kasus 17,3, polip pada metus media dan hiatus seminularis 7 kasus 12 serta septum deviasi 4 kasus 6,9 .
43
Penelitian Primartono tahun 2003 di Semarang dengan menggunakan desain Cross Sectional, hasil analisis statistik menunjukkan deviasi septum berhubungan
secara bermakna dengan kejadian rinosinusitis maksila kronik p=0,019 dan diperoleh nilai RP=4,90 CI 95=1,19-20,11.
18
a.8. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital seperti sindroma kartagener dan fibrosis kistik dapat mengganggu transport mukosiliar sistem pembersih. Sindrom kartagener atau
sindrom silia immortal merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik, dimana terjadi kekuranganketiadaan lengan dynein sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan pada koordinasi gerakan silia dan disorientasi arah dari denyut silia. Gangguan pada transport mukosiliar dan frekuensi denyut silia menyebabkan infeksi
kronis yang berulang sehingga terjadi bronkiektasis dan rinosinusitis. Pada fibrosis kistik terjadi perubahan sekresi kelenjar yang menghasilkan
mukus yang kental sehingga menyulitkan pembersihan sekret. Hal ini menimbulkan stase mukus yang selanjutnya akan terjadi kolonisasi kuman dan timbul infeksi.
44
b. Faktor Agent
Rinosinusitis kronik dapat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen seperti Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Moraxella catarrhalis,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Bacteroides, Peptostreptococcus, Fusobacterium dan Basil gram -. Selain bakteri, rinosinusitis juga dapat disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh virus Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan Adenovirus dan jamur Aspergillus dan Candida.
27
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang memengaruhi terjadinya rinosinusitis kronik yaitu polusi udara dan udara dingin. Paparan dari polusi udara dapat mengiritasi saluran
hidung, menyebabkan perubahan mukosa dan memperlambat gerakan silia. Apabila berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan rinosinusitis kronik. Udara dingin
akan memperparah infeksi karena menyebabkan mukosa sinus membengkak. Hal ini membuat jalannya mukus terhambat dan terjebak di dalam sinus, yang kemudian
menyebabkan bakteri berkembang di daerah tersebut.
29
2.8. Pencegahan 2.8.1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
45
Upaya yang dapat dilakukan yaitu memberikan imunisasi lengkap kepada bayi,
meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi, dan meminimalkan kontak dengan orang yang sedang mengalami influenza atau penyakit
saluran pernafasan lainnya untuk menghindari penularan.
46
2.8.2. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua merupakan upaya untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, dan menghindari
komplikasi.
45
Upaya yang dilakukan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
7
Anamnesis yaitu riwayat gejala yang diderita sudah lebih
dari 12 minggu, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor.
10
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan dengan rinoskopi anterior dan posterior serta pemeriksaan nasoendoskopi. Tanda khas ialah adanya pus
di meatus media pada rinosinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal atau meatus superior pada rinosinusitis etmoid posterior dan sfenoid.
7
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis diantaranya adalah foto polos, CT Scan Computed Tomography Scanning, sinuskopi,
pemeriksaan mikrobiologi, tes resistensi, tomografi komputer dan MRI Magnetic Resonance Imaging. Foto polos umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus
besar seperti sinus maksila dan frontal. Jika terjadi kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan air fluid level atau penebalan mukosa.
Penegakaan diagnosis rinosinusitis dapat dilakukan lebih sempurna dengan menggunakan alat CT Scan karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus serta
adanya penyakit pada hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena harganya mahal, CT Scan hanya digunakan sebagai penunjang diagnosis
rinosinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus mediussuperior untuk mendapatkan antibiotik yang tepat guna.
Sinuskopi dilakukan dengan menggunakan alat endoskop dengan cara menembus
Universitas Sumatera Utara
dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior untuk melihat kondisi sinus maksila dan selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. Pemeriksaan
tomografi komputer dan MRI hanya dilakukan jika ada kecurigaan kompilkasi orbita dan intrakranial.
b. Pengobatan