8 suatu faktor pendukung dalam mencapai kinerja perusahaan yang memiliki
peranan penting dan strategis dalam menggerakkan kegiatan perusahaan. Sebuah semangat kebersamaan yang baru ini sangat terasa di antara
sebagian besar karyawan Ace Hardware Indonesia wilayah Medan dengan komitmennya menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan peralatan
perkakas rumah tangga di Indonesia. Sebagai perusahaan yang kokoh dan handal di jajaran terdepan industri ritel perkakas yang menjadikan kebanggaan seluruh
karyawan dan pelanggannya. Semangat yang lahir secara konsisten dan memprioritaskan kepuasan
pelanggan menjadikan Ace Hardware salah satu industri retail yang memiliki potensi untuk memiliki pasar yang terus berkembang di masa yang akan datang.
Dengan keunggulan pengalaman, keterampilan, persepsi, inovasi dan sekaligus kecermatan dalam melangkah, perusahaan Ace Hardware kini merupakan salah
satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti budaya korporat pada
perusahaan perkakas Ace Hardware serta proses sosialisasinya dan bagaimana penerapannya kepada para karyawan.
1. 2. Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian
Seperti yang telah diuraikan di latar belakang masalah, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan :
1. Budaya korporat PT Ace Hardware Indonesia Tbk wilayah Medan, dengan menggunakan komponen-komponen utamanya seperti :
- Lingkungan Usaha
Universitas Sumatera Utara
9 - Nilai
- Panutan atau keteladanan - Upacara atau Ritual
2. Bagaimana perusahaan menerapkan dan mensosialisasikannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Adapun lokasi penelitian adalah PT. Ace Hardware Indonesia Tbk, yang berada di Jalan Zainul Arifin No 7 Medan beserta cabang yang ada di Jalan Ir. Juanda
Medan.
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan budaya korporat PT. Ace Hardware Indonesia Tbk
wilayah Medan. 2. Mengetahui bagaimana penerapan dan proses sosialisasi budaya korporat Ace
Hardware kepada karyawannya dalam mencapai tujuan. Manfaat penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman bagaimana budaya
korporat memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori dan praktiknya dalam sebuah perusahaan.
1. 4. Tinjauan Pustaka
Banyak sekali pengertian mengenai kebudayaan yang akan membawa pijakan dalam acuan berpikir, seperti halnya dengan Spradley dalam Haviland, 1988:336
yang memahami kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tindakan. Geertz dalam Wright,
Universitas Sumatera Utara
10 1994 lebih jauh lagi mengemukakan bahwa kebudayaan adalah pabrik makna
yang digunakan manusia untuk menginterpretasikan dan membimbing tindakan- tindakan mereka. Artinya, terdapat konsensus di antara orang-orang yang
mempunyai konsep yang sama tentang sesuatu hal.
Goodenough dalam Keesing 1999:68 membagi defenisi kebudayaan yang pernah dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C. Kluckhon menjadi dua bagian
yaitu: 1. Kebudayaan sebagai pola bagi perilaku
Kebudayaan atau pengetahuan yang diperoleh manusia dipergunakan dan diwujudkan dalam tindakan-tindakannya.
2. Kebudayaan sebagai pola dari perilaku. Kebudayaan itu merupakan pola dari keseluruhan perilaku dan kebiasaan yang
diciptakan oleh manusia. Di sini penulis lebih menekankan kebudayaan sebagai pola bagi perilaku
dan kebiasaan yang diciptakan manusia. Istilah budaya di sini mengacu pada pola tindakan dan perilaku manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Apa yang ia
lakukan, benda apa yang ia gunakan, dan untuk apa ia melakukan tindakan tersebut. Menurut Schein dalam Djokosantoso 2003:17 budaya korporat
mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi-organisasi lain. Berdasarkan
asumsi ini, hal terpenting yang perlu ada dalam definisi budaya korporat adalah suatu nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang yang ada dalam
organisasi. Seluruh jajaran meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi.
Universitas Sumatera Utara
11 Beberapa deskripsi yang menjelaskan terminologi tentang budaya korporat
didefinisikan secara singkat. Pertama, budaya korporat atau juga dikenal dengan istilah budaya kerja, merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam
organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Kedua, budaya korporat mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu terhadap organisasi-organisasi lain. Ketiga, budaya korporat juga sering dimaknakan sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan
bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah. Berdasarkan asumsi, hal penting yang perlu ada dalam definisi budaya korporat
adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi perusahaan. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem nilai-
nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi Robbins, 1990. Sejalan dengan hal ini, Schein 1992 lebih lanjut mendefinisikan budaya sebagai suatu pola
asumsi dasar yang dimiliki bersama oleh kelompok ketika memecahkan masalah penyesuaian eksternal dan internal.
Budaya korporat juga sebagai perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui nilai-nilai yang ditaati, peralatan simbolis, dan cita-cita sosial
yang ingin dicapai Kreitner dan Kinicki, 1992. Sementara itu, Mondy 1993 memperjelas dengan mengartikan budaya korporat sebagai suatu sistem nilai-nilai,
keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku. Dapat juga diartikan bahwa
budaya korporat merupakan sebuah sistem informasi untuk mempertahankan dan mentransmisikan pengetahuan, kepercayaan, mitos-mitos, dan tingkah laku.
Universitas Sumatera Utara
12 Sejalan dengan Mondy 1993 di atas, Matsumoto 1996 mendefinisikan budaya
korporat sebagai seperangkat sikap, nilai-nilai, keyakinan, dan prilaku yang dipegang oleh sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi
berikutnya. Bagi Greenberg dkk 2003:515, budaya perusahaan adalah suatu cognitive
frame work yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma-norma perilaku, dan harapan- harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi.
Penelitian Harvard Bussiness School Kotter dan Heskett, 1992:37
menunjukkan bahwa budaya korporat mempunyai dampak yang kuat dan besar pada prestasi kerja organisasi. Penelitian tersebut mempunyai empat kesimpulan
sebagai berikut: 1. Budaya korporat dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja
ekonomi perusahaan dalam waktu jangka panjang. 2. Budaya korporat bahkan mungkin merupakan faktor yang lebih penting dalam
menetukan sukses atau kegagalan perusahaan dalam dekade mendatang. 3. Budaya korporat menghambat prestasi keuangan yang kokoh dalam jangka
panjang adalah tidak jarang dan budaya itu berkembang dengan mudah, bahkan dalam perusahaan yang penuh dengan orang yang bijaksana dan pandai.
4. Walaupun sulit untuk diubah, budaya korporat dapat dibuat untuk lebih meningkatkan prestasi.
Pengaruh yang cukup kuat sangat dirasakan oleh beberapa perusahaan, di mana dapat dilihat dengan munculnya beberapa kekuatan yang dihimpun oleh
beberapa perusahaan untuk mengatasi persaingan dewasa ini. Adapun perusahaan yang menurun usahanya karena terlalu terpaku kepada kegiatan operasionalnya
Universitas Sumatera Utara
13 saja tanpa memperhatikan kekuatan sumber daya manusia yang justru dibentuk
dari sifat atau karakteristik yang berbeda dari masing-masing individu yang dituangkan dalam bentuk penyatuan pandangan untuk memberikan suatu
ketegasan dari suatu organisasi dalam bentuk budaya korporat yang mencerminkan spesifik dari suatu perusahaan.
Wright 1994:2 mengemukakan terdapat empat konsep kebudayaan yang berkaitan dengan kajian organisasi perusahaan, yaitu:
1. Berhubungan dengan program pengelolaan perusahaan melalui proses pelayanan yang tersebar di seluruh dunia, yang berlokasi di berbagai tempat yang
beraneka ragam pula. 2. Konsep kebudayaan yang digunakan ketika manajemen mencoba berinteraksi
dengan orang-orang yang berbeda latar belakang etniknya ke dalam suatu gugus kerja organisasi perusahaan.
3. Konsep kebudayaan juga dapat digunakan untuk mengacu kepada sikap nilai yang dimiliki oleh suatu gugus kerja budaya kerja dalam satu unit.
4. Konsep kebudayaan dapat pula dihubungkan dengan ‘Company Culture’ yang mengacu pada praktek dan nilai-nilai organisasi yang formal yang dikembangkan
oleh pihak manajemen sebagai perekat untuk menyatukan suatu gugus kerja dan membuatnya mampu merespon perubahan dan kompetisi-kompetisi global.
Jadi dapat dikatakan bahwa elemen-elemen dasar dari sebuah organisasi yaitu terdiri dari dua orang atau lebih, adanya maksud untuk bekerja sama serta adanya
pengaturan dalam hubungan dan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Budaya organisasi menurut Kotter dan Heskett 1997:4, memiliki dua
tingkatan yang berbeda, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
14 1. Tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk pada nilai-
nilai yang dianut bersama oleh organisasi dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah.
2. Pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku dari suatu organisasi sehingga karyawan baru secara otomatis terdorong
untuk mengikuti prilaku yang sebenarnya. Kotter dan Heskett 1997:18 juga menyatakan logika tentang kekuatan
budaya berhubungan dengan kinerja meliputi tiga gagasan yaitu: 1. Penyatuan tujuan. Dalam sebuah perusahaan dengan budaya yang kuat,
karyawan cenderung berbaris mengikuti genderang yang sama. 2. Budaya yang kuat sering dikatakan membantu kinerja bisnis karena
menciptakan suatu tingkatan yang luar biasa dalam diri karyawan. 3. Budaya yang kuat membantu kinerja karena memberikan struktur dan kontrol
yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang kaku dan dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi.
Oleh karena itu, kekuatan budaya memberikan bentuk pola perilaku dan menerima keterikatannya pada norma-norma dan sistem nilai-nilai organisasi
berlaku dan makin meningkat pula komitmen mereka terhadap keberhasilan penerapan norma-norma dan sistem nilai-nilai tersebut.
Susanto 1997:1-4 memberikan penekanan bahwa dalam setiap organisasi itu memiliki budaya yang perlu diimplementasikan, sehingga dengan adanya
budaya korporat yang jelas maka setiap anggota dapat menyadari eksistensinya bagi perusahaan, sehingga upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan perusahaan
akan lebih terarah.
Universitas Sumatera Utara
15 Deal dan Kennedy 1982 mengemukakan ada beberapa komponen
penting dalam budaya korporat yaitu: 1. Lingkungan usaha yang merupakan salah satu elemen yang berpengaruh cukup
kuat dalam pembentukan budaya perusahaan. 2. Nilai-nilai adalah merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu
organisasi yang menitikberatkan pada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan.
3. Kepahlawanan, elemen ini sering dimanfaatkan untuk mengajak seluruh sumber daya manusia yang mengikuti nilai-nilai budaya yang dilakukan oleh orang-orang
tertentu yang ditunjuk perusahaan sebagai tokoh panutan. 4. Upacara atau tata cara dalam kegiatan perusahaan.
5. Jaringan kultural. Contohnya pada penerbitan The Tantem Corporation, di perusahaan tersebut
elemen budaya korporasi terlihat jelas dengan adanya slogan, berupa pemberian semangat untuk meningkatkan kreatifitas kerja berdasarkan filosofi “saling
bekerja sama”. Tokoh yang dikategorikan berdasarkan tokoh sepanjang zaman adalah Jimmy Treybug dan tokoh lainnya yang mempunyai prestasi kerja yang
membanggakan, sehingga menjadi pedoman para pekerja. Kemudian kegiatan ritual, berupa wawancara pekerja baru bertujuan untuk mendapatkan karyawan
yang selektif. Maka diberikan pemahaman tentang budaya korporasi, berupa pertemuan setiap hari Jumat siang dalam rangka mempererat hubungan sosial,
liburan tahunan bersama untuk memperingatkan perusahaan agar para pekerja mempunyai jiwa persatuan dan menyimbolkan perusahaan terhadap para
pekerjanya.
Universitas Sumatera Utara
16 Dengan demikian, budaya korporat berfungsi sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para
karyawan dan berfungsi pula sebagai kontrol atas prilaku para karyawan. Menurut Susanto 1997: 14-15 budaya korporat dan nilai-nilai yang telah
terbentuk harus disosialisasikan kepada para karyawan dengan beberapa cara yang dianggap berhasil.
Adapun cara-cara tersebut yaitu: 1. Cerita
Cerita ini biasanya berisi tentang sejarah berdirinya perusahaan, ruang lingkup usaha yang dijalankan, siapa saja yang menduduki posisi penting, serta hubungan
perusahaan dengan beberapa perusahaan lain termasuk anak perusahaan yang dimiliki.
2. Acara-acara ritual Acara-acara ini biasanya diselenggarakan oleh perusahaan bertujuan untuk
penyampaian atau penggambaran dari budaya perusahaan yang dimiliki. 3. Material
Yang dimaksud di sini adalah barang-barang yang bersimbol yang menunjukkan status seorang karyawan dalam suatu perusahaan seperti mobil
dinas, interior kantor, pakaian yang dikenakan dan lainnya yang berkenaan dengan status seorang karyawan.
4. Bahasa
Universitas Sumatera Utara
17 Bahasa yang digunakan oleh organisasi secara keseluruhan atau masing-
masing bagian dalam perusahaan akan menunjukkan budaya kerja mereka. Keragaman budaya dan nilai-nilai budaya merupakan unsur yang ada
dalam budaya perusahaan yang digali dari persepsi, kepercayaan, dan nilai yang ada dalam sumber daya manusia dalam perusahaan. Dalam perusahaan terdapat
nilai inti yang merupakan dasar filosofis organisasi yang akan menjadi karakter organisasi dalam mencapai keberhasilannya.
Aspek-aspek dan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penelitian dalam proses pengumpulan data
untuk dianalisis.
1. 5. Metodologi Penelitian 1.5.1. Tipe Penelitian