Keterkaitan ke Belakang Daya MenarikDaya Penyebaran

6.2.3. Analisa Keterkaitan Antar Sektor

Setiap sektor perekonomian memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya dalam suatu wilayah. Sektor yang memiliki keterkaitan tertinggi dengan sektor lainnya memberikan efek pengganda yang tinggi terhadap perekonomian suatu wilayah sehingga memiliki nilai strategis dalam perencanaan pembangunan di suatu wilayah. Matriks kebalikan Leontif I – A -1 dapat digunakan untuk mengukur keterkaitan antara tingkat permintaan akhir dengan tingkat produksi. Keterkaitan antar sektor dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni 1 keterkaitan ke belakang, 2 keterkaitan ke depan.

a. Keterkaitan ke Belakang Daya MenarikDaya Penyebaran

Keterkaitan ke belakang dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1 keterkaitan langsung ke belakang, dan 2 keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan output langsung ke belakang menunjukkan akibat dari perubahan meningkat ataupun menurun output suatu sektor ekonomi tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut yang selanjutnya digunakan dalam proses produksi sehingga dikenal juga dengan daya menarik karena menarik sektor-sektor lainnya untuk ikut berkembang. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 52. Kaitan langsung dan tidak langsung ke belakang ditunjukkan dari nilai koefisien penyebaran. Koefisien ini diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka dengan rumahtangga sebagai exogenous dari model. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 53. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa sektor industri makanan dan minuman, pemerintah dan jasa sosial kemasyarakatan memiliki daya menarik indeks penyebaran tertinggi karena umumnya menggunakan input dari output secara umum dari sektor lainnya di Kabupaten TTU sehingga mengindikasikan perlunya pengembangan agroindustri di Kabupaten TTU. Selain itu, ada sektor-sektor ekonomi lainnya yang memiliki indeks penyebaran yang cukup tinggi 1 yang berarti memiliki potensi pengembangan karena dapat menarik sektor–sektor lainnya untuk berkembang. Sektor- sektor tersebut umumnya merupakan sektor sekunder dan tersier sehingga pengembangannya akan membuat perekonomian di Kabupaten TTU menjadi lebih dinamis. Tabel 52. Keterkaitan langsung ke belakang setiap sektor ekonomi di Kabupaten TTU tahun 2006 No Sektor DBL SDBL Ranking 1 Padi 0,1470 0,5830 25 2 Jagung 0,0954 0,3783 30 3 Kacang-kacangan 0,0946 0,3753 31 4 Umbi-umbian 0,1016 0,4028 29 5 Sayur dan buah-buahan 0,0843 0,3344 32 6 Tanaman bahan makan lainnya 0,1519 0,6023 23 7 Jambu mete 0,1675 0,6643 22 8 Kelapa 0,1924 0,7631 19 9 Kopi dan kakao 0,0409 0,1620 36 10 Kapukkapas 0,0713 0,2829 34 11 Kemiri 0,1810 0,7177 21 12 Pinang 0,0315 0,1249 37 13 Perkebunan lainnya 0,2787 1,1052 14 14 Peternakan dan hasilnya 0,1906 0,7559 20 15 Unggas dan hasil-hasilnya 0,2011 0,7976 18 16 Kayu hasil hutan 0,1472 0,5836 24 17 Hasil hutan lainnya 0,0804 0,3190 33 18 Perikanan 0,1179 0,4677 27 19 Pertambangan dan pengalian 0,1245 0,4936 26 20 Ind makanan dan minuman 0,8146 3,2304 1 21 Ind tenun ikat 0,3174 1,2587 12 22 Industri lainnya 0,4650 1,8441 6 23 Listrik dan air bersih 0,3518 1,3949 9 24 Bangunan 0,4462 1,7694 7 25 Perdagangan 0,0694 0,2752 35 26 H o t e l 0,5122 2,0312 4 27 Restoran 0,5069 2,0101 5 28 Angkutan darat 0,3757 1,4900 8 29 Angkutan laut 0,1037 0,4112 28 30 Jasa penunjang angkutan 0,2551 1,0115 16 31 Komunikasi 0,3268 1,2958 11 32 Bank dan lembaga keuangan lainnya 0,2411 0,9561 17 33 Real estat dan jasa perusahaan 0,2712 1,0756 15 34 Pemerintahan 0,5507 2,1838 3 35 Jasa sosial kemasyarakatan 0,6099 2,4188 2 36 Jasa hiburan dan rekreasi 0,3269 1,2964 10 37 Jasa perorangan rumahtangga dan lainnya 0,2858 1,1333 13 Sumber : Tabel I-O Kabupaten TTU Tahun 2006, Diolah Keterangan: DBL = direct backward linkage keterkaitan langsung ke belakang. SDBL = Standarlized direct backward linkage keterkaitan langsung ke belakang yang distandarisasi Tabel 53. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang setiap sektor ekonomi di Kabupaten TTU tahun 2006 No Sektor DIBL SDIBL Ranking 1 Padi 1,1797 0,8568 27 2 Jagung 1,1086 0,8052 32 3 Kacang-kacangan 1,1114 0,8072 31 4 Umbi-umbian 1,1175 0,8116 30 5 Sayur dan buah-buahan 1,0949 0,7952 34 6 Tanaman bahan makan lainnya 1,1899 0,8643 24 7 Jambu mete 1,2228 0,8882 22 8 Kelapa 1,2561 0,9124 19 9 Kopi dan kakao 1,0517 0,7639 36 10 Kapukkapas 1,0942 0,7947 35 11 Kemiri 1,2407 0,9011 21 12 Pinang 1,0424 0,7571 37 13 Perkebunan lainnya 1,3964 1,0142 17 14 Peternakan dan hasilnya 1,2443 0,9038 20 15 Unggas dan hasil-hasilnya 1,3102 0,9516 18 16 Kayu hasil hutan 1,1842 0,8601 26 17 Hasil hutan lainnya 1,1256 0,8176 29 18 Perikanan 1,1871 0,8622 25 19 Pertambangan dan pengalian 1,2146 0,8822 23 20 Ind makanan dan minuman 1,9784 1,4370 2 21 Ind tenun ikat 1,4559 1,0574 12 22 Industri lainnya 1,6947 1,2309 6 23 Listrik dan air bersih 1,5569 1,1308 10 24 Bangunan 1,6416 1,1923 8 25 Perdagangan 1,1076 0,8045 33 26 H o t e l 1,8211 1,3227 4 27 Restoran 1,7506 1,2715 5 28 Angkutan darat 1,6852 1,2240 7 29 Angkutan laut 1,1770 0,8549 28 30 Jasa penunjang angkutan 1,4502 1,0533 14 31 Komunikasi 1,5454 1,1224 11 32 Bank dan lembaga keuangan lainnya 1,4025 1,0187 16 33 Real estat dan jasa perusahaan 1,4530 1,0553 13 34 Pemerintahan 2,0152 1,4637 1 35 Jasa sosial kemasyarakatan 1,8467 1,3413 3 36 Jasa hiburan dan rekreasi 1,5617 1,1343 9 37 Jasa perorangan rumahtangga dan lainnya 1,4256 1,0354 15 Sumber : Tabel I-O Kabupaten TTU Tahun 2006, Diolah Keterangan: DIBL = direct and indirect backward linkage keterkaitan langsung ke belakang. SDIBL = Standarlized direct and indirect backward linkage keterkaitan langsung ke belakang yang distandarisasi

b. Keterkaitan ke Depan Daya MendorongDerajat Penyebaran