2.7. Teori Pusat Pertumbuhan
Perencanaan pengembangan ekonomi wilayah seharusnya dapat menentukan lokasi tertentu yang dapat menjadi pusat pengembangan. Hipotesa dasar dari pentingnya
pusat pengembangan adalah 1 pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya pada sejumlah pusat-pusat pertumbuhan, 2 pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat pertumbuhan ini, secara nasional melalui hierarki kota-kota secara regional dari pusat-pusat perkotaan urban centre ke
daerah belakang hinterland masing-masing. Sinkron dengan yang dikemukakan oleh Weber dalam Adisasmita 2005 bahwa faktor penentu suatu lokasi industri adalah : 1
biaya bahan baku, 2 konsentrasi tenaga kerja, 3 gejala aglomerasi. Daerah hinterland yang umumnya memiliki sektor yang homogen juga berfungsi
untuk menopang pusat pengembangan dengan menyediakan sumberdaya yang dapat digunakan oleh pusat pengembangan yang umumnya merupakan multisektor.
Sumberdaya yang disediakan daerah hinterland dapat berupa bahan baku dan tenaga kerja. Suatu lokasi dapat menjadi pusat pengembangan yang berkelanjutan karena
tingginya permintaan dari daerah hinterland terhadap produk yang dihasilkan oleh pusat pertumbuhan.
Sebagaimana dikatakan Losch dalam Rustiadi et al. 2007 bahwa pusat pengembangan diharapkan mampu melayani semua wilayah pasar karena jaringannya
ditata sedemikian rupa sehingga dari titik pusat tersebar banyak alternatif sektor sehingga mampu meminimumkan biaya transportasi dan memaksimumkan jumlah usaha yang
beroperasi di wilayah pusat. Ada dua konsekuensi penting dari model Losch tersebut yakni berhubungan dengan pengaturan sektoral pada pergerakan dan yang berimplikasi
terhadap distribusi populasi. Pusat suatu wilayah juga merupakan pusat barang dan jasa yang secara terperinci dinyatakan sebagai pusat perdagangan, perbankan, organisasi,
perusahaan, jasa profesional, jasa administrasi, pelayanan pendidikan dan hiburan bagi daerah hinterland.
Sedangkan Christaller dalam Adisasmita 2005 menyatakan bahwa permintaan antar hinterland sangat bervariasi dan berbanding terbalik dengan jarak dari pusat
pertumbuhan karena adanya perbedaan dalam biaya transportasi. Hal tersebut diperkuat oleh Rustiadi et al. 2007 bahwa dalam pergerakan menuju lokasi pusat untuk
mempertukarkan pendapatan dengan barang dan jasa, seorang konsumen harus menghabiskan sumberdaya yang langka uang, waktu, fisik, dan energi untuk mengatasi
friksi jarak tersebut. Teori Christaller tersebut terus berkembang yang dikenal central place
theory yang menyatakan bahwa jarak antara pusat-pusat kota berorde tinggi lebih jauh dan jarak tersebut akan semakin berkurang dengan semakin rendahnya orde pusat
kota. Pusat–pusat pertumbuhan tersebut telah dimodifikasi dan dibedakan atas: 1 pusat pelayanan pada tingkat lokal, 2 titik pertumbuhan pada tingkat subwilayah, 3 pusat
pertumbuhan pada tingkat wilayah, 4 kutub pertumbuhan pada tingkat nasional. Selanjutnya menurut Rustiadi et al. 2007 dalam menelaah pengembangan suatu lokasi
menjadi pusat pertumbuhan perlu dikembangkan interaksi spread effect yang menguntungkan daerah belakang bukan sebaliknya menimbulkan fenomena backwash
effect yang akan merugikan daerah hinterland.
Oleh karena itu, pengembangan ekonomi wilayah perbatasan seharusnya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang dapat menjadi pusat
pertumbuhan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan. Pusat pertumbuhan tersebut harus dianalisa dengan cermat dalam arti lokasi
pusat pertumbuhan tersebut tidak harus tepat berada di garis batas negara. Lokasi pengembangan dapat berada di daerah pendukung maupun penyangga batas negara,
namun pengembangannya menjadi pusat pertumbuhan tersebut mampu memberikan manfaat yang besar bagi wilayah Kabupaten TTU termasuk di desa-desa yang berbatasan
langsung melalui jaringan interaksi yang saling menguntungkan bahkan dengan negara tetangga. Dengan demikian pengembangan ekonomi wilayah perbatasan perlu
direncanakan dengan mengembangkan pusat pertumbuhan dengan model ekonomi yang tepat sehingga dapat memberikan manfaat bagi pusat pertumbuhan tersebut dan daerah
hinterland .
2.8. Model Pengembangan Ekonomi Wilayah Perbatasan