Dengan demikian, dalam penelitian ini istilah pembangunan dan pengembangan dapat dipertukarkan yang dimaknai sebagai upaya untuk mengembangkan ekonomi
wilayah perbatasan yang selama ini telah ada, meskipun belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan. Pembangunan atau pengembangan
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan dalam arti meningkatkan kapasitas ekonomi melalui penentuan prioritas sumberdaya pembangunan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya buatan agar dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dan kemiskinan di wilayah perbatasan.
2.2. Wilayah
Istilah “wilayah”, “kawasan” atau “daerah” sering dipertukarkan penggunaannya dalam beberapa literatur, namun berbeda dalam cakupan ruang, dimana “wilayah”
digunakan untuk pengertian ruang secara umum, sedangkan istilah “daerah” digunakan untuk ruang yang terkait dengan batas administrasi pemerintahan Rustiadi et al., 2007.
Selanjutnya dikatakan bahwa wilayah sebagai satu kesatuan ruang secara geografis yang mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan kondisinya,
sedangkan daerah dapat didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai batas secara jelas berdasarkan juridiksi administratif. Definisi ini hampir sejalan dengan Murty 2000 yang
menyatakan bahwa wilayah pada umumnya tidak sekedar merujuk suatu tempat atau area, melainkan merupakan satu kesatuan ekonomi, politik, sosial administrasi, iklim
hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian. Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah
didefinisikan sebagai ruang yang mempunyai kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi danatau
fungsional. Kemudian menurut Rustiadi et al. 2007, wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen di
dalamnya sub wilayah satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional. Definisi-definisi tersebut memperlihatkan bahwa
tidak ada batasan spesifik luasan suatu wilayah. Batasan yang ada lebih bersifat “meaningful” untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Pengertian wilayah berdasarkan tipologinya diklasifikasikan atas 3 bagian, yakni 1 wilayah homogen uniform; 2 wilayah sistemfungsional; dan 3 wilayah
perencanaan planning region atau programing region. Ketiga kerangka konsep wilayah ini dianggap lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang telah dikenal
selama ini Rustiadi et al., 2007. Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan bahwa
faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam heterogen. Wilayah fungsional atau wilayah
sistem ditunjukkan oleh adanya saling ketergantungan antar wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, misalnya saling ketergantungan ekonomi Hoover, 1985. Hal ini
dilandasi atas pemikiran bahwa suatu wilayah adalah suatu entitas yang terdiri atas komponen-komponen atau bagian-bagian yang memiliki keterkaitan, ketergantungan dan
saling berinteraksi satu sama lain dan tidak terpisahkan dalam kesatuan Rustiadi et al., 2007. Kemudian konsep wilayah administratif politis didasarkan pada suatu kenyataan
bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu, sehingga wilayah
administratif sering disebut sebagai wilayah otonomi artinya suatu wilayah memiliki otoritas dalam proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan sendiri untuk mengelola
sumberdaya-sumberdaya di dalamnya. Misalnya negara, provinsi, kabupaten dan desakelurahan. Selain itu, wilayah nasional dipilah berdasarkan fungsi-fungsi tertentu,
misalnya: kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan perbatasan, dll. Berdasarkan deskripsi dan definisi wilayah dan pembangunan wilayahdaerah
seperti seperti di atas, maka wilayah pembangunan dapat didefenisikan sebagai wilayah tertentu yang secara spasial ditetapkan atau diarahkan untuk perencanaan pembangunan
wilayah yang melibatkan interaksi antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya lain. Wilayah pembangunan tersebut bisa mencakup wilayah kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan, kawasan pengembangan ekonomi, kawasan budidaya, kawasan perbatasan negara dan lain sebagainya. Lebih spesifik wilayah pengembangan yang dimaksudkan
dalam konteks penelitian ini adalah wilayah Kabupaten TTU yang berbatasan dengan RDTL district enclave Oekusi.
Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan konteks tipologi wilayah, wilayah perbatasan dipandang sebagai salah satu wilayah perencanaan, namun karena belum ada
lembaga formal yang menangani kawasan perbatasan dan kebijakan-kebijakan lain yang menyertainya masih dalam pembahasan sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
wilayah perbatasan masih dipandang sebagai wilayah homogen. Oleh karena wilayah di sepanjang perbatasan memiliki kesamaan dalam berbagai aspek terutama dalam aspek
politik dan pertahanan keamanan sehingga pembangunannya perlu dilakukan secara bersama di sepanjang perbatasan.
2.3. Wilayah Perbatasan