Mangebang Mampe Goar ANALISIS MAKNA NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK

50 diupahon kepada si bayi. Mereka berdua menyerahkan ulos parompa yaitu ulos untuk menggendong si bayi, yang diselimutkan langsung ke tubuhnya. Kemudian hula-hula dan semua keturunan nenek moyang yang hadir di situ, mengambil beras yang disebut dengan “Boras si pir ni tondi” dan meletakkannya di kepala bayi dengan tujuan agar roh si bayi menjadi sekeras beras, tahan melawan hantu dan roh jahat. Pada acara adat ini dipersiapkan bahan dan peralatan yang terdiri dari tepung beras sebanyak satu setengah liter, sejumlah daun sejenis daun terong lanteung, satu alat penugal yang dinamakan giringan. Sambil membawa perlengkapan tersebut, semua orang yang hadir berprosesi membawa si bayi ke tempat permandiannya. Si pembawa daun lanteung tepat di depan sang ibu yang berjalan sambil menggendong bayi, di samping sang ibu terdapat seorang wanita yang membawa periuk tanah ngarngar yang berisi api api ni anduhur, sedangkan di belakang sang ibu berjalan si pembawa tepung. Setiba di pancuran, bayi itu dimandikan selanjutnya meninggalkan ngarngar berisi api di tepi pancuran sebagai tanda kepada setiap orang bahwa baru saja ada bayi yang untuk pertama kali dimandikan.

e. Mangebang

Apabila bayi sudah berumur 21 hari, si ibu beserta kerabatnya membawanya ke pasar onan, dengan mengenakan pakaian yang cantik-cantik. Upacara ini disebut dengan “mangebang”. Si ibu menggendong bayi dan berjalan di depan bersama ibu mertua serta rombongan ibu lain dari keluarga dekat. Iringan tersebut selalu disapa orang yang bertemu di jalan dengan pertanyaan Universitas Sumatera Utara 51 hendak ke mana bayi dibawa. Dengan ramah pertanyaan itu harus dijawab bahwa si bayi akan dibawa ke pasar untuk berbelanja. Di pasar mereka membeli makanan misalnya pisang gaol, lepat sagu- sagu dan nira tuak. Makanan dan minuman tersebut dibagi-bagikan kepada kerabat, hula-hula, para raja, dan para kenalan. Sambil memberikan makanan dan minuman, si nenek akan memberitahukan bahwa makanan dan minuman itu adalah pemberian si bayi. Para penerima secara spontan akan mengucapkan kata- kata pujian dan doa restu kepada si bayi. Kemudian apabila bertemu dengan kerabat atau kenalan dalam perjalanan pulang, mereka juga akan diberi makanan dengan pemberitahuan yang sama. Maksud upacara mangebang ini adalah sebagai pengumuman kepada semua pihak para kerabat semarga, para kenalan, maupun para raja tentang kelahiran tersebut. Makanan dan minuman itu merupakan lambang sahnya si bayi diterima sebagai warga masyarakat kecil kerabatnya maupun masyarakat luas yaitu kampungnya.

f. Mampe Goar

Upacara ini sangat berkaitan dengan upacara martutuaek. Pada saat si bayi sedang menjalani upacara martutuaek, pada saat itu kaum kerabatnya memilih nama. Sistem pemilihan nama dilakukan dengan cara mengajukan nama-nama kepada dukun datu mulai dari ayah si bayi, kakek, nenek, dan juga kerabat yang lain. Satu demi satu nama tadi disampaikan kepada dukun datu yang menilainya dengan cara menghitung jumlah huruf dan memperhitungkan kembali jumlah itu Universitas Sumatera Utara 52 kepada jari tangannya. Apabila hitungan terakhir nilai total huruf itu jatuh ke salah satu jari yang berarti kurang naik, kurang menguntungkan, atau kurang memberi rejeki, terutama berkaitan dengan panjang umur dan jumlah anak, maka nama itu akan ditolak; demikian seterusnya sampai suatu nama yang cocok ditemukan. Nama itu kemudian dinilai dengan berpedoman kepada buku ilmu gaib, pustaha buku batak sampai orang yakin bahwa nama yang dipilih mengandung arti yang baik, murah rejeki, panjang umur, banyak anak, kesehatan badan dan kebahagiaan si bayi yang akan memakai nama itu. Pada saat dukun membertahukan nama si bayi, maka mereka menyatakan persetujuannya dengan mengatakannya ke arah bayi: “Sai goar tulut mai sai goar si pajou-jouon goar si paehet-eheton donganna sari matua” artinya : “ Semoga nama yang sebenarnyalah itu, nama yang selalu dipanggil nama yang selalu disebut-sebut temannya hingga masa tua”. Peresmian nama yang dipilih dilakukan di ruang tengah rumah tonga, dalam suatu upacara dengan menyediakan tiga ekor ikan yang dimasak tanpa Universitas Sumatera Utara 53 dipotong-potong dan disajikan di atas piring berisi nasi putih, di depan si bayi dengan kepala ikan mengarah kepadanya. Kata-kata doa yang diucapkan orang- orang tua si anak pada saat itu adalah: “On ma ale Ompung upaupa ni anak nami on, ale Ompung parsinangotan ba sai horas ma ibana gonggomon nami, horas hami manggonggom”. Artinya “ Inilah upaupa anak kami wahai Tuhan kiranya dia sehat selamat dalam asuhan kami dan kami selamat mengasuhnya”.

4.2 Jenis Nama Orang pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige