Perencanaan Partisipatif Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan District Enclave Oekusi

perencanaan pengembangan ekonomi wilayah adalah bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap tingkat produksi dan distribusi pendapatan. Hal ini menjadi tugas dari analis pengembangan wilayah untuk membantu merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi wilayah secara tepat. Pembangunan wilayah perbatasan merupakan upaya spesifik dalam rangka mendorong pemanfaatan seluruh potensi wilayah yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan infrastruktur di perdesaan yang memungkinkan bisnis di perdesaan mudah mengakses pasar input dan pasar output dengan biaya transaksi yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan perkembangan ekonomi. Selanjutnya melalui pembangunan infrastruktur juga dapat mengoptimumkan pemanfaatan dan mobilisasi sumberdaya sebagai wujud distribusi sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Selain itu, dapat pula meningkatkan pemerataan, keberimbangan, keadilan, dan keberlanjutan maka dibutuhkan penataan ruang Rustiadi et al., 2007. Selanjutnya dikatakan bahwa setidaknya terdapat dua unsur penataan ruang, yakni unsur pertama terkait dengan proses penataan fisik ruang dan unsur kedua adalah unsur institusionalkelembagaan penataan ruang non fisik. Unsur fisik penataan ruang mencakup: 1 penataan pemanfaatan ruang; 2 penataan strukturhirarki pusat-pusat wilayah aktivitas sosial ekonomi; 3 pengembangan jaringan keterkaitan antar pusat- pusat aktivitas; dan 4 pengembangan infrastruktur. Sedangkan unsur non fisik mencakup aspek-aspek organisasi penataan ruang dan aspek-aspek mengenai aturan- aturan main penataan ruang.

2.6. Perencanaan Partisipatif

Pembangunan wilayah perbatasan sebagaimana dimaksud belum mampu memberikan effect terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan wilayah perbatasan yang bersifat menyeluruh dan mengintegrasikan seluruh sektor, menekankan keterkaitan antar wilayah dan meningkatkan koordinasi antar pelaku ekonomi serta seluruh stakeholder wilayah perbatasan, baik di pusat maupun di daerah. Stakeholder yang terlibat dalam perencanaan pembangunan wilayah perbatasan harus benar-benar mengetahui permasalahan wilayah perbatasan. Stakeholder yang dimaksud adalah pemerintahan, swasta, masyarakat madani LSM, tokoh masyarakat dan tokoh adat di sepanjang perbatasan, akademisi. Dengan demikian, perlu perencanaan secara partisipatif yang dapat mengakomodir kepentingan perencanaan secara top-down dan bottom-up secara bersamaan. Sebagaimana dikatakan Rustiadi et al. 2007 bahwa perencanaan komprehensif sangat menuntut adanya pengetahuan yang sempurna. Suatu kondisi yang sangat sulit dipenuhi dimana kapasitas pengetahuan, pengalaman, dan teknologi perencana sangat terbatas, informasi mengenai objek yang direncanakan terbatas, namun permasalahan yang ada terus berkembang sedemikian kompleks. Keterbatasan informasi tersebut akan berakibat pada rasionalitas perencana yang terbatas terhadap objek yang direncanakan terutama wilayah perbatasan yang umumnya memiliki data dan informasi yang terbatas pula. Selanjutnya masih menurut Rustiadi et al. 2007 sifat komprehensif suatu perencanaan pada dasarnya dapat dipenuhi dengan membangun partisipasi seluruh stakeholder agar memperoleh informasi yang lengkap dan memiliki pemahaman yang sama terhadap informasi tersebut sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik. Pendekatan perencanaan secara partisipatif akan mampu mendekatkan pemahaman dan visi terhadap pengembangan ekonomi wilayah perbatasan sehingga dapat menjamin kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan dan pengendalian karena adanya rasa memiliki sehingga turut bertanggungjawab terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkan. Keputusan-keputusan yang melibatkan stakeholder tersebut mencerminkan adanya demokratisasi, partisipasi, transparansi dan sistem pertanggungjawaban yang melibatkan kearifan lokal. Hal ini berarti perencanaan partisipatif harus diaktualisasikan dengan tepat dan bukan hanya merupakan retorika belaka karena perencanaan partisipatif dipandang sebagai cara yang tepat dalam melibatkan pelaku-pelaku pembangunan ekonomi di wilayah perbatasan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa hasil perencanaan partisipatif akan dijadikan keputusan final, akan tetapi melalui perencanaan partisipatif keinginan stakeholder dapat diketahui dan diakomodir oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan model-model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan yang merupakan upaya pengembangan pusat pertumbuhan baru.

2.7. Teori Pusat Pertumbuhan