikutan agar dalam pengembangannya dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kata kunci : Kebijakan, pengelolaan gas ikutan, AHP, ISM 8.1.
Pendahuluan
Ditengah meningkatnya kebutuhan minyak dan semakin menurunnya jumlah produksi minyak dalam negeri membuat pemerintah mencari sumberdaya
energi lainnya untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Salah satu sumberdaya energi yang memiliki peran besar dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri selain minyak dan dalam rangka diversifikasi energi adalah pemanfaatan gas dimana dalam pemanfaatannya harganya lebih
murah dan ramah lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengubah kebijakannya yang selama ini lebih diarahkan pada pemanfaatan