Manghare Mangganje ANALISIS MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK

42 sebelumnya. Kekerabatan tersebut sangat erat dengan kelahiran karena kelahiran itu menumbuhkan kekerabatan baik secara vertikal maupun horizontal. Selain itu, kelahiran juga sangat menentukan kedudukan seseorang pada sistem kemasyarakatan Batak Toba. Dalam perilaku sehari-hari pada masyarakat Batak Toba sangat erat kaitannya dengan kelahiran seseorang. Seorang anak sulung yang lahir dipandang keluarga memiliki hikmat kebijaksanaan karena kelahirannya pertama. Dengan demikian kelahiran anak pertama selalu disambut dengan bahagia melalui proses upacara adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat Batak Toba. Dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige dikenal beberapa upacara adat secara bertahap untuk menyambut seorang bayi yang akan lahir sampai pada tahap kelahiran hingga memberikan sebuah nama. Adapun tahapan upacara tersebut adalah:

a. Manghare Mangganje

Upacara ini dilakukan pada saat seorang wanita Batak Toba telah hamil tua. Istilah Manghare berasal dari “mang” dan “hare” yang artinya sejenis bubur yang dibuat ramuan semangka gundur, mentimun ansimun, pisang gaol, tebu tobu, nangka pinasa, kencur hasihor, jahe pege, telur ayam pira ni manuk, tepung beras itak, susu kerbau bagot ni horbo, kunyit hunik, sera daging ayam jagal manuk. Ramuan tersebut dibuat menjadi halus, disaring lalu diaduk menjadi satu. Proses pencampuran itu dilakukan dalam satu periuk yang terbuat dari tanah liat hudon tano yang diletakkan di atas api yang menyala kecil. Bubur yang dinamakan “hare” atau “ganje” tersebut kental dan berwarna kecoklatan. Universitas Sumatera Utara 43 Makanan demikian dihidangkan oleh ibu dari seorang wanita yang sedang mengandung anak pertama. Setiap unsur ramuan bubur tersebut memiliki arti tertentu, misalnya semangka, mentimun, pisang, tebu, dan nangka bermakna hati damai dan seluruh ramuan menurut suku Batak Toba bertujuan agar semua orang “huta” kampung dan mahluk halus berhati damai, serta memberi restu kepada calon ibu dan sang bayi yang akan lahir. Unsur jahe, kunyit, kencur, kelapa bermakna penjagaan dan bertujuan agar mahluk halus dan roh jahat tidak mengganggu keselamatan sang ibu dan bayi dalam kandungan. Unsur telur ayam bermakna agar kandungan sang ibu tetap utuh seperti utuhnya telur dan tidak cacat. Sedangkan daging ayam bertujuan agar memberikan kekuatan kepada si bayi. Menurut adat, suami calon ibu harus berkunjung ke kampung huta kerabatnya hula-hula untuk meminta “hare”. Dengan disaksikan oleh semua kerabat pihak istri, ayah, dan ibu dari si wanita calon ibu terlebih dahulu memberkati dengan doa selamat mangupa anak dan menantunya itu, sambil memberikan tiga ekor ikan lele sibahut yang sudah matang dan diletakkan di atas nasi dalam pinggan. Pada saat itu kedua orang tua mengucapkan kata-kata berikut: “On ma hare silas niroha hipas ma ho manganhon hipas na didapothon hipas na naeng ro Tumpahon ni amanta pardenggan basai” Universitas Sumatera Utara 44 artinya “Inilah hare pemberi kebahagiaan selamatlah engkau memakannya selamatlah orang yang akan datangi selamatlah anak yang akan datang”. berkat anugrah Tuhan Yang Maha Pengasih”. Acara tersebut ditutup dengan suatu pemberian pasu-pasu oleh pihak hula-hula kepada suami dan calon ibu. Kemudian mereka pulang ke rumah dan di kampung huta pihak kerabat suami telah berkumpul di halaman tengah untuk menyambut mereka. Orang tua dari calon ibu juga telah mengirimkan “hare” untuk dibagi-bagikan kepada keluarga pihak suami, tetapi apabila tidak cukup, maka hanya dikirimkan tanda bahwa kerabat menantunya telah menerima “hare” dari hula-hula.

b. Pabosurhon