100
yang berarti setiap ada kenaikan satu poin pada variabel X
1
berakibat naiknya skor variabel Y sebesar 0,443, dan setiap ada kenaikan
variabel X
2
berakibat naiknya skor variabel Y sebesar 0,361. Dari output regresi ganda juga dapat dilihat besarnya pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang. Tampak bahwa variabel bebas
efektivitas kepemimpinan kepala sekolah menunjukan keeratan hubungan dengan memberikan kontribusi sebesar 0,551 atau 55,1.
Hal ini lebih besar dibanding persepsi guru mengenai kebijakan karier yang memberikan kontribusi sebesar sebesar 0,377 atau 37,7.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan kebijakan karier memiliki
hubungan yang signifikan dan nyata dengan motivasi berprestasi guru.
4.3 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanyalah meneliti tingkat hubungan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan kebijakan karier dengan motivasi
berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang. Kedua variabel tersebut hanyalah sebagian saja dari aspek-aspek yang berhubungan
dengan motivasi pengembangan karier guru, artinya masih banyak aspek yang berhubungan dengan motivasi pengembangan karier guru seperti
gaji, kepuasan kerja, supervisi dan lain-lain.
101
2. Tinggi rendahnya efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan kebijakan karier dengan motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten
Pemalang dalam penelitian ini hanya didasarkan menurut persepsi atau tanggapan guru saja, sehingga unsur subjektivitas guru sulit untuk
dihilangkan. 3. Subyek dalam penelitian ini hanya guru negeriPNS yang mengajar pada
SMA negeri di Kabupaten Pemalang, sangat mungkin jika diujikan pada guru swasta dengan instrumen ini akan menghasilkan persepsi yang
berbeda. 4. Sistem pengambilan data dengan model kuiseoner dengan tenggang
waktu yang cukup lama memungkinkan responden dalam memberikan jawaban memungkinkan berpikir lebih lama, teliti, dan mungkin sangat
hati-hati, yang dapat berdampak pada terabaikannya kejujuran sehingga tidak dapat mengungkap apa sebenarnya yang sedang terjadi dan
dialamidirasakannya oleh responden tersebut. 5. Waktu pengisian kuiseoner bersamaan dengan kesibukan responden
dalam menyusun administrasi penilaian portofolio untuk sertivikasi guru, hal ini dimungkinkan dapat menggangu keseriusankecermatan respoden
dalam membaca dan menjawab item pertanyaan yang terdapat pada kuiseoner.
102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, kebijakan karier, dan motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang masuk dalam
kelompok kategori tinggi, dengan besaran masing-masing 56,34; 61,97; dan 61,01.
2. Ada hubungan yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten
Pemalang sebesar 82,8, dan selebihnya variabel motivasi berprestasi guru memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Sedangkan korelasi
partial antara efektifitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi sebesar 60, yang berarti kebijakan karier sebagai variabel
kontrol memiliki pengaruh terhadap hubungan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi berprestasi guru sebesar 22,8, dan
efektivitas kepemimpinan kepala sekolah akan memberikan kontribusi terhadap motivasi berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang
sebesar 68,5. 3. Ada hubungan yang signifikan antara kebijakan karier dengan motivasi
berprestasi guru SMA negeri di Kabupaten Pemalang sebesar 78,1, dan