Patofisiologi Gejala Klinis Epidemiologi Rinosinusitis Kronik 1. Distribusi Rinosinusitis Kronik Distribusi Rinosinusitis Kronik Berdasarkan Orang

Peptostreptococcus, Fusobacterium dan Basil gram -. Selain bakteri, rinosinusitis juga dapat disebabkan oleh virus Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan Adenovirus dan jamur Aspergillus dan Candida. 27 Rinosinusitis kronik umumnya merupakan lanjutan dari rinosinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab rinosinusitis akut dan rinosinusitis kronik adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis. 7

2.5. Patofisiologi

Pada dasarnya patofisiologi rinosinusitis kronik terkait dua faktor yaitu patensi ostium dan klirens mukosiliar mucociliary clearance di dalam kompleks ostiomeatal. Gangguan salah satu faktor atau kombinasi faktor-faktor tersebut merubah fisiologi sinus dan menimbulkan rinosinusitis. Kegagalan transport mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama berkembangnya rinosinusitis kronik. 28 Rinosinusitis kronik berawal dari adanya sumbatan akibat oedem hasil proses radang di daerah kompleks ostiomeatal. Sumbatan di daerah kompleks ostiomeatal menyebabkan gangguan drainase dan ventilasi sinus sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi lebih kental. 7 Sumbatan yang berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya hipoksia dan retensi lendir yang merupakan media yang baik bagi bakteri anaerob untuk berkembang biak. Selain itu, bakteri juga memproduksi toksin yang akan Universitas Sumatera Utara merusak silia sehingga terjadi hipertrofi mukosa dan memperberat sumbatan di kompleks ostiomeatal yang selanjutnya dapat menyebabkan polip atau kista. 29

2.6. Gejala Klinis

Menurut The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery AAO-HNS 1997, gejala rinosinusitis kronik dapat dibagi menjadi gejala mayor dan gejala minor. Gejala mayor yaitu obstruksi hidunghidung tersumbat, sekret hidung purulen, nyerirasa tertekan pada wajah, gangguan penciuman hyposmiaanosmia, dan iribilitasrewel pada anak. Gejala minor yaitu sakit kepala, sakit gigi, batuk, nyerirasa penuh ditelinga, demam dan halitosisbau mulut. 10 2.7. Epidemiologi Rinosinusitis Kronik 2.7.1. Distribusi Rinosinusitis Kronik

a. Distribusi Rinosinusitis Kronik Berdasarkan Orang

Penelitian Hedayati et al tahun 2010 di Rumah Sakit Boo Ali Iran, proporsi penderita rinosinusitis kronik tertinggi yaitu pada kelompok umur 20-29 tahun 42 21 orang. Penderita terdiri dari 26 laki-laki 52 dan 24 perempuan 48, dimana keluhan terbanyak yaitu hidung tersumbat 48 orang 96. 30 Penelitian Nasution A.T tahun 2007 di RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan 30 penderita rinosinusitis maksila kronik yang terdiri dari 18 60 perempuan dan 12 40 laki-laki. Setelah dilakukan pemeriksaan kultur jamur dari sekret sinus maksila didapatkan 15 penderita rinosinusitis maksila kronik dengan Universitas Sumatera Utara hasil kultur jamur positif. Penderita terdiri dari 6 laki-laki 40,1 dan 9 perempuan 59,9. 31 Penelitian Darmawan dkk tahun 2005, jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163 orang, terdiri dari 90 lelaki 55,2 dan 73 perempuan 44,8. Kelompok umur terbanyak yaitu 6 tahun 113 orang 69,3 dan manifestasi klinis terbanyak adalah batuk 152 orang 93,3. Asma ditemukan pada 84 orang 51,5 dan rinitis alergi 44 orang 27. 32

b. Distribusi Rinosinusitis Kronik Berdasarkan Tempat dan Waktu