Sektor Unggulan Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan District Enclave Oekusi

VI SEKTOR UNGGULAN DAN LEADING SECTOR DI KABUPATEN TTU

6.1. Sektor Unggulan

Hasil analisis terhadap persepsi stakeholder menyatakan bahwa sektor pertanian menjadi prioritas pengembangan dalam peningkatan kapasitas produksi aktivitas ekonomi sehingga kawasan perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan yang dapat mendorong tumbuhkembangnya usaha lainnya di Kabupaten TTU. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilengkapi dengan analisis kuantitatif untuk menentukan sektor unggulan dan leading sector di Kabupaten TTU. Sektor unggulan merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibanding wilayah lainnya di NTT. Sektor yang memiliki keunggulan komparatif merupakan sektor basis yang dianalisis dengan menggunakan analisis LQ locationt quotient , selanjutnya keunggulan kompetitif dianalisis dengan SSA shift share analysis . Sedangkan leading sector merupakan sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di Kabupaten TTU serta memberikan nilai tambah bruto yang besar terhadap suatu wilayah. Analisis yang digunakan adalah analisis I-O input-output. Analisis-analisis kuantitatif tersebut dilengkapi dengan analisis kuadran. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan data PDRB tahun 2006 berdasarkan harga kostan tahun 2000 dengan klasifikasi sektor sebanyak 24 sektor menunjukkan bahwa sektor yang memiliki keunggulan komparatif adalah sektor tanaman pangan dan palawija karena topografi wilayah Kabupaten TTU yang berbukit-bukit dengan curah hujan yang relatif rendah dan masyarakat yang secara turun–temurun lebih banyak membudidayakan tanaman pangan dan palawija demi memenuhi kebutuhan pangan bagi rumahtangga petani, selain itu masyarakat di Kabupaten TTU juga membudidayakan tanaman palawija secara bersamaan pada sebuah lahan dengan maksud untuk menghindari resiko kegagalan panen komoditas tertentu. Hal ini ditunjang dengan harga palawija yang semakin tinggi sehingga tanaman palawija dan pangan menjadi sektor basis di Kabupaten TTU. Selain sebagai petani lahan kering yang mengandalkan komoditas tanaman pangan dan palawija, masyarakat TTU juga merupakan masyarakat peternak mewarisi gudang ternak yang pernah dilabelkan untuk Kabupaten TTU. Ternak besar seperti sapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga biasanya dipelihara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendadak dengan nilai yang besar. Selain itu, ternak memiliki nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat, umumnya masyarakat TTU yang memiliki banyak ternak memiliki prestise tersendiri di hadapan masyarakat lain dibanding memiliki harta dalam bentuk lainnya. Ternak juga memiliki nilai budaya yang tinggi karena setiap melakukan acara adat perkawinan, kematian, pembuatan rumah adat, dll biasanya selalu ada korbanan berupa ternak besar dan ternak kecil serta unggas. Hal-hal tersebut yang mendorong masyarakat Kabupaten TTU untuk terus memelihara ternak sehingga menjadikan peternakan sebagai sektor basis di Kabupaten TTU dibanding kabupaten lainnya di Provinsi NTT dan sektor lainnya di Kabupaten TTU. Kehutanan juga menjadi sektor basis di Kabupaten TTU karena luas hutan mencapai 47,3 dari luas wilayah darat Kabupaten TTU dengan variasi hasil hutan yang cukup beragam, seperti: kayu gelondongan jati, madu dan biji asam. Oleh karena itu, seyogyanya pelestarian hutan tetap dilakukan dengan memperhatikan fungsi hutan dan kegunaannya bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan serta sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Selain sektor pertanian tersebut, terdapat sektor lain yang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten TTU yakni sektor penggalian karena Kabupaten TTU memiliki potensi bahan galian yang cukup banyak, meskipun hingga saat ini yang dieksploitasi hanya bahan galian golongan C seperti: pasir, batu kali, batu aji dan marmer. Namun produksinya cukup untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten TTU, sedangkan marmer selalu dikirim ke Pulau Jawa untuk diolah lebih lanjut. Sektor-sektor lain yang menjadi sektor basis di Kabupaten TTU adalah listrik, restoran, angkutan darat, keuangan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa pemerintah dan rekreasi. Sektor-sektor tersebut memiliki nilai LQ 1. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut memiliki potensi yang cukup untuk dikembangkan menjadi sektor yang memiliki keunggulan dibanding sektor lainnya di wilayah Kabupaten TTU ataupun dengan sektor yang sama di kabupaten lainnya. Sedangkan sektor lainnya yang memiliki nilai LQ 1 kurang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten TTU. Sektor tersebut adalah perkebunan, perikanan, industri, air bersih, konstruksi, perdagangan pedagang besar dan eceran, hotel, jasa penunjang angkutan, komunikasi, jasa – jasa sosial kemasyarakatan, perorangan dan rumahtangga. Hal ini terjadi karena sektor-sektor tersebut baru dikembangkan di Kabupaten TTU dibanding dengan pengembangannya di wilayah lain di Provinsi NTT ataupun dibanding sektor lain di Kabupaten TTU sehingga produksinya relatif masih rendah. Masyarakat Kabupaten TTU sebagai petani lahan kering umumnya masih mengandalkan tanaman umur pendek sehingga belum banyak membudidayakan tanaman umur panjang. Namun akhir-akhir ini telah digalakkan budidaya tanaman perkebunan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta dapat berfungsi untuk konservasi lahan dan air. Oleh karena itu, bila lahan-lahan tidur dimanfaatkan untuk budidaya tanaman perkebunan, tentunya akan memperoleh produksi yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan wilayah lainnya. Sektor perikanan juga bukan merupakan sektor basis karena masyarakat Kabupaten TTU umumnya masih mengandalkan daratan untuk mencari nafkah sehingga sektor perikanan masih menjadi anak tiri bagi masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Walau demikian, potensi perikanan yang cukup besar di pantai utara bila dimanfaatkan dengan memperhatikan aspek carrying capacity akan menjadi sektor yang unggul di Kabupaten TTU. Masyarakat Kabupaten TTU yang umumnya adalah petani tradisional belum berorientasi pada pemasaran sehingga sektor perdagangan belum memberikan kontribusi yang besar, namun dengan perubahan orientasi budidaya pertanian menjadi pertanian komersil, sektor perdagangan akan turut menjadi sektor unggulan karena akan berfungsi untuk menyediakan input dan mendistribusikan hasil pertanian. Hal ini, tentunya akan membutuhkan dukungan dari sektor angkutan dan komunikasi. Hasil analisis LQ locationt quotient selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 45. Analisis LQ merupakan analisis perekonomian wilayah yang bersifat statis sehingga diperlukan analisis lainnya yang bersifat dinamis agar dapat juga mengetahui perubahan suatu sektor ekonomi. Oleh karena itu, dilakukan shift share analysis SSA dengan menggunakan data PDRB tahun 2004 dan tahun 2006 berdasarkan harga konstan tahun 2000 yang lebih menggambarkan produksi suatu wilayah yang sudah tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi pada tahun 1998 atau kalaupun ada pengaruhnya telah berkurang, selain itu sebagai kajian terhadap Kabupaten TTU sebagai wilayah perbatasan dengan district enclave Oekusi, tahun 2004 dipilih dengan pertimbangan Timor Leste resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Tabel 45. Hasil analisis LQ dan SSA No SEKTOR LQ PS DS 1 Pangan 1,1731 -0,0676 0,0122 2 Perkebunan 0,5262 -0,0290 -0,1018 3 Peternakan 1,3741 -0,0574 -0,0594 4 Kehutanan 6,9079 0,0078 0,0202 5 Perikanan 0,1571 0,1866 0,1967 6 Penggalian 1,2370 -0,0271 0,0173 7 Industri pengolahan 0,9756 -0,0754 -0,0575 8 Listrik 1,9753 -0,0147 -0,0706 9 Air Bersih 0,8169 -0,0255 0,1229 10 Konstruksi 0,9899 -0,0113 0,0457 11 Pedagang besar dan eceran 0,4289 0,0771 0,0575 12 Hotel 0,3794 0,0271 0,0748 13 Restoran 4,3475 -0,0509 -0,0112 14 Angkutan darat 1,6508 0,0666 0,0639 15 Jasa penunjang angkutan 0,2206 -0,0371 -0,1298 16 Komunikasi 0,6000 0,0424 -0,2712 17 Bank 1,0103 0,1480 -0,0467 18 Nirbank 1,0026 0,1171 0,1654 19 Sewa bangunan 1,2940 -0,0016 0,0608 20 Jasa perusahaan 1,1084 0,1799 0,2594 21 Pemerintah 1,1354 0,0120 -0,0255 22 Jasa sosial kemasyarakatan 0,9075 -0,0487 -0,0244 23 Rekreasi dan hiburan 5,5877 1,3898 1,3566 24 Perorangan dan rumahtangga 0,7725 -0,0117 -0,0260 Sumber : Data PDRB NTT dan TTU tahun 2004 dan 2006, diolah Keterangan : LQ=location quotient; PS=Proportional shift; DS=Differential shift Hasil analisa menunjukkan bahwa Kabupaten TTU sebagai kabupaten yang memiliki keunggulan kompetitif karena memiliki perubahan relatif yang lebih tinggi dari Provinsi NTT pada sektor kehutanan dan perikanan. Sektor perikanan intensif dikembangkan karena belum banyak diminati oleh masyarakat TTU sehingga dilakukan berbagai program baik pelatihan bagi petani-nelayan maupun penyediaan sarana penangkapan ikan. Demikian pula dengan sektor kehutanan yang terus dikembangkan dengan tanaman-tanaman yang produktif, sesuai dengan kategori hutan. Setelah pisahnya Timor Leste, masyarakat yang memiliki lahan yang sempit berusaha mencari sumber alternatif tambahan pendapatan dengan membuka usaha-usaha di sektor perdagangan terutama sebagai pengecer dan sektor angkutan darat ojek dengan memanfaatkan kemudahan modal yang disediakan oleh lembaga keuangan baik bank maupun nonbank. Hal ini ditunjang oleh pelayanan pemerintah yang lebih baik setelah adanya otonomi daerah sehingga sektor-sektor tersebut mengalami pergeseran yang positif yang berarti pergeserannya laju pertumbuhannya lebih tinggi dibanding Provinsi NTT. Sektor-sektor yang memiliki keunggulan untuk dikembangkan karena memiliki kondisi lingkungan di Kabupaten TTU yang lebih mendukung adalah sektor pangan karena lahan kering yang dimiliki cukup luas serta ditunjang dengan sumber mata pencaharian utama masyarakat yang umumnya adalah petani. Demikian pula dengan sektor kehutanan yang memiliki luas 47,3 dari luas daratan di Kabupaten TTU masih potensial dikembangkan untuk memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih besar karena umumnya lahan kosong yang berada di antara hutan juga dikategorikan sebagai hutan sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Sedangkan sektor perikanan memiliki keunggulan karena ada pengusaha-pengusaha yang melakukan investasi tambak yang selanjutnya menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memandang laut sebagai lokasi yang menjanjikan untuk mencari nafkah. Selanjutnya nilai differential shift DS yang positif + terdapat pada sektor pangan, kehutanan, perikanan, penggalian, air bersih, konstruksi, pedagang besar dan eceran, hotel, angkutan darat, keuangan, rekreasi dan hiburan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor–sektor tersebut memiliki keunggulan untuk dikembangkan di Kabupaten TTU. Namun demikian analisis ini perlu dikolaborasi dengan analisis LQ sehingga kebijakan yang diambil akan lebih tepat. Analisis lebih lanjut adalah menggabungkan antara LQ dan SSA dengan menggunakan analisis kuadran untuk mengetahui sektor-sektor yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan kedua kriteria tersebut sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9. Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki keunggulan untuk dikembangkan di Kabupaten TTU namun belum merupakan sektor basis di Kabupaten TTU. Sektor-sektor yang tergolong dalam kategori ini adalah perikanan, konstruksi, perdagangan, hotel, air bersih. Sektor-sektor tersebut umumnya baru dikembangkan karena masyarakat TTU umumnya belum memandang laut sebagai sumber mata pencaharian yang menjanjikan dan lebih memilih untuk bertani, walaupun pertanian yang diusahakan masih semikomersil sehingga sektor perdagangan juga belum berkembang dengan baik. Sektor-sektor tersebut bila dikembangkan dengan baik akan menjadi sektor basis di Kabupaten TTU. Demikian pula dengan hotel, konstruksi dan air bersih karena letak Kabupaten TTU yang berada di pusat Pulau Timor sehingga dapat dijadikan tempat transit dan memiliki sumber air yang besar di Gunung Mutis yang airnya juga dimanfaatkan oleh masyarakat Timor Leste district enclave Oekusi. Kuadran II berisi sektor-sektor yang merupakan sektor basis dan memiliki keunggulan untuk dikembangkan di Kabupaten TTU. Sektor–sektor tersebut adalah sektor pangan, kehutanan, angkutan darat, jasa keuangan bukan bank, jasa hiburan dan rekreasi. Pengembangan sektor pangan dapat dilakukan secara ekstensif dengan memanfaatkan lahan pertanian seluas 37.344,5 ha yang belum diolah, apabila lahan tersebut diolah akan mendatangkan pendapatan yang tinggi bagi masyarakat sehingga lebih memacu sektor lainnya untuk berkembang baik. Selain itu, pengembangan secara lebih intensif dengan menggunakan teknologi yang lebih tepat dan manajemen yang baik serta permodalan yang memadai karena banyaknya alternatif dari lembaga permodalan lain yang semakin dipercaya masyarakat misalnya koperasi, LSM, credit union. Pengembangan sektor pangan menjadi lebih komersil ditunjang dengan angkutan darat yang semakin baik di Kabupaten TTU. Selanjutnya sektor-sektor yang menempati kuadran III merupakan sektor basis, namun pergeserannya lambat adalah sektor peternakan, restoran, bank, pemerintah dan listrik. Peternakan yang telah ditetapkan sebagai sektor unggulan di Kabupaten TTU semakin tergeser karena adanya konversi lahan peternakan padang savana yang cukup tinggi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian maupun usaha lainnya. Oleh karena itu, sektor peternakan perlu digerakkan dengan mengusahakan pertanian terpadu yang mengintegrasikan peternakan, misalnya dengan agrosilvopastoral. Oleh karena peternakan yang berkembang di Kabupaten TTU adalah peternakan sapi maka budidaya pakan ternak dapat dipadukan dengan tanaman lainnya dengan sistem multicrop ataupun pergiliran tanaman. Sektor restoran juga memiliki pergeseran yang lambat karena pendapatan masyarakat yang rendah sehingga permintaan masyarakat terhadap produk dari restoran tidak bertambah dalam jumlah yang besar. Sedangkan bank, akhir-akhir ini mengalami degradasi kepercayaan dari masyarakat karena banyaknya alternatif bagi masyarakat untuk memperoleh modal melalui lembaga keuangan lainnya. Sektor-sektor yang belum berkembang di Kabupaten TTU sesuai analisis LQ dan SSA kuadran IV adalah sektor perkebunan, industri pengolahan, jasa penunjang angkutan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan dan rumahtangga. Sektor- sektor tersebut terutama perkebunan, industri pengolahan untuk saat ini belum berkembang karena kegiatan tersebut baru dilakukan sehingga belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Akan tetapi bila diberi sentuhan kebijakan oleh pemerintah akan dapat memberikan efek yang lebih besar karena nilai jual hasil perkebunan seperti jambu mete, kemiri dan pinang yang semakin meningkat akan memotivasi masyarakat untuk membudidayakan tanaman perkebunan. Demikian pula usaha-usaha agroindustri yang selama ini belum berkembang karena kurang terampilnya masyarakat sehingga nilai tambah produk pertanian lebih banyak dinikmati oleh wilayah lainnya. Kebijakan yang dimaksud adalah berupa pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan sehingga masyarakat melakukan usaha agroindustri dengan memperhatikan kaidah-kaidah entrepreneur dan menggunakan teknologi yang tepat. Gambar 9. Hasil analisis kuadran LQ dan DS Kabupaten TTU Kuadran I : Perikanan, perdagangan, konsutruksi, hotel, air bersih LQ Kuadran II : Kehutanan, pangan, penggalian, angkutan darat, lembaga keuanagan nirbank, jasa perusahaan, rekreasi dan hiburan Kuadran III : Peternakan, restoran, bank, listrik, pemerintah Kuadran IV : Perkebunan, industri pengolahan, jasa sosial kemasyarakatan DS 1

6.2. Leading Sector