Riwayat Penyakit Komplikasi PEMBAHASAN

Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan sinus yang terlibat tertinggi yaitu single rinosinusitis 52,0 dan terendah pansinusitis 8,8. Tingginya proporsi single rinosinusitis dapat dikaitkan dengan tingginya proporsi sinus maksila. Dari 102 penderita rinosinusitis kronik rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010, ada 96 orang 94,1 yang lokasi rinosinusitis pada sinus maksila. Penyebutan rinosinusitis didasarkan atas kedekatan anatomis dan kemiripan histologi antara hidung dan sinus paranasal serta patogenesis terjadinya rinosinusitis. Hal ini mengakibatkan sinus yang terlibat dapat lebih dari satu sinus. 28 Hasil penelitian Multazar A 2011 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan desain case series, proporsi sinus yang terlibat tertinggi yaitu single rinosinusitis 87,8. 50 Hasil penelitian Sogebi et al 2002-2006 di Rumah Sakit Universitas Olabisi Onabanjo di Nigeria dengan desain retrospektif, proporsi sinus yang terlibat tertinggi yaitu single rinosinusitis 73,1, dimana 70,51 merupakan sinus maksila. 36

6.6. Riwayat Penyakit

Distribusi proporsi penderita rinosinusitis kronik rawat inap berdasarkan riwayat penyakit di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.10. Diagram Bar Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010 Berdasarkan gambar 6.10. dapat dilihat bahwa proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan riwayat penyakit tertinggi yaitu rinitis alergi 71,4 dan terendah diabetes mellitus 14,3. Dari 102 penderita rinosinusitis kronik rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010, hanya 7 orang 6,9 yang memiliki riwayat penyakit. Hal ini menjelaskan bahwa penyakit rinosinusitis kronik tidak selalu didahului oleh adanya riwayat penyakit. Mekanisme patologik utama dan terpenting pada rinosinusitis kronik adalah obstruksi ostium sinus. Berbagai faktor lokal maupun sistemik dapat menyebabkan inflamasi atau kondisi yang mengarah pada obstruksi ostium sinus. Faktor tersebut meliputi infeksi saluran pernafasan atas, alergi, paparan bahan iritan, kelainan anatomi dan defesiensi imun. 49 71,4 28,6 14,3 10 20 30 40 50 60 70 80 Rinitis Alergi Infeksi Gigi Diabetes Mellitus P rop or si Riwayat Penyakit Universitas Sumatera Utara Rinitis alergi berperan dalam patogenesis rinosinusitis kronik melalui edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menyebabkan penyempitan muara sinus dan stasis sekret. Mukosa sinus yang membengkak dapat menyumbat ostium sinus dan mengganggu drenase sehingga menyebabkan timbulnya infeksi, yang selanjutnya menghancurkan epitel permukaan. Kejadian yang berulang terus-menerus dapat menyebabkan rinosinusitis kronis. 39

6.7. Komplikasi

Proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan komplikasi adalah 100,0 tidak ada komplikasi, artinya dari 102 penderita rinosinusitis kronik yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2006-2010 semuanya tidak ada komplikasi. Komplikasi rinosinusitis sudah jarang terjadi sejak ditemukannya antibiotika spektrum luas. Komplikasi biasanya timbul karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Pada umumnya, komplikasi bersifat lokal dan berhubungan dengan sinus yang terlibat atau dapat lebih jauh dari sinus tersebut tetapi masih terletak regional. 52

6.8. Penatalaksanaan Medis