BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Sinus Paranasal
Sinus atau lebih dikenal dengan sinus paranasal merupakan rongga di dalam tulang kepala yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala.
7
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang sinus yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
23
Sinus paranasal berfungsi sebagai pengatur kondisi udara, penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu
resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.
7
Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus
sfenoid dan sinus frontal. Semua rongga sinus dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari mukosa hidung, berisi udara dan semua sinus mempunyai muara
ostium di dalam rongga hidung.
7
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anterior dan posterior. Kelompok anterior terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan
sel anterior sinus etmoid. Kelompok posterior terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sfenoid.
24
Berikut adalah gambar anatomi sinus paranasal.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pemb 2.2.1. Sinu
Sin tulang ma
berkemban 15-18 tahu
menghadap Da
premolar molar M3.
gigi geligi
2.2.2. Sinu
Sin fetus, bera
agian Sinu us Maksila
nus maksila aksila.
7
Saa ng mencapa
un. Bentuk s
p ke lateral sar sinus m
P1 dan P2 . Akar-akar
mudah naik
us Frontal
nus frontal t asal dari sel-
Gamb
s Paranasa
merupakan at lahir sin
ai ukuran ma sinus maksi
dan meluas maksila sang
, molar M r gigi terseb
k ke atas me
terletak di o -sel resesus
bar 2.1. Ana
al
n sinus para nus maksila
aksimal yai ila ini adala
ke arah pro gat berdeka
1 dan M2, but dapat m
enyebabkan
os frontal d frontal atau
atomi Sinus
anasal terbe a bervolum
itu 15 ml 3 ah seperti pi
osesus zygom atan dengan
kadang-kad menonjol ke
rinosinusiti
dan mulai te u dari sel-se
Paranasal
esar dan ter me 6-8 ml,
4 x 33 x 23 iramid deng
matikus dar n akar gigi
dang juga g dalam sinu
is.
7
erbentuk sej el infundibu
rdapat pada , sinus kem
3 mm saat gan bagian
ri maksila.
25
rahang atas gigi taring d
us sehingga
jak bulan k ulum etmoid
daerah mudian
berusia puncak
s, yaitu dan gigi
infeksi
keempat d. Sinus
Universitas Sumatera Utara
frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.
7
Volume sinus ini sekitar 6–7 ml 28 x 24 x 20 mm.
25
Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen menunjukkan adanya
infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah
ini.
7
2.2.3. Sinus Etmoid
Sinus etmoid merupakan struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru dilahirkan. Pada saat janin yang berkembang pertama adalah sel anterior diikuti oleh
sel posterior. Sel tumbuh secara berangsur-angsur sampai umur 12 tahun. Gabungan sel anterior dan posterior mempunyai volume 15 ml 33 x 27 x 14 mm. Bentuk sinus
etmoid seperti piramid dan dibagi menjadi multipel sel oleh sekat yang tipis.
25
Dibagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal yang berhubungan dengan sinus frontal. Di dalam etmoid anterior
terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan rinosinusitis frontal
dan peradangan di infindibulum dapat menyebabkan rinosinusitis maksila.
7
2.2.4. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid merupakan rongga yang terletak di dasar tengkorak, tidak berhubungan dengan dunia luar sehingga jarang terkena infeksi.
26
Sinus ini terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior.
7
Sinus sfenoid dibentuk di dalam kapsul rongga hidung dari hidung janin dan tidak berkembang hingga usia 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Sinus mencapai ukuran penuh pada usia 18 tahun dengan volume sekitar 7,5 ml 23 x 20 x 17 mm.
25
Sebelah superior sinus sfenoid berbatasan dengan fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferior dengan atap nasofaring, sebelah lateral dengan
sinus kavernosus dan a. karotis interna dan sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa posterior di daerah pons.
7
2.3. Defenisi Rinosinusitis Kronik
Rinosinusitis kronik adalah suatu peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang terjadi lebih dari 12 minggu.
27
Kriteria rinosinusitis kronik menurut
International Conference on Sinus Disease 1993 yaitu lama gejala 12 minggu,
jumlah episode serangan akut 4 kalitahun dan 6 kalitahun pada anak, serta reversibilitas mukosa tidak dapat sembuh sempurna dengan pengobatan
medikamentosa.
10
Rinosinusitis kronik diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena yaitu rinosinusitis maksila, rinosinusitis frontal, rinosinusitis etmoid dan rinosinusitis
sfenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
7
2.4. Etiologi
Rinosinusitis terjadi akibat proses inflamasi yang umumnya disebabkan infeksi bakteri. Bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza,
Moraxella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Bacteroides,
Universitas Sumatera Utara
Peptostreptococcus, Fusobacterium dan Basil gram -. Selain bakteri, rinosinusitis juga dapat disebabkan oleh virus Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus
dan Adenovirus dan jamur Aspergillus dan Candida.
27
Rinosinusitis kronik umumnya merupakan lanjutan dari rinosinusitis akut
yang tidak terobati secara adekuat. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab
rinosinusitis akut dan rinosinusitis kronik adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis.
7
2.5. Patofisiologi