32 Metabolisme dan ekskresi. Waktu paruh plasma piroksikam dilaporkan
berkisar antara 14 hingga 158 jam pada orang dewasa sehat, sementara produsen menyatakan rerata waktu paruhnya adalah 50 jam. Pada kondisi steady-state, 50
dosis piroksikam akan dimetabolisme di hati dengan cara proses hidroksilasi gugus samping piridinil pada posisi 5 dan konjugasi glukoronida dari metabolit
hidroksi tersebut. Piroksikam dan metabolitnya diekskresikan melalui urin dan feses, ekskresi obat lewat urin berjumlah dua kali lipatnya dibandingkan lewat
feses. Piroksikam diekskresikan dalam bentuk metabolitnya dan hanya 5 dari dosis yang diekskresikan dalam bentuk tidak berubah ASHP, 2002.
2.3.3 Farmakodinamika
Piroksikam memiliki efek farmakologi sama halnya obat antiinflamasi nonsteroid lainnya. Senyawa ini memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan
antipiretik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh yaitu dengan menghambat isoenzim siklooksigenase yaitu
siklooksigenase-1 COX-1 dan siklooksigenase-2 COX-2 juga dikenal sebagai prostaglandin GH synthase-1 [PGHS-1] dan -2 [PGHS-2]. Enzim ini diketahui
mengkatalisis pembentukan prostaglandin pada jalur asam arakidonat. Meskipun mekanisme yang sesungguhnya belum diketahui secara pasti, aktivitas
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik dari obat AINS secara mendasar merupakan efek penghambatan isoenzim COX-2, sedangkan efeknya dalam
penghambatan COX-1 umumnya merupakan efek samping yang tak diinginkan pada terapi seperti iritasi mukosa gastrointestinal dan penghambatan agregasi
platelet ASHP, 2002.
33
2.3.4 Indikasi dan Dosis Terapi
Terkait dengan efek farmakologinya sebagai antiinflamasi nonsteroid dan analgesik, piroksikam digunakan dengan indikasi untuk terapi simptomatik pada
rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut, dan gout akut IONI, 2008.
Dosis awal terapi rematoid artritis, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis adalah 20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada umumnya 20 mg
sehari atau jika diperlukan dapat diberikan 10-30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis lebih dari 20 mg sehari akan meningkatkan efek samping
gastrointestinal. Pada terapi gout akut, mula-mula diberikan 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi.
Sedangkan pada gangguan muskuloskeletal akut, dosis awalnya 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari selama
7-14 hari IONI, 2008.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental experimental research. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang termasuk variabel bebas adalah superdisintegrant
krospovidon dan natrium kroskarmelosa dan ukuran partikel. Sedangkan variabel terikat adalah karakteristik tablet.
3.1 Rancangan Penelitian