pembangunan agar dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat wilayah perbatasan. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan yang lebih berorientasi pada pengembangan
kapasitas ekonomi sehingga masyarakat memiliki kesiapan ketika pasar perbatasan dilegalkan pada suatu saat nanti.
Upaya-upaya pengembangan kawasan perbatasan telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, namun belum juga mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan secara signifikan. Hal ini terjadi karena kurangnya kerjasama dan koordinasi antar stakeholder. Dengan demikian, diperlukan
penentuan prioritas pembangunan secara partisipatif dengan melibatkan stakeholder sehingga pengembangan ekonomi wilayah perbatasan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten TTU.
5.2. Persepsi Stakeholder tentang Penentuan Prioritas Pembangunan di Kabupaten
TTU Berdasarkan identifikasi terhadap persepsi masyarakat dan stakeholder
menunjukkan bahwa Kabupaten TTU sebagai kabupaten yang berbatasan dengan district enclave
Oekusi memperoleh dampak negatif dan positif dari pisahnya Timor Leste. Dampak negatif sebagaimana dijelaskan, terjadi terhadap aspek sosial, budaya dan
ekonomi. Kondisi ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat semakin berkurang karena terjadi ekonomi biaya tinggi dan masyarakat secara umum kehilangan sebagian
potensi pendapatan karena interaksi yang terbatas dengan Timor Leste. Menyadari semakin melemahnya kondisi ekonomi di wilayah perbatasan,
pemerintah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan dengan menetapkan Kabupaten TTU menjadi salah satu kabupaten yang memperoleh
prioritas pembangunan dalam RPJM Nasional tahun 2004-2009. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan wilayah perbatasan yang selama ini lebih berorientasi pada
keamanan dan lebih bersifat top down mulai mengalami perubahan yakni lebih menekankan pada aspek ekonomi dan lebih bersifat partisipatif.
Pendekatan partisipatif dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam menentukan prioritas pembangunan di wilayah perbatasan. Dengan demikian goal
dari analisis persepsi stakeholder adalah pengembangan ekonomi wilayah perbatasan
yang menempati level tertinggi dalam analisis hierarki proses. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya pembangunan yang dapat digerakkan untuk meningkatkan
perekonomian adalah berupa sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, sumberdaya sosial, sumberdaya alam dalam penelitian ini aspeknya lebih luas sehingga
menggunakan istilah peningkatan kapasitas produksi aktivitas ekonomi. Sumberdaya-sumberdaya tersebut bila digerakkan bersama-sama akan dapat
meningkatkan perekonomian wilayah perbatasan. Namun pendanaan sumberdaya finansial pembangunan yang terbatas sehingga diperlukan pilihan yang tepat dalam
menentukan prioritas pembangunan agar dapat memberikan hasil yang lebih efisien. Oleh karena itu, setiap stakeholder diharapkan dapat menentukan pilihan dengan tepat dalam
penentuan prioritas sumberdaya pembangunan tersebut yang menempati level kedua dalam AHP.
Adapun sumberdaya pembangunan tersebut memiliki beberapa kriteria pilihan prioritas pengembangan. Kriteria ini merupakan ciri dari masing-masing sumberdaya
pembangunan tersebut. Kriteria-kriteria tersebut menempati level ketiga. Pilihan tidak hanya terbatas pada kriteria-kriteria tersebut, namun juga mengetahui pihak-pihak yang
paling berperan terhadap pengembangan sumberdaya-sumberdaya pembangunan tersebut sehingga tidak terjadi tumpang-tindih dalam pembagian peran pembangunan.
Wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district Oekusi memiliki keunikan karena wilayah Oekusi yang enclave sehingga diplomat Timor Leste maupun negara lain
yang berkunjung ke Oekusi biasanya melintasi wilayah Kabupaten TTU. Selain itu, Kabupaten TTU dan district Oekusi memiliki kesamaan topografi dan kebudayaan
sehingga pengembangan wilayah perbatasan perlu memperhatikan aspek-aspek tersebut. Oleh karena itu, pilihan alternatif model pengembangan wilayah perbatasan perlu
diberikan kepada stakeholder agar dapat memberikan pilihan-pilihan dengan pandangan yang rasional. Alternatif model pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten TTU
dengan Timor Leste adalah pengembangan kawasan perbatasan menjadi kawasan agropolitan, kawasan cepat tumbuh, kawasan transito, kawasan wisata. Alternatif-
alternatif model pengembangan kawasan tersebut menempati level kelima dalam AHP. Adapun stakeholder yang terpilih menjadi responden adalah stakeholder yang
benar-benar mengetahui persoalan kawasan perbatasan sehingga tepat dalam menentukan
prioritas pengembangan kawasan perbatasan. Stakeholder yang dipilih adalah wakil akademisi, wakil pemerintahan DPRD, Bupati, Bappeda, Swasta Pengusaha, kadin,
koperasi, masyarakat madani LSM, tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan wilayah
perbatasan perlu memprioritaskan pada pengembangan sumberdaya manusia. Responden melandaskannya pada alasan bahwa kualitas sumberdaya manusia yang baik akan
memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas produksi aktifitas ekonomi melalui pemanfaatan teknologi yang maju dan mengikuti prinsip-prinsip kewirausahan.
Prinsip-prinsip kewirausahaan yang dimaksud adalah masyarakat wilayah perbatasan tidak hanya bergantung terhadap program-program proyek-proyek pemerintah maupun
LSM tetapi lebih mandiri dalam berproduksi serta berupaya untuk memasarkan produknya, bahkan melakukan pengolahan lanjutan terhadap produknya sehingga
memberikan nilai tambah misalnya: agroindutri. Selanjutnya dikatakan bahwa masyarakat yang memiliki kualitas sumberdaya manusia yang baik akan patuh pada
aturan-aturan yang berlaku baik aturan internasional, nasional, provinsi, kabupaten maupun maupun lokal. Adapun hasil pembobotan kumulatif dari analisis hierarki proses
terhadap aspek sumberdaya pembangunan dapat ditampilkan pada Gambar 8. berikut ini.
Prioritas Pengembangan SD Wilayah Perbatasan Kab. TTU dengan District Enclave Oekusi
0.522 0.178
0.116 0.183
0.000 0.100
0.200 0.300
0.400 0.500
0.600 SDM
SDB SDS
KPAE Series1
Gambar 8. Hasil analisis persepsi gabungan AHP dalam penentuan sumber daya pembangunan wilayah perbatasan
Alur yang dapat dipahami dari data pada Gambar 8. tersebut adalah sumber daya manusia yang meningkat akan meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas
produksi akan menyebabkan terjadinya surplus produksi sehingga membutuhkan tempat
pemasaran maka jaringan transportasi dan fasilitas ekonomi dibutuhkan agar masyarakat lebih mudah melakukan mobilisasi untuk memasarkan produknya ataupun melakukan
aktivitas produktif lainnya. Sebagaimana dianalisis lebih lanjut dalam pembobotan terhadap kriteria dari sumberdaya-sumberdaya tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan sumberdaya manusia karena melalui pendidikan baik formal maupun
informal masyarakat di wilayah perbatasan akan dapat berwirausaha sehingga tidak lagi terus berharap untuk diberi pekerjaan. Melalui pendidikan juga masyarakat dapat
menjalankan prinsip-prinsip hidup sehat serta dapat mengendalikan jumlah penduduk. Sedangkan analisis terhadap sumberdaya buatan menunjukkan bahwa stakeholder
lebih menginginkan pengembangan transportasi karena dapat memudahkan akses dan mobilisasi masyarakat sehingga mudah menjangkau sarana ekonomi, pendidikan,
kesehatan serta infrastruktur lainnya. Adapun sarana keamanan memperoleh prioritas terakhir karena masyarakat merasa diperlakukan secara kurang adil menurut persepsi
stakeholder , meskipun tugas keamanan terhadap batas negara harus tetap memperoleh
kawalan demi tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Walau demikian, stakeholder memberikan solusi berupa penetapan aturan-aturan
yang dapat dipahami secara bersama oleh seluruh komponen masyarakat serta peningkatan kerjasama adat di antara masyarakat TTU maupun dengan masyarakat
district enclave Oekusi yang memiliki kebudayaan yang sama. Melalui cara–cara tersebut
diharapkan masyarakat dapat melakukan interaksi sosial, budaya dan ekonomi dengan lebih aman dan terhormat.
Selanjutnya aktivitas ekonomi yang memperoleh prioritas pengembangan di wilayah perbatasan adalah sektor pertanian sebagai sektor unggulan yang diyakini dapat
menggerakkan perekonomian di Kabupaten TTU karena sebagian besar 74,68 masyarakat Kabupaten TTU bermatapencaharian sebagai petani. Subsektor yang
memperoleh prioritas pengembangan adalah tanaman pangan dan palawija karena umumnya masyarakat masih berorientasi untuk pemenuhan kebutuhan pangan
rumahtangga. Selain itu, komoditi palawija seperti kacang tanah menjadi primadona baru bagi masyarakat di Kabupaten TTU karena harganya semakin bersaing. Hasil analisis
selengkapnya ditampilkan pada Tabel 41. di bawah ini.
Walau demikian, subsektor lainnya seperti peternakan, perkebunan dan hortikultura juga dapat dijadikan alternatif karena nilai jualnya yang tinggi meskipun
untuk memproduksinya membutuhkan waktu yang lebih lama. Masyarakat dapat mensiasatinya dengan membuat kalender musim sebagaimana telah dipraktekkan oleh
LSM-LSM yang berkarya di Kabupaten TTU sehingga masyarakat tidak kekurangan pangan sepanjang tahun bahkan bila memungkinkan, masyarakat melakukan saving.
Selain itu melalui kalender musim, masyarakat lebih efisien dalam mengatur waktu kerja sehingga tidak membiarkan waktu luang terbuang begitu saja.
Tabel 41. Hasil analisis persepsi gabungan AHP terhadap pemilihan kriteria sumberdaya pembangunan wilayah perbatasan
No Jenis Sumber
Daya Bobot
Prioritas
1 Pengembangan SDM
• Jumlah penduduk • Pendidikan
• Kesehatan • Kesempatan kerja
0,072 0,492
0,190 0,246
4 1
3 2
2 Pengembangan SDB
• Transportasi
• Pendidikan • Kesehatan
• Ekonomi • Media informasi
• Listrik • Keamanan
0,282 0,193
0,124 0,257
0,053 0,063
0,029 1
3 4
2 6
5 7
3 Pengembangan SDS
• Adat-istiadat • Mobilisasi masyarakat
• Keamanan • Aturan-aturan
0,331 0,261
0,073 0,335
2 3
4 1
4 Pengembangan KPAE
• Pangan palawija
• Hortikultura • Perkebunan Kehutanan
• Perikanan • Peternakan
• Penggalian • Agroindustri
• Industri kerajinan • Perdagangan
• Jasa-jasa
0,226 0,139
0,148 0,084
0,156 0,025
0,069 0,041
0,084 0,028
1 4
3 5
2
10 7
8 6
9
Sumber : Data Primer, Diolah Pilihan-pilihan pengembangan sektor ekonomi yang ditawarkan oleh stakeholder
dapat juga dilengkapi dengan melakukan analisis-analisis kuantitatif sehingga
memudahkan dalam penentuan prioritas pembangunan. Analisis kuantitatif yang dapat dilakukan untuk menentukan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah di
Kabupaten TTU sebagai kawasan perbatasan akan dilakukan dengan analisis LQ location quotient,
SSA shift share analysis, analisis I–O input-output yang akan dijelaskan pada bagian lain dari tulisan ini.
Hal yang perlu diurai lebih lanjut adalah berkaitan dengan stakeholder yang paling berperan terhadap pengembangan sumberdaya pembangunan wilayah perbatasan.
Hasil analisis AHP dapat ditampilkan pada Tabel 42. berikut ini. Tabel 42. Hasil analisis gabungan terhadap stakeholder yang paling berperan terhadap
pengembangan sumber daya pembangunan
Pengmb. SDM Pengmb. SDB
Pengmb. SDS Pengmb. KPAE
Stakeholder Bobot Prioritas Bobot Prioritas Bobot Prioritas Bobot Prioritas
Akademisi
0,492 1 0,090 4 0,233 3 0,120 4
Pemerintah 0,248 2 0,407
1 0,359
1 0,178 3 Swasta 0,086 4
0,319 2 0,081 4
0,271 2 Masyarakat 0,174
3 0,185 3 0,328
2 0,431 1
Sumber : Data Primer, Diolah Hasil analisis menunjukkan bahwa pemerintah paling berperan terhadap
pengembangan sumberdaya buatan dan sumberdaya sosial terutama berkaitan dengan pembuatan aturan-aturan. Perlu dipahami bahwa peran pemerintah masih bersifat
strategis sebagai 1 penyedia barang dan jasa layanan publik di berbagai sektor pembangunan, 2 regulator yakni mengatur agar tercipta ketertiban umum, memberikan
kepastian hukum, menyediakan insentif untuk merangsang kreativitas, inovasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Walau pemerintah memegang peranan
penting dalam pengembangan sumberdaya buatan dan sumberdaya sosial namun koordinasi lintas stakeholder tetap harus dilakukan sehingga pengembangan sumberdaya
tersebut dapat menjawab tujuan pengembangan wilayah perbatasan. Fungsi koordinasi ini juga berlaku bagi stakeholder lain yang paling berperan terhadap pengembangan
sumberdaya pembangunan lainnya. Stakeholder
yang paling berperan terhadap pengembangan sumberdaya manusia diserahkan kepada akademisi. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh
akademisi perlu ditunjukkan dengan output yang memiliki kompetensi dari proses belajar-mengajar yang bermutu sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.
Selain itu, implementasi ilmu dan pengetahuan melalui pengabdian kepada masyarakat serta melakukan penelitian-penelitian yang berkualitas diharapkan mampu menjawab
tuntutan peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Secara ringkas peran setiap stakeholder dapat ditampilkan dalam Tabel 43. berikut ini.
Tabel 43. Peran masing-masing stakeholder dalam pengembangan wilayah perbatasan berdasarkan analisa AHP
No Stakeholder
Peranan
1 Pemerintah -Penyedia barang sumber daya buatan dan jasa layanan publik di
berbagai sektor pembangunan, -Regulator yakni mengatur agar tercipta ketertiban umum, memberikan
kepastian hukum, menyediakan insentif untuk merangsang kreatifitas, inovasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sumber daya
sosial. 2 Akademisi Perguruan
tinggi diharapkan dapat menjembatani kepentingan pemerintah
dengan masyarakat melalui kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi berupa pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat
terutama yang berkaitan dengan peningkatan pendidikan dan ketrampilan teknis dan manajerial masyarakat yang berhubungan dengan usaha-usaha
produktif baik di sektor pertanian maupun sektor-sektor lain yang berkaitan.
3 Swasta
Swasta diharapkan turut berperan dalam investasi di wilayah perbatasan. Investasi tersebut berupa investasi pada sektor industri maupun
perdagangan input dan output dengan memanfaatkan usaha dari sektor pertanian yang dapat memberikan manfaat yang besar bagi setiap
stakeholder. Sektor-sektor lain yang dapat dikembangkan oleh swasta
adalah sektor pertambangan maupun sektor lainnya yang membutuhkan modal besar. Selain itu, bekerja sama dengan pemerintah dalam
penyediaan fasilitas publik. 4 Masyarakat
madani -LSM diharapkan dapat melakukan pemberdayaan masyarakat wilayah
perbatasan melalui kerjasama dengan pemerintah dan akademisi sehingga program-program yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Selain
itu, LSM juga diharapkan dapat melakukan pengontrolan terhadap kinerja pemerintah demi kepentingan umum.
-Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan terutama melalui pengembangan usaha-usaha produktif pada sektor pertanian dan
peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan input organik, dan memanfaatkan output untuk usaha-usaha produktif lainnya melalui
manajemen usaha yang tepat sehingga masyarakat memiliki posisi tawar yang baik dalam melakukan interaksi.
-Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan lainnya termasuk mengakomodir kepentingan mereka dalam proses pembuatan
regulasi dan pengendalian
Sumber : Data diolah, 2009
Adapun stakeholder yang paling berperan terhadap pengembangan kapasitas produksi aktivitas ekonomi adalah masyarakat madani. Aktivitas ekonomi yang menjadi
prioritas umumnya adalah sektor pertanian dimana swasta baik pengusaha maupun koperasi tidak melakukan investasi untuk produksi sektor pertanian di Kabupaten TTU
kecuali: perikanan tambak sehingga masyarakat dan LSM yang bergerak di bidang community development
diharapkan mampu melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumber daya lahan
masih dimiliki oleh masyarakat sehingga ekonomi kerakyatan masih dapat dikembangkan di wilayah perbatasan. Stakeholder swasta hanya melakukan pemasaran terhadap produk-
produk pertanian tersebut dan atau menyediakan input demi kelancaran produksi. Penentuan prioritas pembangunan dan stakeholder yang paling berperan terhadap
pengembangan wilayah perbatasan belum mampu menjawab persoalan pengembangan wilayah perbatasan bila semuanya itu tidak diarahkan pada satu model pengembangan
ekonomi wilayah perbatasan. Oleh karena itu, penetapan Kabupaten TTU sebagai wilayah yang memperoleh prioritas sebagaimana tertuang dalam RPJM nasional tahun
2004-2009 perlu diimplementasikan dalam suatu model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan.
Terdapat beberapa model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan sebagaimana dikemukakan oleh Hamid dan Alkadri 2003 yakni sebagai kawasan
agropolitan, kawasan cepat tumbuh, kawasan transito dan kawasan wisata. Oleh karena itu, stakeholder yang diwawancarai juga diberikan pilihan untuk menentukan prioritas
model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave
Oekusi di masa yang akan datang. Hasil analisa menunjukkan bahwa stakeholder menempatkan kawasan agropolitan
sebagai pilihan yang paling rasional dengan bobot 0,433. Hal ini dilandaskan pada persepsi bahwa kondisi wilayah Kabupaten TTU masih potensial untuk dikembangkan
dengan berbagai komoditi pertanian sebagaimana pembobotan pada peningkatan kapasitas produksi aktivitas ekonomi. Apabila kapasitas produksi sektor pertanian
meningkat maka aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya yang berkaitan baik ke depan maupun ke belakang akan turut berkembang. Hal ini akan dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan analisis I-O yang akan ditampilkan pada bagian lain dari tulisan ini. Selain
itu, sebagian besar masyarakat Kabupaten TTU 74,68 masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama.
Sedangkan kawasan cepat tumbuh 0,225, kawasan transito 0,194 dan kawasan wisata 0,148 menempati prioritas pilihan berikutnya. Kawasan cepat tumbuh menjadi
pilihan kedua stakeholder karena stakeholder menginginkan agar kawasan perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi menjadi Batam kedua di Indonesia yang
dapat dikembangkan secara bersama-sama antara Indonesia, Timor Leste dan Australia. Namun stakeholder masyarakat madani umumnya menolak dengan keras karena
masyarakat wilayah perbatasan umumnya memiliki sumberdaya manusia yang terbatas akan terpinggirkan dan menjadi asing di negeri sendiri, sedangkan yang memperoleh
keuntungan adalah pengusaha dan pemerintah. Pilihan menjadi kawasan transito boleh dijadikan alternatif karena Kabupaten
TTU merupakan penghubung antara district enclave Oekusi dengan Timor Leste secara keseluruhan. Hal ini sekaligus akan meningkatkan aktivitas ekonomi lainnya, seperti
industri makanan dan minuman maupun wisata. Sedangkan pengembangan kawasan perbatasan menjadi kawasan wisata belum dapat dilakukan karena potensi wisata yang
meskipun cukup banyak 22 daerah tujuan wisata, namun belum menjanjikan. Walau demikian, bila dikembangkan dengan baik akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
karena umumnya daerah tujuan wisata di Kabupaten TTU adalah wisata budaya dan wisata alam yang kepemilikannya masih berupa hak ulayat dari masyarakat. Hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 44. berikut ini. Tabel 44. Hasil analisis pendapat gabungan terhadap alternatif pengembangan wilayah
perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi
No Responden Agropolitan
Cepat tumbuh
Transito Wisata
1 Akademisi 0.463 0.211
0.185 0.141 2 Pemerintah 0.431
0.244 0.202 0.123
3 Swasta 0.362
0.273 0.208 0.157
4 Masyarakat
madani 0.475 0.173 0.181
0.172
Jumlah 1.731
0.900 0.776 0.594
Rataan 0.433
0.225 0.194 0.148
Sumber : Data Primer, Diolah
VI SEKTOR UNGGULAN DAN
LEADING SECTOR DI KABUPATEN TTU
6.1. Sektor Unggulan