84
tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan variabel dependen dengan variabel independen Ghozali 2001:42.
4.1.3.1 Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Berprestasi Guru
Untuk membahas keeratan hubungan antara variabel bebas X
1
dengan variabel terikat Y digunakan korelasi pearson bivariatepruduct moment pearson correlation dan untuk membahas hubungan yang
signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang dengan
kebijakan karier sebagai variabel kontrol atau dikendalikan, digunakan metode korelasi parsial partial correlation. Korelasi parsial berhubungan
dengan perlunya pertimbangan pengaruh atau efek dari variabel lain dalam menghitung korelasi antar variabel. Oleh karena itu, dapat dikatakan
korelasi parsial mengukur korelasi antara dua variabel dengan mengeluarkan pengaruh dari satu atau beberapa variabel disebut variabel
kontrol Singgih Santoso 2003:3001. Selanjutnya pengolahan data menggunakan menggunakan komputer dan SPSS versi 12.
Hipotesis:
85
H
o
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA negeri di
Kabupaten Pemalang. H
a
: Ada hubungan yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA negeri di
Kabupaten Pemalang. Pengambilan
keputusan dengan menggunakan korelasi Pearson
sebagai berikut: - Jika probabilitas lebih besar dari 0,05 atau
ρ 0,05 maka H
o
diterima - Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau
ρ 0,05 maka H
o
ditolak Sedangkan berkenaan dengan besaran angka korelasi. Angka
korelasi berkisar pada 0 tidak ada korelasi sama sekali dan 1 korelasi sempurna. Sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat mengenai apakah
angka korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi atau lemah. Namun, dapat dijadikan pedoman sederhana, bahwa angka korelasi
di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0,5 korelasi lemah Singgih Santoso 2003:291.
86
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Parsial X
1
dengan Y
Correlations
1.000 .828
.733 .
.000 .000
69 69
.828 1.000
.781 .000
. .000
69 69
.733 .781
1.000 .000
.000 .
69 69
1.000 .600
. .000
68 .600
1.000 .000
. 68
Correlation Significance 2-tailed
df Correlation
Significance 2-tailed df
Correlation Significance 2-tailed
df Correlation
Significance 2-tailed df
Correlation Significance 2-tailed
df KEPEMIMPINAN
MOTIVASI KEBIJAKAN
KEPEMIMPINAN MOTIVASI
Control Variables -none-
a
KEBIJAKAN KEPEMIM
PINAN MOTIVASI
KEBIJAKAN
Cells contain zero-order Pearson correlations. a.
Pada tabel di atas terlihat nilai
ρ
= 0,000, yang berarti
ρ
0,05 maka H
o
ditolak dan H
a
diterima, atau dengan kata lain ada hubungan yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan
motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang. Dari hasil perhitungan korelasi pearson didapat koefisien korelasi
antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan movasi berprestasi guru memperoleh skor 0,828. Karena 0,828 0,5, maka dapat
dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang cukup kuat. Angka degree of freedom df = 69, yaitu dari jumlah sample n-
jumlah kontruk 2, maka didapat 71-2 = 69. Pada tabel di atas menunjukkan setelah variabel kebijakan karier
dikeluarkan sebagi variabel kontrol dan dilakukan korelasi antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan movasi berprestasi guru,
besaran korelasi berubah menjadi 0,600, sedangkan angka degree of freedom df = 68, yaitu dari jumlah sampel n - jumlah kontruk 2-1,
87
didapat 71-2-1 = 68. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya
variabel kontrol besaran korelasi menjadi berkurang lebih rendah.
4.1.3.2 Hubungan Kebijakan Karier dengan Motivasi Berprestasi Guru.