gangguan pada aerasi, drenase dan produksi kelenjar mukosa sinus. Perubahan mukosa akan mempermudah terjadinya infeksi.
29
Hasil penelitian Multazar A 2011 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan desain case series, proporsi keluhan tertinggi yaitu hidung tersumbat 75,3.
50
6.4. Lokasi Rinosinusitis
Distribusi proporsi penderita rinosinusitis kronik rawat inap berdasarkan lokasi rinosinusitis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2006-2010 dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.8. Diagram Bar Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap
Berdasarkan Lokasi Rinosinusitis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010
Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan lokasi rinosinusitis tertinggi yaitu sinus maksila 94,1 dan
terendah sinus sfenoid 22,5.
94,1
42,2 25,5
22,5 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Sinus Maksila Sinus Etmoid
Sinus Frontal Sinus Sfenoid
P rop
or si
Lokasi Sinusitis
Universitas Sumatera Utara
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak muaranya lebih tinggi dari dasar
sinus, sehingga aliran sekret dreanase dari sinus maksila sangat tergantung dari gerakan silia.
7
Selain itu, muara sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
29
Penelitian Dewanti 2008 di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta dengan desain case series, proporsi lokasi rinosinusitis terbanyak yaitu sinus maksila
57,6.
51
6.5. Sinus yang Terlibat
Distribusi proporsi penderita rinosinusitis kronik rawat inap berdasarkan sinus yang terlibat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2006-2010 dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap
Berdasarkan Sinus yang Terlibat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010
52,0 39,2
8,8
Single Rinosinusitis Multisinusitis
Pansinusitis
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita rinosinusitis kronik berdasarkan sinus yang terlibat tertinggi yaitu single rinosinusitis 52,0 dan
terendah pansinusitis 8,8. Tingginya proporsi single rinosinusitis dapat dikaitkan dengan tingginya
proporsi sinus maksila. Dari 102 penderita rinosinusitis kronik rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010, ada 96 orang 94,1 yang lokasi
rinosinusitis pada sinus maksila. Penyebutan rinosinusitis didasarkan atas kedekatan anatomis dan kemiripan
histologi antara hidung dan sinus paranasal serta patogenesis terjadinya rinosinusitis. Hal ini mengakibatkan sinus yang terlibat dapat lebih dari satu sinus.
28
Hasil penelitian Multazar A 2011 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan desain case series, proporsi sinus yang terlibat tertinggi yaitu single rinosinusitis
87,8.
50
Hasil penelitian Sogebi et al 2002-2006 di Rumah Sakit Universitas Olabisi Onabanjo di Nigeria dengan desain retrospektif, proporsi sinus yang terlibat
tertinggi yaitu single rinosinusitis 73,1, dimana 70,51 merupakan sinus maksila.
36
6.6. Riwayat Penyakit